Kamis, 04 April 2019

PT PAL Siapkan Pabrik Kapal Perang

Di Lampung
Ilustrasi produksi kapal perang di Surabaya

Badan Usaha Milik Negara bidang pertahanan memerlukan pengembangan tempat baru. Lokasinya harus terpencar demi keamanan. PT. PAL (Penataran Angkatan Laut) dan PT. Pindad (Perindustrian TNI Angkatan Darat) misalnya, punya calon lokasi anyar di Lampung dan beberapa daerah di Indonesia.

Direktur Rekayasa Umum dan Pemeliharaan serta Perbaikan PT. PAL Indonesia Sutrisno mengatakan pengembangan lokasi baru di tempat lain sementara manajemen tetap di Surabaya.

Membangun fasilitas dan tenaga kerja, pemikiran saya dilakukan secara bertahap,” katanya di acara diskusi pengembangan industri pertahanan di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Selasa, 2 April 2019.

Calon lokasi baru untuk pengembangan PT PAL berada di daerah Tanggamus, Lampung. Rencananya untuk menyiapkan galangan kapal perang dalam periode 50 tahun ke depan.

Penyiapan lahan misalnya diproyeksikan kajiannya selama 1-3 tahun, meliputi studi geografi, topografi dan geologi, dan studi oseanografi.

Adapun pembangunan fasilitas mencakup pembangunan area, tempat peluncuran dan dermaga, dan penyiapan alat angkat selama 5-20 tahun serta penyiapan tenaga kerja selama 2-10 tahun. PT. PAL kini total memiliki 1.542 pekerja.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT. Pindad Ade Bagdja mengatakan lokasi baru untuk pengembangan produksi harus tersebar di Indonesia. “Jangan menempatkan semua telur dalam satu keranjang,” ujarnya di acara yang sama. Penyebaran lokasi intinya demi keamanan fasilitas.

Kantor pusat PT. Pindad di Bandung seluas 66 hektare digunakan untuk produksi senjata, kendaraan khusus, dan produk industrial dengan karyawan berjumlah 1.958 orang.

Lokasi kedua di Turen, Malang sebagai divisi munisi seluas 166 hektare dengan produk munisi (peluru) juga bahan peledak dengan karyawan berjumlah 583 orang.

Krishna S. Pribadi dari Pusat Mitigasi Bencana ITB mengatakan, lokasi baru pengembangan industri pertahanan harus memperhitungkan kondisi daerah rawan bencana.

Kerawanan itu terkait bencana geologi seperti gempa, tsunami, dan bencana hidrometeorologi seperti banjir juga longsor. “Bukan tidak bisa membangun, tapi investasinya harus besar,” kata dia.

  Tempo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.