Minggu, 01 September 2019

[Dunia] China Bikin Drone Canggih

Untuk Hancurkan Jet Tempur Siluman F-35 AS https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2019/08/31/41/1435263/ini-drone-canggih-china-untuk-hancurkan-jet-tempur-siluman-f-35-as-YLT.jpgDrone target siluman LJ-I China yang dipamerkan di MAKS-2019 di Rusia. Foto/Asia Times

Di saat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya membanggakan pesawat jet tempur siluman F-35, China diam-diam mempersiapkan metode untuk menghancurkannya. Senjata canggih Beijing ini adalah drone target siluman LJ-I.

Drone atau pesawat nirawak LJ-I yang memiliki kemampuan sembunyi-sembunyi dipamerkan di Russian International Aviation and Space Salon (MAKS)-2019 di Zhukovsky.

Gambaran simulasi pertempuran dari senjata canggih Beijing ini adalah ketika di medan perang yang dibayangkan, F-35 lepas landas dari markasnya, menuju sasarannya dan tidak sadar sedang dilacak oleh pasukan drone canggih LJ-I.

Dengan cekatan diluncurkan dari pesawat pengebom, tujuan drone itu adalah untuk menjebak pesawat musuh pengganggu dan menghancurkannya. Kecil, tidak terdeteksi, mematikan. Dengan kata lain, jika terjadi pertempuran antara LJ-I dan F-35 maka salah satunya akan mati.

Menurut para ahli militer, drone LJ-I akan memberikan pengalaman militer China dengan pengalaman menghadapi jet tempur siluman seperti F-35, dan mungkin lebih canggih di masa depan.

Dipamerkan di stan Northwestern Polytechnical University, LJ-I adalah drone target subsonik tinggi yang mampu mensimulasikan manuver pesawat generasi keempat maupun generasi kelima.

LJ-I dapat terbang untuk waktu yang lama, memiliki kemampuan manuver yang tinggi dan dilengkapi dengan sistem penanggulangan elektronik serta kemampuan pengacau. Klaim itu dipaparkan Northwestern Polytechnical University dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada Global Times, yang dikutip Asia Times, Sabtu (31/8/2019).

Menurut pernyataan tersebut, drone sepanjang 4,7 meter, lebar 2,5 meter ini juga hemat biaya. Beberapa LJ-I juga dapat membangun formasi untuk mensimulasikan pertempuran nyata.

Sumber yang mengetahui program drone tersebut mengatakan pesawat nirawak LJ-I dapat bertahan hingga 9G atau 6G selama 30 detik dan memiliki daya tahan penerbangan 60 menit. Kecepatan jelajahnya antara 400 knot (741 km/jam) hingga 533 knot. Pesawat mendarat menggunakan parasut.

AS telah menjual F-35 kepada sekutunya di wilayah Asia-Pasifik, termasuk Jepang, Korea Selatan dan Australia, dengan AS sendiri juga mengerahkan jet tempur tersebut pada kapal induk dan kapal serbu amfibi.

Analis militer mengatakan, AS sedang mencoba untuk membentuk "lingkaran teman-teman F-35" di wilayah Asia-Pasifik, yang dapat menjadi ancaman bagi pertahanan nasional China.

Dengan memiliki drone target siluman, China bisa berlatih teknik dan taktik, dan mengembangkan senjata baru berdasarkan hasil pelatihan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Beberapa ahli mengatakan kekuatan terbesar F-35—juga merupakan kelemahan terbesar—ini pada dasarnya adalah sebuah komputer di angkasa. Sedangkan komputer, seperti diketahui secara umum, bisa diretas.

Menurut analisis situs web Fighter Sweep, setiap F-35 di dunia—apakah milik cabang militer Amerika atau sekutu asing—menyampaikan informasi kembali ke AS melalui setidaknya dua jaringan aman. Yang pertama adalah jaringan Autonomic Logistics Information System atau atau ALIS.

ALIS memungkinkan perbaikan atau pemeliharaan F-35 yang cepat tanpa penundaan yang disebabkan oleh kekurangan suku cadang atau menunggu peralatan.

Musuh musuh yang mendapatkan akses ke sistem ALIS dapat mendatangkan malapetaka pada penjadwalan perbaikan dan pemeliharaan, membuat banyak pesawat tidak beroperasi. Ancaman yang lebih besar adalah peretas menggunakan jaringan ALIS untuk menemukan jet-jet tempur F-35 di seluruh dunia dan mendapatkan informasi penting tentang operasi yang mereka lakukan.

Jaringan yang kedua adalah Joint Reprogramming Enterprise atau JRE, yang menyediakan "perpustakaan" yang diperbarui terus-menerus tentang sistem dan kemampuan senjata musuh yang dimaksudkan untuk membantu memberi informasi yang lebih baik kepada pilot F-35 ketika mereka menuju ke pertempuran.

Peretas yang mendapatkan akses ke sistem JRE berpotensi menjatuhkan F-35 atau meninggalkan F-35 tanpa salah satu alat yang paling berharga, atau bahkan mengubah data yang disediakannya untuk menunjukkan celah dalam pertahanan yang tidak benar-benar ada. Akibatnya, JRE dapat digunakan untuk memancing pilot F-35 yang tidak curiga ke dalam perangkap. (mas)

  SINDOnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.