Sabtu, 24 Agustus 2019
Keterlibatan Industri Pertahanan Dalam Negeri Lebih Diutamakan
Pemenuhan Alutsista TNIIlustrasi KRI TNI AL ●
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Laksdya TNI Agus Setiadji, S.A.P, M.A., berharap keterlibatan industri pertahanan dalam negeri lebih diutamakan dalam memenuhi kebutuhan Alustsista TNI terutama TNI AL yang saat ini banyak yang perlu diremajakan.
“Dari sekian unit Kapal KRI TNI beberapa sudah tua dan perlu peremajaan, dan Kemhan berharap adanya keterlibatan industri pertahanan dalam negeri”, ungkap Sekjen Kemhan.
Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan saat menerima paparan tentang rencana pembangunan dua unit Kapal Landing Ship Tank (LST) atau Kapal Angkut Tank Pesanan TNI AL dari PT Bandar Abadi Shipyard, Rabu (21/8). di sela – sela kunjungan kerjanya ke Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan mengatakan, dari alokasi Anggaran Pinjaman Dalam Negeri yang ada diharapkan dapat mewadahi pengadaan pembangunan beberapa kebutuhan Alutsista TNI AL terutama kapal – kapal jenis LPD, kapal Rumah Sakit dan kapal LST. “Pengadaan Kapal LST ini sangat dibutuhkan, karena kapal LST banyak yang sudah berusia tua”, jelas Sekjen Kemhan.
Kepada pihak PT Bandar Abadi Shipyard yang telah diberikan kepecayaan oleh Kemhan untuk membangun dua unit kapal LST, Sekjen Kemhan berharap untuk menjalin komunikasi dengan pihak pengguna dalam hal ini TNI AL. Sehingga, proses pembangunannya sampai dengan penyerahan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Sementara itu, Komisaris PT Bandar Abadi Shipyard Stanley Rojali menyampaikan apresiasi atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan oleh Kemhan kepada PT Bandar Abadi Shipyard untuk membangun dua unit Kapal LST untuk TNI AL yang kontraknya sudah ditandatangani bulan Januari 2019.
Dikatakannya, PT Bandar Abadi Shipyard merasa bangga telah mendapatkan kepercayaan kontrak pengadaan LST dari Kemhan dan kedepan diharapkan mampu memberikan yang terbaik dalam berpartisispasi mendukung terwujudnya kemandirian Alutsista dalam negeri. (BDI/ACP)
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Laksdya TNI Agus Setiadji, S.A.P, M.A., berharap keterlibatan industri pertahanan dalam negeri lebih diutamakan dalam memenuhi kebutuhan Alustsista TNI terutama TNI AL yang saat ini banyak yang perlu diremajakan.
“Dari sekian unit Kapal KRI TNI beberapa sudah tua dan perlu peremajaan, dan Kemhan berharap adanya keterlibatan industri pertahanan dalam negeri”, ungkap Sekjen Kemhan.
Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan saat menerima paparan tentang rencana pembangunan dua unit Kapal Landing Ship Tank (LST) atau Kapal Angkut Tank Pesanan TNI AL dari PT Bandar Abadi Shipyard, Rabu (21/8). di sela – sela kunjungan kerjanya ke Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Lebih lanjut Sekjen Kemhan mengatakan, dari alokasi Anggaran Pinjaman Dalam Negeri yang ada diharapkan dapat mewadahi pengadaan pembangunan beberapa kebutuhan Alutsista TNI AL terutama kapal – kapal jenis LPD, kapal Rumah Sakit dan kapal LST. “Pengadaan Kapal LST ini sangat dibutuhkan, karena kapal LST banyak yang sudah berusia tua”, jelas Sekjen Kemhan.
Kepada pihak PT Bandar Abadi Shipyard yang telah diberikan kepecayaan oleh Kemhan untuk membangun dua unit kapal LST, Sekjen Kemhan berharap untuk menjalin komunikasi dengan pihak pengguna dalam hal ini TNI AL. Sehingga, proses pembangunannya sampai dengan penyerahan dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Sementara itu, Komisaris PT Bandar Abadi Shipyard Stanley Rojali menyampaikan apresiasi atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan oleh Kemhan kepada PT Bandar Abadi Shipyard untuk membangun dua unit Kapal LST untuk TNI AL yang kontraknya sudah ditandatangani bulan Januari 2019.
Dikatakannya, PT Bandar Abadi Shipyard merasa bangga telah mendapatkan kepercayaan kontrak pengadaan LST dari Kemhan dan kedepan diharapkan mampu memberikan yang terbaik dalam berpartisispasi mendukung terwujudnya kemandirian Alutsista dalam negeri. (BDI/ACP)
★ Kemhan
Jumat, 23 Agustus 2019
Kepala BSSN Bicara soal Pelaku Serangan Siber di Isu Papua
Ilustrasi ●
Kerusuhan di Papua dan Papua Barat mendapat perhatian prioritas dari pemerintah. Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Purn Hinsa Siburian mengatakan ada serangan siber yang bertujuan memperkeruh situasi.
Hinsa mengaku baru kembali dari Sorong dan Manokwari bersama Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Hinsa menyebutkan tentang kondisi yang dilihatnya.
"Saya lihat di situ dan sangat nyata, bisa dilihat dari hasil monitor kita, memang ada kelompok-kelompok tertentu memanfaatkan insiden yang ada di Surabaya maupun di Malang," ucap Hinsa di kantornya, Jalan Harsono RM, Jakarta Selatan, Jumat (23/8/2019).
Hinsa menyebutkan pelaku dalam dunia siber bisa dari individu hingga bahkan suatu negara. Serangan siber pun, disebut Hinsa, bisa mempengaruhi informasi di lingkungan masyarakat.
"Pelaku penyerangan dalam dunia siber itu bisa individu, bisa kelompok, bahkan bisa negara," sebut Hinsa.
"Jadi dari sisi siber saya katakan memang ada kelompok yang memanfaatkan itu, memperkeruh situasi dengan konten-konten, berita-berita untuk menimbulkan kemarahan masyarakat sehingga kita melihat kemarin di beberapa tempat di Papua maupun Papua Barat terjadi unjuk rasa," sambungnya.
Kerusuhan di Papua dan Papua Barat mendapat perhatian prioritas dari pemerintah. Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Purn Hinsa Siburian mengatakan ada serangan siber yang bertujuan memperkeruh situasi.
