Sabtu, 22 Desember 2018

Tuduhan Media Australia soal Bom Kimia di Papua

Merupakan propaganda OPMPrajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, Rabu, 5 Desember 2018. [ANTARA/Iwan Adisaputra]

Media Australia, Saturday Paper, dalam laporannya Sabtu (22/12/2018), menuduh pasukan Indonesia menjatuhkan bom kimia mirip posfor putih di Nduga, Papua. Sebelum tuduhan itu muncul, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Mekopolhukam) Wiranto membantah penggunaan bom di wilayah itu.

Laporan itu muncul di tengah operasi pengejaran kelompok sayap Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang membantai puluhan pekerja di Nduga beberapa waktu lalu.

"Tidak ada yang namanya bom. Tetapi kalau pelibatan TNI, iya. Karena mereka memang sudah merupakan kekuatan yang tidak setuju dengan negara," kata Wiranto dalam jumpa pers di Jakarta, 18 Desember lalu.

"Soal (tuduhan) penggunaan bom, saya sudah cek langsung, tidak ada (penggunaan bom)," katanya. Dia menegaskan tuduhan itu merupakan propaganda OPM.

Media Australia dalam laporannya merilis foto-foto orang yang mereka sebut terkena bom kimia mirip posfor putih.

Fosfor putih dianggap sebagai senjata kimia dan senjata pembakar. Jika orang yang terkena maka akan terbakar menembus kulit, daging dan sampai ke tulang. Itu tidak bisa dipadamkan. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan seseorang yang terkena adalah dengan merendamnya dalam air dan berupaya menghilangkan fosfor.

Menurut laporan berjudul "Exclusive: Chemical weapons dropped on Papua" itu, seorang sumber militer mengonfirmasi senjata itu bersifat membakar atau fosfor putih. "Bahkan bintik terkecil membakar pakaian, kulit, hingga ke tulang dan terus menggelegak. Saya telah melihatnya dari dekat itu adalah senjata yang mengerikan," kata sumber itu.

Foto-foto itu diklaim diambil antara 4 dan 15 Desember. Tiga orang tewas berasal dari sebuah desa bernama Mbua, di wilayah Nduga. Nama mereka adalah Mianut Lokbere, Nison Tabuni dan Mendus Tabuni. Empat orang lainnya terbunuh di sebuah desa bernama Yigili. "Itu terjadi pada 15 Desember 2018," kata seorang pria Mbua kepada The Saturday Paper. “Pukul 11.25 waktu setempat. Mereka mati karena tentara Indonesia membom mereka dari helikopter." (mas)
 

  SINDOnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.