Ilustrasi medium tank Pindad
Produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Indonesia semakin banyak dipesan. Jika promosi produk strategis tersebut diperluas ke pasar Afrika termasuk Mesir, diprediksi alutsista Indonesia akan banyak dilirik negara-negara di kawasan Afrika.
"Kualitas produk alutsista kita sudah dipakai di banyak negara serta memiliki harga yang kompetitif sehingga akan mampu bersaing dengan produsen senjata lain,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Senin (11/2/2019).
Dubes Helmy menjelaskan pihak Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) sudah melakukan penjajakan kerja sama pertahanan Indonesia-Mesir. Hal ini ditandai dengan kunjungan kerja Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, Marsekal Muda TNI Kisenda Wiranata Kusuma ke Mesir pada 6-8 Februari lalu.
Dalam kegiatan tersebut, Kisenda melakukan sejumlah pertemuan termasuk dengan pejabat dari Military Intelligence Directorate (MID) Mesir. Pada pertemuan itu disinggung ide penjajakan sharing informasi intelijen kedua negara.
“Kunjungan Kepala Bais TNI ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan dalam rangka peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Mesir yang sudah berlangsung puluhan tahun,” kata Dubes Helmy.
Dia mengakui informasi mengenai produksi alutsista Indonesia masih kurang tersedia di Mesir. Selain itu, sosialisasi dan promosi industri pertahanan Indonesia ke Negeri 1000 Menara tersebut juga belum optimal. Bahkan, dalam pameran pertahanan Mesir pada Desember 2018 lalu, di mana KBRI Cairo secara khusus berpartisipasi, hanya ada 1 industri pertahanan swasta dan tidak ada satupun BUMN Pertahanan yang ikut meramaikan.
“Kami sudah berkali-kali mengajak dan mengundang industri pertahanan nasional untuk berpromosi ke Mesir, tapi masih belum terealisasi secara optimal,” ujar diplomat Indonesia ini.
Padahal, lanjut dia, Mesir mempunyai program modernisasi persenjataan militer yang baik. Terlebih, Angkatan Bersenjata Mesir masih banyak menggelar operasi kontra insurgensi. Selain itu, secara geopolitik, Mesir memiliki peran signifikan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Untuk itu, Dubes Helmy berpendapat alutsista seperti senapan ringan, kapal cepat dan amunisi berpeluang untuk ditawarkan ke Mesir.
“Saat ini Mesir semakin melirik produk industri pertahanan non-Amerika Serikat sehingga produk nasional kita punya kans untuk dipasarkan di sana,” imbuh Dubes Helmy.
Terkait upaya peningkatan promosi alutsista Indonesia, Helmy mengaku sudah menemui Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kantor Kementerian Pertahanan pada 4 Februari lalu. Dalam pertemuan tersebut dibahas peluang peningkatan kerja sama Indonesia-Mesir di bidang pertahanan.Dia berharap Menhan Ryamizard dapat ikut membantu mempromosikan alutsista Indonesia ke Mesir. Salah satu caranya adalah melakukan penjajakan peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara.
“Mengingat Mesir juga memiliki Menteri urusan Produksi Militer, patut juga dijajaki peluang kerja sama antarindustri pertahanan kedua negara,” papar Dubes Helmy.
Menurutnya, selama ini pasar Afrika termasuk Mesir merupakan pasar potensial bagi produk-produk nusantara. Komoditas kopi dan kelapa sawit misalnya, merupakan jenis komoditas yang laris manis. Terlebih, Presiden Joko Widodo sudah mengajak para pebisnis untuk melihat potensi pasar Afrika.
"Perekonomian di kawasan Afrika terus tumbuh dan saat ini adalah waktu tepat untuk menggencarkan promosi produk alutsista kita,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diunduh dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, total perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-November 2018 tercatat sebesar USD 1,07 miliar. Ekspor Indonesia ke Mesir tercatat sebesar USD 949 juta, sementara impor Indonesia dari Mesir sebesar USD 121 juta. Dengan demikian, surplus untuk Indonesia dalam neraca perdagangan dengan Mesir pada periode tersebut USD 828 juta. (mas)
♖ Sindonews
Produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Indonesia semakin banyak dipesan. Jika promosi produk strategis tersebut diperluas ke pasar Afrika termasuk Mesir, diprediksi alutsista Indonesia akan banyak dilirik negara-negara di kawasan Afrika.