Hinsa mengaku baru kembali dari Sorong dan Manokwari bersama Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Hinsa menyebutkan tentang kondisi yang dilihatnya.
"Saya lihat di situ dan sangat nyata, bisa dilihat dari hasil monitor kita, memang ada kelompok-kelompok tertentu memanfaatkan insiden yang ada di Surabaya maupun di Malang," ucap Hinsa di kantornya, Jalan Harsono RM, Jakarta Selatan, Jumat (23/8/2019).
Hinsa menyebutkan pelaku dalam dunia siber bisa dari individu hingga bahkan suatu negara. Serangan siber pun, disebut Hinsa, bisa mempengaruhi informasi di lingkungan masyarakat.
"Pelaku penyerangan dalam dunia siber itu bisa individu, bisa kelompok, bahkan bisa negara," sebut Hinsa.
"Jadi dari sisi siber saya katakan memang ada kelompok yang memanfaatkan itu, memperkeruh situasi dengan konten-konten, berita-berita untuk menimbulkan kemarahan masyarakat sehingga kita melihat kemarin di beberapa tempat di Papua maupun Papua Barat terjadi unjuk rasa," sambungnya.
★ detik
Indonesia Allocates USD8.9 Billion to Defence in 2020
The Indonesian government has formally proposed a fiscal year (FY) 2020 defence budget of IDR127.4 trillion (USD8.9 billion). According to budgetary documents published by the Ministry of Finance (MoF), the defence budget represents a 16% increase over the 2019 allocation of IDR109.6 trillion.
The documents state that the 2020 defence budget, which amounts to about 5% of total government expenditure in the year, will be used to support procurement efforts in line with the country's Minimum Essential Force (MEF) military modernisation programme.
"In FY 2020 the Ministry of Defence will continue strategic priority programmes and activities in order to support MEF fulfilment," said the MoF.
The documents state that the 2020 defence budget, which amounts to about 5% of total government expenditure in the year, will be used to support procurement efforts in line with the country's Minimum Essential Force (MEF) military modernisation programme.
"In FY 2020 the Ministry of Defence will continue strategic priority programmes and activities in order to support MEF fulfilment," said the MoF.
Kamis, 22 Agustus 2019
Rabu, 21 Agustus 2019
TNI AL Luncurkan Tiga Kapal Angkut Tank
Untuk Perkuat Operasi Amfibi Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut (Aslog KSAL) Laksamana Muda TNI Moelyanto meluncurkan sekaligus melakukan penamaan terhadap tiga kapal angkut tank di Galangan PT Daya Radar Utama, Lampung. Ketiga kapal tersebut untuk mendukung operasi amfibi TNI ☆
TNI AL meluncurkan sekaligus melaksanakan shipnaming atau penamaan terhadap tiga Kapal Angkut Tank (AT) yakni, AT-5,6 dan 7 di Galangan PT Daya Radar Utama, Lampung pada Senin, 19 Agustus, 2019.
Seluruh kapal tersebut masing-masing diberi nama, Teluk Youtefa untuk Kapal AT-5, Teluk Palu untuk Kapal AT-6 dan Teluk Calang Kapal AT-7. Ketiga kapal yang memiliki panjang keseluruhan 120 meter, dengan panjang garis air 111, 89 mm dan lebar 18 m serta tinggi 7,8 meter ini mempunyai kecepatan maksimum 16 knot, dengan kecepatan jelajah 15 knot dan kecepatan ekonomis (patroli) 14 knot.
Selain itu, ketiga kapal tersebut juga memiliki kapasitas angkut sebanyak 10 unit tank Leopard atau 14 unit BMP-3F dan 1 unit Helikopter serta dapat mengangkut sebanyak 478 personel.
Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut (Aslog KSAL) Laksamana Muda TNI Moelyanto menjelaskan, pada 15 Mei dan 1 Juni 2019 Kapal AT 5 dan 6 telah sukses di luncurkan dalam keadaan aman dan lancar.
Menurut dia, secara teknis pelaksanaan launching ditujukan untuk mengetahui stabilitas kapal dan kekedapan badan kapal terhadap kemungkinan risiko bahaya kebocoran mengingat kapal tersebut disiapkan untuk pelaksanaan tugas operasi amfibi yang disertai dengan pergeseran pasukan menggunakan kendaraan tempur amfibi.
”Pembangunan tiga unit Kapal Angkut Tank memiliki makna yang sangat strategis terhadap profesionalisme TNI AL, dan keberadaan kapal-kapal tersebut dapat dijadikan sebagai momentum bagi prajurit dalam mendalami ilmu operasi amfibi, pergeseran pasukan menggunakan kendaraan dan material tempur serta kegiatan sosial yakni pengiriman bantuan pulau-pulau yang tertimpa bencana,” katanya, dalam keterangan yang diterima SINDOnews Rabu (21/8/2019).
Pembangunan ketiga kapal ini, kata dia, merupakan manifestasi dari kebijakan pembangunan TNI AL menuju Minimum Essential Force (MEF). Dengan kehadiran ketiga kapal angkut tank ini, diharapkan menjadi sarana penghubung dan pemersatu kemaritiman Indonesia sehingga menjadi inspirasi bagi komandan beserta seluruh Anak Buah Kapal (ABK) dalam mendukung tugas pokok TNI AL menjaga kedaulatan wilayah perairan Indonesia.
”Atas nama TNI AL saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Direktur Utama PT Daya Radar Utama atas terwujudnya pembangunan tiga unit kapal ini serta kepada Kadisadal, Dansatgas Proyek Pengadaan Dalam Negeri Kapal AT 5, 6 dan 7 serta pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian “Scope of Work” proyek pengadaan Alutsista hingga ke tahap launching,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, TNI AL juga melaunching Kapal AT-7 Teluk Calang. Diharapkan kapal beserta calon Komandan dan ABK yang mengawaki diberikan keselamatan dan keamanan dalam melaksanakan tugas dan pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia.
Penamanaan dan peluncuran ketiga Kapal Angkut Tank tersebut ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Aslog KSAL. Selanjutnya Kapal AT-7 Teluk Calang turun menggunakan airbag balloons yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara oleh Kadisadal dan Direktur Utama PT Daya Radar Utama disaksikan Aslog KSAL.
TNI AL meluncurkan sekaligus melaksanakan shipnaming atau penamaan terhadap tiga Kapal Angkut Tank (AT) yakni, AT-5,6 dan 7 di Galangan PT Daya Radar Utama, Lampung pada Senin, 19 Agustus, 2019.
