Jumat, 02 November 2018

[Dunia] Turki Bikin Sistem Rudal Sendiri Bernama Siper

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Foto/IHA)

Turki sudah mulai bekerja membuat sistem rudal pertahanan udara jarak jauh pertama yang diproduksi secara domestik. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan senjata pertahanan yang dikembangkan sendiri itu bernama Siper.

Pengumuman pemimpin Turki itu disampaikan pada upacara pembukaan National Technology Development Infrastructures. Pengiriman pertama sistem rudal Siper untuk militer Ankara dijadwalkan berlangsung tahun 2021.

Upacara itu diadakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Pertahanan Ilmiah dan Teknologi Turki (Tubitak) di Ankara.

Erdogan mengatakan Turki bergerak cepat dalam perjalanannya untuk memiliki suara di semua bidang pertahanan, penerbangan dan teknologi ruang angkasa.

"Kami telah meningkatkan tingkat lokalitas kami di industri pertahanan dari 20 persen menjadi 65 persen. Kami akan mencapai target Turki yang independen dan kuat dengan terus menerus melanjutkan gerakan pertahanan nasional kami yang telah dimulai dalam industri pertahanan," katanya, seperti dikutip Daily Sabah, Kamis (1/11/2018) malam.

"Kebutuhan kita akan sistem rudal pertahanan udara regional jarak jauh muncul pada kesempatan yang berbeda. Sistem kendali rudal udara regional jarak jauh yang bekerja diprakarsai oleh Tubitak Sage, Aselsan dan Roketsan. Pengiriman pertama mereka dijadwalkan akan berlangsung pada akhir 2021," papar Presiden Erdogan.

Dia juga mencatat bahwa hasil penting diperoleh terutama dalam hal pengamatan resolusi tinggi, satelit komunikasi dan sub-sistem, sistem peluncuran satelit, pemrosesan data satelit, sistem penyimpanan dan dukungan informasi.

"Sektor industri pertahanan kami telah berubah menjadi struktur nasional dengan partisipasi usaha kecil dan menengah (UKM), lembaga penelitian dan universitas bersama lebih dari seribu perusahaan hari ini," ujarnya.

Pada September tahun lalu, Turki setuju untuk membeli dua sistem rudal surface-to-air (permukaan ke udara) S-400 dari Rusia dalam sebuah kesepakatan senilai lebih dari USD2 miliar. Pejabat dari Ankara telah berulang kali mengatakan bahwa pembelian sistem S-400 dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan keamanan negara.

Namun, akuisisi sistem S-400 Rusia oleh Ankara ditentang sekutu-sekutunya di NATO, terutama oleh Amerika Serikat.

Namun, pada akhirnya Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengakhiri polemik dengan mengatakan bahwa negara-negara anggota NATO memiliki hak untuk membuat keputusan mengenai pembelian peralatan militer mereka.

Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada pekan lalu mengatakan bahwa pemasangan sistem rudal S-400 akan dimulai pada Oktober 2019. Sistem ini dapat melacak dan melibatkan hingga 300 target sekaligus.

Sistem S-400, yang diperkenalkan pada tahun 2007, adalah generasi baru sistem rudal Rusia sejauh ini. Pada saat ini, Rusia baru menjualnya kepada China, Turki dan India. (mas)

  ☠ SINDOnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.