Kamis, 10 Oktober 2019

Kisah 2 Srikandi TNI AU Taklukkan Pesawat Militer

Mega Takut Gagal "Landing", Anisa Fobia KetinggianLetda Pnb Mega Coftiana (24) dan Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25) penerbang wanita TNI AU saat ditemui di Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Kamis (10/10/2019).[KOMPAS.COM/ANDI HARTIK] ✈️

Letda Pnb Mega Coftiana (24) dan Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25) merupakan dua orang prajurit penerbang wanita TNI Angkatan Udara (AU).

Keduanya merupakan lulusan taruna wanita Akdemi Angkatan Udara (AAU) pertama yang jadi penerbang.

Keduanya pun memiliki kisah yang mengesankan sebagai seorang penerbang wanita.

Mega mengaku, dirinya sangat terkesan saat diberi kesempatan terbang seorang diri dengan pesawat latih.

Kesempatan itu didapatkan Mega saat menempuh pendidikan di Sekolah Penerbangan (Sekbang) di Pangkalan Udara Adisudjipto Yogyakarta.

Yang paling berkesan itu saat saya diberi kesempatan terbang solo,” kata Mega saat diwawancara di Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Kamis (10/10/2019).

Soal berada di ketinggian, prajurit kelahiran Ujung Pandang, 6 Maret 1995, itu mengaku tidak masalah. Sebab ia tidak memiliki fobia ketinggian.

Saya biasa saja sebenarnya karena tidak ada fobia,” katanya. “Hanya saat pertama terbang solo, saya merasa takut, bagaimana caranya saya landing dengan selamat. Terus membuktikan kepercayaan instruktur yang sudah memberikan kesempatan terbang solo,” katanya.

Saat ini, Mega ditempatkan di Skadron 4 Lanud Abdulrachman Saleh.

Mega dipercaya untuk menerbangkan pesawat jenis Cassa 212 Aviocar. Mega masih menjadi siswa transisi. Sebab untuk menjadi kopilot, Mega harus terbang sebanyak 26 kali.

Sampai sekarang, dirinya sudah terbang sebanyak 22 kali. Tersisa empat kali penerbangan untuk menjadikan dirinya sebagai kopilot pesawat jenis Cassa 212 Aviocar.

Selain Mega, juga ada Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25). Anisa merupakan penerbang Hercules wanita pertama di Indonesia.

Padahal sebelum menempuh pendidikan di Sekolah Penerbang, Anisa memiliki fobia ketinggian. “Saya merasakan takut. Karena sebelumnya saya mempunyai fobia ketinggian. Tapi dari atasan mempercayai saya untuk mengawaki pesawat militer TNI AU, akhinya saya lawan rasa takut itu. Mengubah mindset saya, fobia saya lawan. Jadi tentara itu bisa karena terpaksa, bisa karena terbiasa, bisa karena perintah,” katanya.

Anisa saat ini masih berstatus sebagai siswi transisi untuk menjadi kopilot Hercules C-130 B/H di Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh.

Anisa harus terbang sebanyak 23 kali atau selama 40 jam untuk menjadi kopilot.

Sampai saat ini, dia sudah terbang sebanyak 12 kali menggunakan pesawat dengan empat mesin itu.
 

  Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.