Seluruh kapal tersebut masing-masing diberi nama, Teluk Youtefa untuk Kapal AT-5, Teluk Palu untuk Kapal AT-6 dan Teluk Calang Kapal AT-7. Ketiga kapal yang memiliki panjang keseluruhan 120 meter, dengan panjang garis air 111, 89 mm dan lebar 18 m serta tinggi 7,8 meter ini mempunyai kecepatan maksimum 16 knot, dengan kecepatan jelajah 15 knot dan kecepatan ekonomis (patroli) 14 knot.
Selain itu, ketiga kapal tersebut juga memiliki kapasitas angkut sebanyak 10 unit tank Leopard atau 14 unit BMP-3F dan 1 unit Helikopter serta dapat mengangkut sebanyak 478 personel.
Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut (Aslog KSAL) Laksamana Muda TNI Moelyanto menjelaskan, pada 15 Mei dan 1 Juni 2019 Kapal AT 5 dan 6 telah sukses di luncurkan dalam keadaan aman dan lancar.
Menurut dia, secara teknis pelaksanaan launching ditujukan untuk mengetahui stabilitas kapal dan kekedapan badan kapal terhadap kemungkinan risiko bahaya kebocoran mengingat kapal tersebut disiapkan untuk pelaksanaan tugas operasi amfibi yang disertai dengan pergeseran pasukan menggunakan kendaraan tempur amfibi.
”Pembangunan tiga unit Kapal Angkut Tank memiliki makna yang sangat strategis terhadap profesionalisme TNI AL, dan keberadaan kapal-kapal tersebut dapat dijadikan sebagai momentum bagi prajurit dalam mendalami ilmu operasi amfibi, pergeseran pasukan menggunakan kendaraan dan material tempur serta kegiatan sosial yakni pengiriman bantuan pulau-pulau yang tertimpa bencana,” katanya, dalam keterangan yang diterima SINDOnews Rabu (21/8/2019).
Pembangunan ketiga kapal ini, kata dia, merupakan manifestasi dari kebijakan pembangunan TNI AL menuju Minimum Essential Force (MEF). Dengan kehadiran ketiga kapal angkut tank ini, diharapkan menjadi sarana penghubung dan pemersatu kemaritiman Indonesia sehingga menjadi inspirasi bagi komandan beserta seluruh Anak Buah Kapal (ABK) dalam mendukung tugas pokok TNI AL menjaga kedaulatan wilayah perairan Indonesia.
”Atas nama TNI AL saya sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Direktur Utama PT Daya Radar Utama atas terwujudnya pembangunan tiga unit kapal ini serta kepada Kadisadal, Dansatgas Proyek Pengadaan Dalam Negeri Kapal AT 5, 6 dan 7 serta pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian “Scope of Work” proyek pengadaan Alutsista hingga ke tahap launching,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, TNI AL juga melaunching Kapal AT-7 Teluk Calang. Diharapkan kapal beserta calon Komandan dan ABK yang mengawaki diberikan keselamatan dan keamanan dalam melaksanakan tugas dan pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia.
Penamanaan dan peluncuran ketiga Kapal Angkut Tank tersebut ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Aslog KSAL. Selanjutnya Kapal AT-7 Teluk Calang turun menggunakan airbag balloons yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara oleh Kadisadal dan Direktur Utama PT Daya Radar Utama disaksikan Aslog KSAL.
Indonesia Order 4 BAE Systems’ Bofors 57 Mk3 Naval Gun System
The Indonesian Navy has selected BAE Systems’ Bofors 57 Mk3 naval gun system for the country’s KCR-60 fast-attack vessel program. BAE Systems’ Bofors 57 Mk3 Naval Gun System ☆
The initial contracts with government-owned shipbuilder PT PAL Indonesia include four 57 Mk3 gun systems.
The Bofors 57mm naval gun is designed to address surface, air, and land threats in the littoral environment, and is already in service with a wide range of navies and coast guards, including those of the United States, Canada, Sweden, Finland and Mexico.
“This most recent contract with PT PAL Indonesia signifies the nation’s continued trust that BAE Systems naval guns consistently meet quality requirements and capability needs,” said Ulf Einefors, director of Weapon Systems Sweden at BAE Systems.
With a length of 60 meters, the KCR-60 was designed to quickly deploy guided anti-ship missiles against surface combatants and then rapidly and safely withdraw into the region’s archipelagos. Three KCR-60 vessels are currently in service with the Indonesian Navy, Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut, or TNI-AL, with a fourth ship scheduled to be operational in 2021.
Two of the new 57 Mk3 systems will be for two KCR-60 vessels currently under construction, while the remaining two guns will be integrated onto two existing KCR-60 ships. The gun systems will be produced at BAE Systems facilities in Karlskoga, Sweden. The first unit is scheduled for delivery in 2020 and the final unit in 2021. 038/2019
The initial contracts with government-owned shipbuilder PT PAL Indonesia include four 57 Mk3 gun systems.
The Bofors 57mm naval gun is designed to address surface, air, and land threats in the littoral environment, and is already in service with a wide range of navies and coast guards, including those of the United States, Canada, Sweden, Finland and Mexico.
“This most recent contract with PT PAL Indonesia signifies the nation’s continued trust that BAE Systems naval guns consistently meet quality requirements and capability needs,” said Ulf Einefors, director of Weapon Systems Sweden at BAE Systems.
With a length of 60 meters, the KCR-60 was designed to quickly deploy guided anti-ship missiles against surface combatants and then rapidly and safely withdraw into the region’s archipelagos. Three KCR-60 vessels are currently in service with the Indonesian Navy, Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut, or TNI-AL, with a fourth ship scheduled to be operational in 2021.
Two of the new 57 Mk3 systems will be for two KCR-60 vessels currently under construction, while the remaining two guns will be integrated onto two existing KCR-60 ships. The gun systems will be produced at BAE Systems facilities in Karlskoga, Sweden. The first unit is scheduled for delivery in 2020 and the final unit in 2021. 038/2019
Militer AS Gelar Latihan Gabungan dengan TNI AD
Garuda Shield 2019 Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dan pasukan Amerika Serikat (AS) di Pasifik dilaporkan akan menggelar latihan gabungan pada pekan depan. [Foto/Kedubes AS]
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dan pasukan Amerika Serikat (AS) di Pasifik dilaporkan akan menggelar latihan gabungan pada pekan depan. Latihan dengan tema "Garuda Shield" itu dijadwalkan digelar di Jawa Timur, 19 hingga 30 Agustus.