"Kualitas produk alutsista kita sudah dipakai di banyak negara serta memiliki harga yang kompetitif sehingga akan mampu bersaing dengan produsen senjata lain,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Senin (11/2/2019).
Dubes Helmy menjelaskan pihak Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) sudah melakukan penjajakan kerja sama pertahanan Indonesia-Mesir. Hal ini ditandai dengan kunjungan kerja Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, Marsekal Muda TNI Kisenda Wiranata Kusuma ke Mesir pada 6-8 Februari lalu.
Dalam kegiatan tersebut, Kisenda melakukan sejumlah pertemuan termasuk dengan pejabat dari Military Intelligence Directorate (MID) Mesir. Pada pertemuan itu disinggung ide penjajakan sharing informasi intelijen kedua negara.
“Kunjungan Kepala Bais TNI ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan dalam rangka peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Mesir yang sudah berlangsung puluhan tahun,” kata Dubes Helmy.
Dia mengakui informasi mengenai produksi alutsista Indonesia masih kurang tersedia di Mesir. Selain itu, sosialisasi dan promosi industri pertahanan Indonesia ke Negeri 1000 Menara tersebut juga belum optimal. Bahkan, dalam pameran pertahanan Mesir pada Desember 2018 lalu, di mana KBRI Cairo secara khusus berpartisipasi, hanya ada 1 industri pertahanan swasta dan tidak ada satupun BUMN Pertahanan yang ikut meramaikan.
“Kami sudah berkali-kali mengajak dan mengundang industri pertahanan nasional untuk berpromosi ke Mesir, tapi masih belum terealisasi secara optimal,” ujar diplomat Indonesia ini.
Padahal, lanjut dia, Mesir mempunyai program modernisasi persenjataan militer yang baik. Terlebih, Angkatan Bersenjata Mesir masih banyak menggelar operasi kontra insurgensi. Selain itu, secara geopolitik, Mesir memiliki peran signifikan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Untuk itu, Dubes Helmy berpendapat alutsista seperti senapan ringan, kapal cepat dan amunisi berpeluang untuk ditawarkan ke Mesir.
“Saat ini Mesir semakin melirik produk industri pertahanan non-Amerika Serikat sehingga produk nasional kita punya kans untuk dipasarkan di sana,” imbuh Dubes Helmy.
Terkait upaya peningkatan promosi alutsista Indonesia, Helmy mengaku sudah menemui Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kantor Kementerian Pertahanan pada 4 Februari lalu. Dalam pertemuan tersebut dibahas peluang peningkatan kerja sama Indonesia-Mesir di bidang pertahanan.Dia berharap Menhan Ryamizard dapat ikut membantu mempromosikan alutsista Indonesia ke Mesir. Salah satu caranya adalah melakukan penjajakan peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara.
“Mengingat Mesir juga memiliki Menteri urusan Produksi Militer, patut juga dijajaki peluang kerja sama antarindustri pertahanan kedua negara,” papar Dubes Helmy.
Menurutnya, selama ini pasar Afrika termasuk Mesir merupakan pasar potensial bagi produk-produk nusantara. Komoditas kopi dan kelapa sawit misalnya, merupakan jenis komoditas yang laris manis. Terlebih, Presiden Joko Widodo sudah mengajak para pebisnis untuk melihat potensi pasar Afrika.
"Perekonomian di kawasan Afrika terus tumbuh dan saat ini adalah waktu tepat untuk menggencarkan promosi produk alutsista kita,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diunduh dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, total perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-November 2018 tercatat sebesar USD 1,07 miliar. Ekspor Indonesia ke Mesir tercatat sebesar USD 949 juta, sementara impor Indonesia dari Mesir sebesar USD 121 juta. Dengan demikian, surplus untuk Indonesia dalam neraca perdagangan dengan Mesir pada periode tersebut USD 828 juta. (mas)
♖ Sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.