Kamis, 07 November 2019

[Dunia] Rudal Pencegat David Sling Israel Dilaporkan Jatuh ke Tangan Rusia

https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2019/11/06/43/1456263/rudal-pencegat-david-sling-israel-dilaporkan-jatuh-ke-tangan-rusia-q9T.jpgSistem pertahanan rudal David Sling Israel saat diuji coba. Foto/Kementerian Pertahanan Israel/Times of Israel

Sistem pertahanan rudal David Sling Israel saat diuji coba. Foto/Kementerian Pertahanan Israel/Times of Israel

Menurut laporan situs berita China, SINA pada hari Sabtu pekan lalu, misil pencegat Zionis mendarat utuh di Suriah dan dengan cepat diambil oleh pasukan militer Damaskus.

Situs berita menyatakan misil dari sistem pertahana David Sling telah diserahkan kepada militer Rusia yang selama ini membantu rezim Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara Suriah. Misil itu akhirnya dibawa ke Moskow untuk dipelajari.

Masih menurut laporan SINA yang dikutip Times of Israel, Rabu (6/11/2019), Israel dan Amerika Serikat telah meminta Rusia untuk mengembalikan misil pencegat tersebut. Laporan itu belum dikonfirmasi oleh militer Moskow. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mereka tidak mengomentari laporan asing.

IDF membela penempatan rudal pencegat pada saat itu, dengan mengatakan bahwa pasukannya telah bertindak dengan benar mengingat jumlah waktu yang singkat untuk bertindak.

Namun, IDF mengatakan bahwa alasan teknis mengapa rudal pencegatnya gagal menghantam targetnya tidak dapat dipublikasikan karena masalah keamanan.

Proyektil yang ditembakkan dari Suriah diidentifikasi sebagai rudal OTR-21 Tochka buatan Rusia (juga dikenal sebagai rudal SS-21 Scarab) dan berada di udara selama satu setengah menit. Rudal dapat membawa hulu ledak 500 kilogram (setengah ton) dan memiliki jangkauan 100 kilometer (60 mil).

Tentara Zionis menghitung bahwa rudal Damaskus itu sedang menuju wilayah Israel dan IDF menunggu sampai detik-detik terakhir untuk menembakkan misil pencegat dari sistem pertahanan David Sling.

Setelah misil dari David Sling diluncurkan, komputer baterai pertahanan udara menentukan bahwa rudal Suriah akan jatuh pendek dan tidak menimbulkan bahaya bagi Israel. Pada saat itu, militer Zionis memerintahkan agar salah satu misil pencegat itu dihancurkan.

IDF tidak mengatakan apa yang terjadi pada rudal pencegat kedua dan pada saat itu dianggap tidak mungkin telah diambil dalam kondisi utuh oleh pasukan Suriah dan digunakan untuk mengumpulkan informasi intelijen tentang kemampuan sistem pertahanan udara Zionis.

Sistem David Sling dirancang untuk menangani rudal yang datang dari jarak 40 kilometer (24,85 mil) hingga 300 kilometer (186,41 mil) jauhnya. Sistem itu membentuk tingkat menengah dari susunan pertahanan udara canggih Israel.

Negara Yahudi itu juga memiliki sistem Iron Dome untuk mengatasi serangan proyektil jarak pendek, dan sistem Arrow 3 yang dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak jauh.

David Sling, yang dinyatakan operasional pada April 2017, dikembangkan dalam proyek bersama oleh Organisasi Pertahanan Rudal Israel dan Badan Pertahanan Rudal Departemen Pertahanan AS. Sistem ini dimaksudkan untuk menggantikan sistem rudal Patriot di gudang senjata Israel. (mas)

 Rusia Dapat Meniru Sistem Anti-Pesawat Israel 
Para ilmuwan di Moskow tengah meneliti teknologi sistem anti pesawat canggih milik Israel. Itu dilakukan setelah rezim Suriah menyerahkan kepada Rusia rudal utuh yang ditemukan di negara itu tahun lalu.

Sebuah rudal dari sistem rudal David Sling Israel ditemukan utuh di Suriah pada Juli 2018, setelah gagal meledak ketika mencegat sebuah proyektil. Pasukan Suriah yang dikirim ke tempat kejadian menemukan rudal utuh dengan kerusakan kecil, sebelum menyerahkan ke pihak berwenang Rusia.

Setelah dikirim ke pangkalan udara Rusia di Suriah, rudal itu kemudian dikirim ke Moskow untuk penelitian.

Media China melaporkan bahwa para ilmuwan Rusia sedang melakukan "rekayasa terbalik" untuk mengungkap beberapa rahasia di balik teknologi tersebut.

David Sling, awalnya dikenal sebagai Magic Wand, dikembangkan oleh pabrikan militer Israel Rafael Advanced Defense Systems dan Raytheon dari Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Al Araby, Kamis (7/11/2019), sistem rudal anti pesawat ini dirancang untuk melumpuhkan drone, rudal dan pesawat. Selain itu, sistem rudal ini bertindak sebagai "lapisan tengah sistem pertahanan" antara Iron Dome dan Arrow 2 serta Arrow 3.