Garuda Shield merupakan latihan bersama bilateral yang digelar secara rutin setiap tahun, yang disponsori oleh pasukan AD AS di Pasifik dan TNI-AD bertindak sebagai tuan rumah.
"Tahun ini merupakan latihan ke-13 dari kelanjutan upaya untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan ini," bunyi keterangan Kedutaan Besar AS di Jakarta yang diterima Sindonews pada Selasa (20/8).
Sekitar 700 personel U.S. Army Pacific dari Jepang, California, Hawaii, negara bagian Washington dan Wincosin, dan sekitar 700 tentara Indonesia melakukan serangkaian kegiatan kemitraan dan latihan bilateral berfokus pada operasi pendukung perdamaian.
"Kegiatan meliputi pelatihan untuk para staf brigade, latihan lapangan, latihan aviasi dan kesehatan, serta latihan menembak gabungan. Bagi pasukan AD AS di Pasifik Garuda Shield merupakan latihan ketiga dari program Pasifik Pathways 2019," tukasnya. (esn)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dan pasukan Amerika Serikat (AS) di Pasifik dilaporkan akan menggelar latihan gabungan pada pekan depan. Latihan dengan tema "Garuda Shield" itu dijadwalkan digelar di Jawa Timur, 19 hingga 30 Agustus.
Garuda Shield merupakan latihan bersama bilateral yang digelar secara rutin setiap tahun, yang disponsori oleh pasukan AD AS di Pasifik dan TNI-AD bertindak sebagai tuan rumah.
"Tahun ini merupakan latihan ke-13 dari kelanjutan upaya untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan ini," bunyi keterangan Kedutaan Besar AS di Jakarta yang diterima Sindonews pada Selasa (20/8).
Sekitar 700 personel U.S. Army Pacific dari Jepang, California, Hawaii, negara bagian Washington dan Wincosin, dan sekitar 700 tentara Indonesia melakukan serangkaian kegiatan kemitraan dan latihan bilateral berfokus pada operasi pendukung perdamaian.
"Kegiatan meliputi pelatihan untuk para staf brigade, latihan lapangan, latihan aviasi dan kesehatan, serta latihan menembak gabungan. Bagi pasukan AD AS di Pasifik Garuda Shield merupakan latihan ketiga dari program Pasifik Pathways 2019," tukasnya. (esn)
★ SINDOnews
Selasa, 20 Agustus 2019
[Video[ Komponen Lokal Kendaraan Tempur Pindad Tembus 70%
Mobil Militer Nasional Pindad. [Foto: Dikhy Sasra]
Berbicara mengenai industri kendaraan tak lepas dari kandungan lokal. Artinya semakin besar kandungan lokal secara tidak langsung memberikan kontribusi besar pula terhadap pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
PT Pindad (Persero) sendiri yang secara resmi memproduksi kendaraan tempur (ranpur) di Indonesia sejak 1993 ini memiliki kandungan lokal cukup besar. Sampai tahun ini komponen lokal yang terkandung dalam produk ranpur buatan Pindad telah mencapai 70 persen.
"Kalau hardware bisa dikatakan sudah 70 persen dari Indonesia," ujar Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose saat ditemui detikcom di Bandung, Jawa Barat.
Jika ada hardware seperti yang disebutkan Mose tentu ada pula software dan brainware. Untuk hal tersebut ia mengatakan bahwa hampir keseluruhan perangkat lunak dalam produksinya digarap langsung oleh anak-anak bangsa.
"Kandungan lokal kita bicara yang namanya brainware dan software. Kalau bicara software dan brainware kemampuan itu sudah ada di Indonesia. Saya tak bisa katakan 100 persen tapi semua sudah dari kita," terang Mose.
Komponen perakitan sendiri dikatakan Mose memang menjadi masalah umum di Indonesia. Tidak hanya di industri kendaraan penumpang dan komersial, industri kendaraan militer pun mengalami hal yang sama dalam pengadaan material tertentu.
"Kalau bicara hardware mau tidak mau memang ini yang menjadi kendala kita karena industri hulu di Indonesia itu belum semua produk raw material menjadi bahan jadi untuk mendukung kendaraan kita. Misal untuk kendaraan tempur kita armored plate masih impor," paparnya.
Kendati demikian, ia tidak menyalahkan industri penyedia material Indonesia yang ada saat ini. Menurutnya itu merupakan dampak dari skala ekonomi dalam pengembangan investasi bisnis.
"Bukan berarti kita tidak punya kemampuan buat, bukan berarti Krakatau Steel tidak mampu tapi mereka berhitung skala ekonominya. Dia harus diproduksi berapa banyak dan investasi mesin seperti apa untuk bisa produksi armored plate seperti itu," tandasnya.
Berbicara mengenai industri kendaraan tak lepas dari kandungan lokal. Artinya semakin besar kandungan lokal secara tidak langsung memberikan kontribusi besar pula terhadap pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
PT Pindad (Persero) sendiri yang secara resmi memproduksi kendaraan tempur (ranpur) di Indonesia sejak 1993 ini memiliki kandungan lokal cukup besar. Sampai tahun ini komponen lokal yang terkandung dalam produk ranpur buatan Pindad telah mencapai 70 persen.
"Kalau hardware bisa dikatakan sudah 70 persen dari Indonesia," ujar Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose saat ditemui detikcom di Bandung, Jawa Barat.
Jika ada hardware seperti yang disebutkan Mose tentu ada pula software dan brainware. Untuk hal tersebut ia mengatakan bahwa hampir keseluruhan perangkat lunak dalam produksinya digarap langsung oleh anak-anak bangsa.
"Kandungan lokal kita bicara yang namanya brainware dan software. Kalau bicara software dan brainware kemampuan itu sudah ada di Indonesia. Saya tak bisa katakan 100 persen tapi semua sudah dari kita," terang Mose.
Komponen perakitan sendiri dikatakan Mose memang menjadi masalah umum di Indonesia. Tidak hanya di industri kendaraan penumpang dan komersial, industri kendaraan militer pun mengalami hal yang sama dalam pengadaan material tertentu.
"Kalau bicara hardware mau tidak mau memang ini yang menjadi kendala kita karena industri hulu di Indonesia itu belum semua produk raw material menjadi bahan jadi untuk mendukung kendaraan kita. Misal untuk kendaraan tempur kita armored plate masih impor," paparnya.
Kendati demikian, ia tidak menyalahkan industri penyedia material Indonesia yang ada saat ini. Menurutnya itu merupakan dampak dari skala ekonomi dalam pengembangan investasi bisnis.
"Bukan berarti kita tidak punya kemampuan buat, bukan berarti Krakatau Steel tidak mampu tapi mereka berhitung skala ekonominya. Dia harus diproduksi berapa banyak dan investasi mesin seperti apa untuk bisa produksi armored plate seperti itu," tandasnya.
★ detik
[Video] Puncak Latihan TNI-AD, Kartika Yudha 2019
Dipublikasikan TNI AD Latancab Kartika Yudha 2019 merupakan latihan puncak Angkatan Darat yang ditujukan untuk mensinergikan antar kecabangan, serta untuk mempersiapkan satuan TNI AD dalam rangka mengikuti Latihan Gabungan TNI yang akan dilaksanakan pada bulan September tahun ini, Baturaja, Senin (19/8/2019).
Latihan digelar mulai tanggal 4 s.d. 21 Agustus 2019 dan pada latihan puncak di tinjau langsung oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa yang didampingi para pejabat tinggi TNI dan TNI AD.
Beberapa Alutsista terbaru yang dikerahkan TNI AD, diantaranya Leopard 2RI, Tank Marder dan ARV, Roket Multi Laras Astros, Meriam 155 Caesar, Rudal Mistral, Rudal ATGM Jevelin, serta helikopter andalan TNI AD seperti Apache AH-64E, Heli serang BO 105 dan Heli serang AS 550 Fennec.
Latihan digelar mulai tanggal 4 s.d. 21 Agustus 2019 dan pada latihan puncak di tinjau langsung oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa yang didampingi para pejabat tinggi TNI dan TNI AD.
Beberapa Alutsista terbaru yang dikerahkan TNI AD, diantaranya Leopard 2RI, Tank Marder dan ARV, Roket Multi Laras Astros, Meriam 155 Caesar, Rudal Mistral, Rudal ATGM Jevelin, serta helikopter andalan TNI AD seperti Apache AH-64E, Heli serang BO 105 dan Heli serang AS 550 Fennec.
★ Youtube
Senin, 19 Agustus 2019
Pindad Mau Bikin Mobil Tempur Bertenaga Listrik
BUMNISIlustrasi kendaraan militer produksi Pindad
Elektrifikasi tidak hanya menyapa industri kendaraan penumpang dan komersial. Industri kendaraan militerseperti PT Pindad (Persero) pun tak mau ketinggalan dalam menjalankan misi lingkungan satu ini.
Arah untuk ke sana sudah terlihat jelas sejak keterlibatan PT Pindad (Persero) dalam pembuatan motor listrik anak bangsa, yakni Gesits. Pindad sendiri merupakan pemasok motor penggerak listrik untuk motor tersebut. Kendati demikian tentunya untuk mewujudkannya perlu payung dari pemerintah.
"Kemampuan Pindad di sini sekarang kita juga lagi produksi motor listrik termasuk mendukung Gesits itu kan dari PT Pindad sehingga kita sebenarnya tinggal menunggu regulasi pemerintah seperti apa. Semua wait and see untuk itu," ujar Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose kepada detikcom di saat ditemui di Bandung, Jawa Barat.
Meski ia mengakui kemampuan teknologi baru tersebut belum sepenuhnya diserap, ia cukup yakin terhadap kapabilitas pabriknya saat ini untuk beradaptasi. Kendala utama dalam membuat kendaraan listrik tempur pun sama dengan yang dialami oleh kendaraan dari pabrikan lain, yaitu material utama seperti baterai.
"Industrinya (kendaraan tempur listrik) bisa dikatakan sudah siap walaupun belum maksimum tapi kemampuan material pendukung itu yang masih sulit kalau bicara impor," kata Mose.
Sebelum melangkah ke sana PT Pindad juga telah berkontribusi dalam mengurangi pencemaran polusi udara akibat emisi. Untuk itu mesin diesel yang kebanyakan menyuplai tenaga kendaraan tempur sudah dapat mengkonsumsi bahan bakar seperti B20.
"Kemarin kita coba B20 sudah untuk kendaraan Komodo yang kita lagi uji coba. Next kalau ini bagus kenapa nggak kita naik lagi B50. Sejauh ini kita masih pantau dari filter dan lain bagaimana efek dari penggunaan B20 itu," tutupnya.
Bisa Bikin Kendaraan Tempur dalam 2 Hari
Berbeda dengan produksi kendaraan penumpang, produksi kendaraan tempur bisa dikatakan memiliki urgensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu masa pembuatannya pun mampu digeber dalam kondisi tertentu.
PT Pindad (Persero) sebagai manufaktur kendaraan tempur di Indonesia memiliki kemampuan membuat satu unit kendaraan tempur dalam waktu 2 hari saja. Waktu tersebut dapat dicapai karena kemampuan para ahli yang sudah cukup lama berkecimpung serta bantuan teknologi canggih lainnya.
"Rata-rata kalau dengan kapasitas per tahun satu unit kita bisa dua hari. Karena pemahaman itu sudah cukup lama. Kemampuan itu sudah ada dari mesin dan skill," ungkap Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose saat ditemui detikcom di Bandung, Jawa Barat.
Namun hal itu dapat dicapai ketika material pendukung dalam keadaan tersedia semua. Untuk saat ini masih ada beberapa komponen penting yang perlu diimpor supaya produksi dapat berjalan. Biasanya komponen tersebut dapat sampai dalam kurun waktu 4-6 bulan.
"Yang jadi kendala adalah material impor, waktu untuk pengadaan material bisa 4 sampai 6 bulan jadi kita harus order duluan sebelum mendapatkan kontrak," jelas Mose.
Terlepas dari hal tersebut pabrik Pindad sendiri memiliki kapasitas produksi yang cukup tinggi sebagai sebuah kendaraan tempur lengkap dengan senjatanya. Dalam satu tahun pabriknya mampu melahirkan 100 kendaraan tempur baru yang siap beroperasi.
"Kapasitas produksi sudah 90-100 unit per tahun tapi itu tergantung bagaimana kita melakukan paralel atau serial produksi misal satu tahun itu ada order untuk Badak atau Komodo dan lainnya tentu akan dilihat bagaimana serial produknya," tukas Mose.