Israel telah melakukan ratusan serangan terhadap target terkait Iran di Suriah, sejak pecahnya perang di negara itu pada 2011. Sebagian besar serangan udara terkonsentrasi pada target militer Iran di barat daya dan sekitar Damaskus, tetapi kampanye telah diperluas ke timur negara itu. Milisi yang memiliki hubungan dengan Iran juga dituduh berusaha mengirim drone yang dipersenjatai ke Israel. (ian)

 Israel Bisa Gugup 
Rusia Dapat Meniru Sistem Anti-Pesawat IsraelMiliter Rusia dilaporkan telah memperoleh satu rudal pencegat dari sistem pertahanan udara David's Sling, salah satu sistem pertahanan paling canggih Israel. Para pakar mengatakan rezim Zionis bisa gugup jika laporan itu benar, karena Moskow bisa berbagi data intelijen dengan musuh-musuh Israel dan Amerika Serikat (AS) seperti Iran.

Militer Rusia dilaporkan memperoleh rudal itu pada Juli 2018, ketika Israel menembakkannya terhadap rudal-rudal Suriah buatan Rusia yang dikira terbang ke negara Yahudi tersebut. Dari dua misil pencegat yang ditembakkan sistem David's Sling, satu diledakkan sendiri oleh Angkatan Udara Israel ketika menjadi jelas bahwa senjata-senjata Suriah tidak menembus perbatasan Israel.

Satu rudal pencegat lainnya dilaporkan mendarat utuh di Suriah, tempat, seperti dilaporkan kantor berita China; SINA hari Sabtu bahwa rudal itu diambil oleh pasukan Suriah dan diserahkan ke Rusia.

David's Sling adalah sistem pertahanan anti-rudal jarak menengah yang dibangun oleh perusahaan Israel Rafael Advanced Defense Systems dan perusahaan AS Raytheon sebagai pengganti sistem pertahanan Patriot.

Israel pertama kali memperoleh sistem David's Sling pada 2017; dan pada Juli 2018 digunakan secara operasional untuk pertama kalinya. Rudal pencegat yang ditembakkan sistem itu diketahui bernama misil Stunner.

"Ini tentu saja memprihatinkan. Jika saya berada di Rafael, saya akan gugup sekarang," katra Ian Williams, wakil direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Internasional Strategis, kepada Business Insider, Kamis (7/11/2019).

Kekhawatiran itu, kata Williams, bukan karena Rusia akan menghasilkan salinan sistem itu untuk penggunaannya sendiri seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain. "Jika Iran menangkap hal ini, kita akan melihat sistem yang sama dua tahun dari sekarang," ujarnya.

Tetapi jika Rusia benar-benar menguasai rudal Stunner, Moskow dapat mempelajari teknologinya dan mencari cara untuk mengalahkan sistem David's Sling, yang akan menjadi masalah besar bagi negara-negara seperti Polandia, di mana rezim Zionis berusaha menjual sistem tersebut dan belum lagi bagi Israel sendiri.

"Jika saya adalah Israel, kekhawatiran utama saya adalah jika Rusia bisa mendapatkan (data) intelijen untuk mengalahkan (rudal) pencegat untuk Iran," kata Williams.

Dmitry Stefanovich, pakar Dewan Urusan Internasional Rusia dan salah satu pendiri proyek Vatfor, mengatakan kepada Business Insider bahwa Rusia juga berpotensi menggunakan rudal pencegat itu untuk memperbaiki sistemnya sendiri, baik ofensif dan defensif.

Dalam hal pencegat pertahanan udara, mereka tidak membungkuk sendiri, mereka memiliki pencegat yang cukup canggih, sangat canggih,” kata Williams, merujuk pada sistem S-300, S-400, dan S-500.

SINA juga melaporkan bahwa Amerika Serikat dan Israel meminta Rusia mengembalikan rudal pencegat tersebut ke Israel. Namun, upaya itu tidak berhasil. Baik Rusia maupun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak mengonfirmasi laporan mengenai rudal pencegat Stunner yang jatuh ke tangan Moskow.

"Saya tidak tahu apakah itu benar," kata Brigadir Jenderal (purn) Zvika Haimovitch, mantan Komandan Divisi Pertahanan Udara Zionis kepada The Jerusalem Post soal laporan media China.

Namun dia menekankan bahwa Israel selalu menganggap musuh-musuhnya berusaha mendapatkan informasi sensitif. “Saya pikir kita harus selalu khawatir dan khawatir tentang rahasia dan informasi kita dan data kita bahwa musuh kita bisa mendapatkannya. Saya berasumsi bahwa musuh kita selalu mencari data yang sangat sensitif dan tentang kemampuan dan kesenjangan serta kegagalan kita. Itu bagian dari cara yang perlu kita pikirkan, bahwa musuh kita selalu berusaha untuk mendapatkan informasi sensitif ini," paparnya. (mas)

  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.