♖ detik
Elektrifikasi tidak hanya menyapa industri kendaraan penumpang dan komersial. Industri kendaraan militerseperti PT Pindad (Persero) pun tak mau ketinggalan dalam menjalankan misi lingkungan satu ini.
Arah untuk ke sana sudah terlihat jelas sejak keterlibatan PT Pindad (Persero) dalam pembuatan motor listrik anak bangsa, yakni Gesits. Pindad sendiri merupakan pemasok motor penggerak listrik untuk motor tersebut. Kendati demikian tentunya untuk mewujudkannya perlu payung dari pemerintah.
"Kemampuan Pindad di sini sekarang kita juga lagi produksi motor listrik termasuk mendukung Gesits itu kan dari PT Pindad sehingga kita sebenarnya tinggal menunggu regulasi pemerintah seperti apa. Semua wait and see untuk itu," ujar Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose kepada detikcom di saat ditemui di Bandung, Jawa Barat.
Meski ia mengakui kemampuan teknologi baru tersebut belum sepenuhnya diserap, ia cukup yakin terhadap kapabilitas pabriknya saat ini untuk beradaptasi. Kendala utama dalam membuat kendaraan listrik tempur pun sama dengan yang dialami oleh kendaraan dari pabrikan lain, yaitu material utama seperti baterai.
"Industrinya (kendaraan tempur listrik) bisa dikatakan sudah siap walaupun belum maksimum tapi kemampuan material pendukung itu yang masih sulit kalau bicara impor," kata Mose.
Sebelum melangkah ke sana PT Pindad juga telah berkontribusi dalam mengurangi pencemaran polusi udara akibat emisi. Untuk itu mesin diesel yang kebanyakan menyuplai tenaga kendaraan tempur sudah dapat mengkonsumsi bahan bakar seperti B20.
"Kemarin kita coba B20 sudah untuk kendaraan Komodo yang kita lagi uji coba. Next kalau ini bagus kenapa nggak kita naik lagi B50. Sejauh ini kita masih pantau dari filter dan lain bagaimana efek dari penggunaan B20 itu," tutupnya.
Bisa Bikin Kendaraan Tempur dalam 2 Hari
Berbeda dengan produksi kendaraan penumpang, produksi kendaraan tempur bisa dikatakan memiliki urgensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu masa pembuatannya pun mampu digeber dalam kondisi tertentu.
PT Pindad (Persero) sebagai manufaktur kendaraan tempur di Indonesia memiliki kemampuan membuat satu unit kendaraan tempur dalam waktu 2 hari saja. Waktu tersebut dapat dicapai karena kemampuan para ahli yang sudah cukup lama berkecimpung serta bantuan teknologi canggih lainnya.
"Rata-rata kalau dengan kapasitas per tahun satu unit kita bisa dua hari. Karena pemahaman itu sudah cukup lama. Kemampuan itu sudah ada dari mesin dan skill," ungkap Direktur Utama PT Pindad (Persero), Abraham Mose saat ditemui detikcom di Bandung, Jawa Barat.
Namun hal itu dapat dicapai ketika material pendukung dalam keadaan tersedia semua. Untuk saat ini masih ada beberapa komponen penting yang perlu diimpor supaya produksi dapat berjalan. Biasanya komponen tersebut dapat sampai dalam kurun waktu 4-6 bulan.
"Yang jadi kendala adalah material impor, waktu untuk pengadaan material bisa 4 sampai 6 bulan jadi kita harus order duluan sebelum mendapatkan kontrak," jelas Mose.
Terlepas dari hal tersebut pabrik Pindad sendiri memiliki kapasitas produksi yang cukup tinggi sebagai sebuah kendaraan tempur lengkap dengan senjatanya. Dalam satu tahun pabriknya mampu melahirkan 100 kendaraan tempur baru yang siap beroperasi.
"Kapasitas produksi sudah 90-100 unit per tahun tapi itu tergantung bagaimana kita melakukan paralel atau serial produksi misal satu tahun itu ada order untuk Badak atau Komodo dan lainnya tentu akan dilihat bagaimana serial produknya," tukas Mose.
♖ detik
Marinir Indonesia dan Amerika Serang Kampung yang Dikuasai Musuh
Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019.Latihan bersama Marinir TNI AL dan Amerika Serikat (USMC)[Foto: Istimewa
]
Marinir TNI AL dan Amerika Serikat (USMC) menyerang perkampungan di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Aksi itu merupakan latihan menyerang musuh yang melakukan intimidasi terhadap warga.
Penyerangan tersebut merupakan bagian dari Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019. Dalam latihan tersebut, Marinir dua negara menemukan tempat persembunyian musuh. Sebanyak 2 peleton yang dipimpin Komandan Peleton Lettu Mar Irsyadul dan Lettu USMC Clark untuk melaksanakan patroli penyelidikan.
Dari hasil penyelidikan, tempat persembunyian musuh berada di sebuah ketinggian dan di perkampungan yang berada di tengah hutan. Kemudian Komandan Kompi Latihan Lettu Mar Presly menurunkan dua peleton untuk menangkap musuh di tempat persembunyiannya.
Marinir Indonesia dan Amerika Serang Kampung yang Dikuasai Musuh [Foto: Ardian Fanani]
Yakni dengan menggunakan teknik serangan untuk musuh yang berada di ketinggian dan Close Quarter Battle (CQB). Atau pertempuran jarak dekat untuk musuh yang berada di sebuah rumah di perkampungan.
"Latihan kami ini kita sebut sebagai latihan patroli penyelidik, serangan, dan CQB yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi Marinir kedua negara dalam hubungan Peleton," ujar Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo selaku Komandan Satgas Latma Platex 2019, Senin (19/8/2019).
Marinir Indonesia dan Amerika Serang Kampung yang Dikuasai Musuh [Foto: Ardian Fanani]
Patroli penyelidik, serangan dan CQB tersebut, kata Mayor Marinir Eko Budi, dilaksanakan dalam rangka untuk mengasah naluri tempur Marinir kedua negara. Mereka dihadapkan dengan medan perbukitan dan perkampungan.
"Selain itu juga untuk meningkatkan profesionalisme Komandan Peleton dalam memanuverkan prajuritnya," tambahnya.
Latma Platoon Exchange tahun 2019 akan berlangsung hingga 27 Agustus 2019. Selain tiga materi itu, dilatihkan beberapa materi lain seperti Tembak Tempur Offensive (TTO), Tembak Tempur Defensive (TTS), GMUK, Serangan, Patroli Tempur dan Jungle Survival. (sun/bdh)
♖ detik
Marinir TNI AL dan Amerika Serikat (USMC) menyerang perkampungan di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Aksi itu merupakan latihan menyerang musuh yang melakukan intimidasi terhadap warga.
Penyerangan tersebut merupakan bagian dari Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019. Dalam latihan tersebut, Marinir dua negara menemukan tempat persembunyian musuh. Sebanyak 2 peleton yang dipimpin Komandan Peleton Lettu Mar Irsyadul dan Lettu USMC Clark untuk melaksanakan patroli penyelidikan.
Dari hasil penyelidikan, tempat persembunyian musuh berada di sebuah ketinggian dan di perkampungan yang berada di tengah hutan. Kemudian Komandan Kompi Latihan Lettu Mar Presly menurunkan dua peleton untuk menangkap musuh di tempat persembunyiannya.
Marinir Indonesia dan Amerika Serang Kampung yang Dikuasai Musuh [Foto: Ardian Fanani]
Yakni dengan menggunakan teknik serangan untuk musuh yang berada di ketinggian dan Close Quarter Battle (CQB). Atau pertempuran jarak dekat untuk musuh yang berada di sebuah rumah di perkampungan.
"Latihan kami ini kita sebut sebagai latihan patroli penyelidik, serangan, dan CQB yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi Marinir kedua negara dalam hubungan Peleton," ujar Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo selaku Komandan Satgas Latma Platex 2019, Senin (19/8/2019).
Marinir Indonesia dan Amerika Serang Kampung yang Dikuasai Musuh [Foto: Ardian Fanani]
Patroli penyelidik, serangan dan CQB tersebut, kata Mayor Marinir Eko Budi, dilaksanakan dalam rangka untuk mengasah naluri tempur Marinir kedua negara. Mereka dihadapkan dengan medan perbukitan dan perkampungan.
"Selain itu juga untuk meningkatkan profesionalisme Komandan Peleton dalam memanuverkan prajuritnya," tambahnya.
Latma Platoon Exchange tahun 2019 akan berlangsung hingga 27 Agustus 2019. Selain tiga materi itu, dilatihkan beberapa materi lain seperti Tembak Tempur Offensive (TTO), Tembak Tempur Defensive (TTS), GMUK, Serangan, Patroli Tempur dan Jungle Survival. (sun/bdh)
♖ detik
Marinir Indonesia dan Amerika Kejar Musuh di Hutan Selogiri Banyuwangi
Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019Latihan bersama Marinir TNI AL dan Amerika Serikat (USMC) [Foto: Istimewa]
Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019 bergeser ke Hutan Selogiri, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Marinir TNI AL dan Amerika Serikat (USMC) bergabung dalam latihan pengejaran musuh.
Pengejaran dengan menggunakan taktik Patroli Tempur tersebut dipimpin Komandan Kompi Latihan Lettu Mar Presly. Yakni dengan mengerahkan dua Peleton yang dipimpin Komandan Peleton Lettu Mar Irsyadul dan Lettu USMC Clark.
Masing-masing grup berisikan 25 personel. Mereka terdiri dari prajurit Marinir Indonesia dan Amerika Serikat yang saling bergantian mengejar musuh di dalam hutan. Mereka sangat berhati-hati melangkah dan mencari jejak musuh yang berlari ke dalam bukit dan semak hutan. Begitu terlihat, mereka langsung melumpuhkan musuh.
Kegiatan dipantau langsung Komandan Satgas Latma Platex 2019 Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo. Kemudian tampak pula Perwira Interpreter Mayor Marinir Anton Waris Kuncoro, Pasiops Yonif 3 Mar Mayor Marinir Iskandar Muda Tanjung dan Kapten USMC Alfarado.
Pengejaran musuh merupakan salah satu materi yang dilatihkan dalam Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019. Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi Marinir kedua Negara dalam hubungan peleton.
"Patroli tempur ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengasah naluri tempur Marinir kedua negara dihadapkan dengan medan hutan lebat dan berbukit, selain itu juga untuk meningkatkan profesionalisme Komandan Peleton dalam memanuverkan prajuritnya," ujar Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo, Jumat (16/8/2019).
Latma Platoon Exchange tahun 2019 akan berlangsung hingga 27 Agustus 2019. Selain Patroli Tempur, juga dilatihkan beberapa materi lainnya. Di antaranya Tembak Tempur Offensive (TTO), Tembak Tempur Defensive (TTS), GMUK, Serangan, pertempuran jarak dekat dan jungle survival.
"Selain berlatih perang, besok pagi tanggal 17 Agustus 2019, Marinir kedua Negara juga akan melaksanakan berbagai perlombaan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 di daerah latihan Hutan Selogiri," pungkasnya.
Latma Platex 2019 di hutan Selogiri Banyuwangi diikuti 168 prajurit Marinir Amerika Serikat dan Indonesia. Dengan rincian 81 prajurit sebagai pendukung, 60 prajurit Korps Marinir TNI AL sebagai pelaku dan 27 prajurit USMC. (sun/bdh)
♖ detik
Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019 bergeser ke Hutan Selogiri, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Marinir TNI AL dan Amerika Serikat (USMC) bergabung dalam latihan pengejaran musuh.
Pengejaran dengan menggunakan taktik Patroli Tempur tersebut dipimpin Komandan Kompi Latihan Lettu Mar Presly. Yakni dengan mengerahkan dua Peleton yang dipimpin Komandan Peleton Lettu Mar Irsyadul dan Lettu USMC Clark.
Masing-masing grup berisikan 25 personel. Mereka terdiri dari prajurit Marinir Indonesia dan Amerika Serikat yang saling bergantian mengejar musuh di dalam hutan. Mereka sangat berhati-hati melangkah dan mencari jejak musuh yang berlari ke dalam bukit dan semak hutan. Begitu terlihat, mereka langsung melumpuhkan musuh.
Kegiatan dipantau langsung Komandan Satgas Latma Platex 2019 Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo. Kemudian tampak pula Perwira Interpreter Mayor Marinir Anton Waris Kuncoro, Pasiops Yonif 3 Mar Mayor Marinir Iskandar Muda Tanjung dan Kapten USMC Alfarado.
Pengejaran musuh merupakan salah satu materi yang dilatihkan dalam Latihan Bersama Platoon Exchange (Platex) 2019. Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi Marinir kedua Negara dalam hubungan peleton.
"Patroli tempur ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengasah naluri tempur Marinir kedua negara dihadapkan dengan medan hutan lebat dan berbukit, selain itu juga untuk meningkatkan profesionalisme Komandan Peleton dalam memanuverkan prajuritnya," ujar Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo, Jumat (16/8/2019).
Latma Platoon Exchange tahun 2019 akan berlangsung hingga 27 Agustus 2019. Selain Patroli Tempur, juga dilatihkan beberapa materi lainnya. Di antaranya Tembak Tempur Offensive (TTO), Tembak Tempur Defensive (TTS), GMUK, Serangan, pertempuran jarak dekat dan jungle survival.
"Selain berlatih perang, besok pagi tanggal 17 Agustus 2019, Marinir kedua Negara juga akan melaksanakan berbagai perlombaan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 di daerah latihan Hutan Selogiri," pungkasnya.
Latma Platex 2019 di hutan Selogiri Banyuwangi diikuti 168 prajurit Marinir Amerika Serikat dan Indonesia. Dengan rincian 81 prajurit sebagai pendukung, 60 prajurit Korps Marinir TNI AL sebagai pelaku dan 27 prajurit USMC. (sun/bdh)
♖ detik
Minggu, 18 Agustus 2019
Heli Apache AH-64E di Kartika Yudha 2019
Lantacab TNI ADHelikopter AH64E TNI AD ●
Helikopter canggih yang baru dimiliki TNI AD, Apache AH-64E, disertakan dalam Latihan Antar Kecabangan (Latancab) TNI AD Kartika Yudha 2019, memamerkan kemampuannya di hadapan Komandan Kodiklatad Letjen TNI AM. Putranto, S.Sos dan Wadanjen USARPAC (United States Army Pacific) Mayjen John P. “Pete” Johnson.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Candra Wijaya dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Dijelaskan Kadispenad bahwa dalam Latancab Kartika Yudha 2019 ini, Helikopter Apache yang baru didatangkan dari Amerika itu sengaja disertakan untuk mengetahui sejauh mana bisa dioperasionalkan guna mendukung tugas TNI AD.
“Selain dua unit Helikopter Apache, kali ini Penerbad juga mengerahkan dua unit helikopter Serang BO 105, dua unit Helikopter Serang AS 550 Fennec, dan lima unit Helikopter Bell 412 EP,” ungkap Candra.
“Pada sesi latihan materi serangan yang dilaksanakan secara parsial hari ini, (15/8/2019), kegiatan menembak h/Helikopter Apache dan beberapa Alutsista lainnya telah dilaksanakan dengan aman dan lancar,” ujar Candra.
“Termasuk saat menembak, disaksikan langsung oleh Komandan Kodiklatad selaku Komandan Latihan Latancab, dan Wadanjen USARPAC selaku Tim Peninjau dari US Army serta para Komandan Pusat Kesenjataan TNI AD,” imbuhnya.
Ditambahkan Candra bahwa dua unit Helikopter Apache yang dikerahkan dalam Latancab merupakan bagian dari delapan unit Apache milik TNI AD yang berada di Skuadron 11/Serbu, Semarang.
“Puncak Latihan yang melibatkan sekitar 5.000 pelaku, penyelenggara, dan pendukung, serta ratusan Alutsista dari berbagai kecabangan ini, akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2019 mendatang dan akan disaksikan secara langsung oleh Panglima TNI (Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.Ip), Kasad (Jenderal TNI Andika Perkasa), Pangkostrad, Dankodiklatad, serta Pangkotama, Dan/Kabalakpus dan para petinggi TNI/TNI AD lainnya,” tegasnya.
Apache AH-64E buatan Amerika Serikat ini, lanjut Candra, merupakan tipe tercanggih dari Helikopter Apache.
Selain memiliki kecepatan yang dapat mencapai 370 km/jam, juga dapat dioperasikan dalam berbagai kondisi medan maupun cuaca,” jelasnya.
Candra pun menyebutkan, AH-64E ini menggunakan sistem avionics terbaru, juga memiliki Modernized Target Acquisition and Designation System (MTADS).
Lebih lanjut Candra mengatakan bahwa Pilot Apache AH-64E dapat mengarahkan senjata M230 melalui perangkat sensor yang ada pada helmnya.
“Jadi tanpa harus merubah arah atau posisi. Helikopter yang juga dilengkapi peluru kendali Hellfire, roket Hydra 70 dan senjata Canon 30 mm serta fitur khusus penunjang misi tempur , penginderaan siang dan malam hari,” terangnya.
“Pilot tidak perlu menghitung jarak dan angin karena sudah dihitung oleh weapon processor” pungkasnya. (Pen/Red)
Helikopter canggih yang baru dimiliki TNI AD, Apache AH-64E, disertakan dalam Latihan Antar Kecabangan (Latancab) TNI AD Kartika Yudha 2019, memamerkan kemampuannya di hadapan Komandan Kodiklatad Letjen TNI AM. Putranto, S.Sos dan Wadanjen USARPAC (United States Army Pacific) Mayjen John P. “Pete” Johnson.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Candra Wijaya dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Dijelaskan Kadispenad bahwa dalam Latancab Kartika Yudha 2019 ini, Helikopter Apache yang baru didatangkan dari Amerika itu sengaja disertakan untuk mengetahui sejauh mana bisa dioperasionalkan guna mendukung tugas TNI AD.
“Selain dua unit Helikopter Apache, kali ini Penerbad juga mengerahkan dua unit helikopter Serang BO 105, dua unit Helikopter Serang AS 550 Fennec, dan lima unit Helikopter Bell 412 EP,” ungkap Candra.
“Pada sesi latihan materi serangan yang dilaksanakan secara parsial hari ini, (15/8/2019), kegiatan menembak h/Helikopter Apache dan beberapa Alutsista lainnya telah dilaksanakan dengan aman dan lancar,” ujar Candra.
“Termasuk saat menembak, disaksikan langsung oleh Komandan Kodiklatad selaku Komandan Latihan Latancab, dan Wadanjen USARPAC selaku Tim Peninjau dari US Army serta para Komandan Pusat Kesenjataan TNI AD,” imbuhnya.
Ditambahkan Candra bahwa dua unit Helikopter Apache yang dikerahkan dalam Latancab merupakan bagian dari delapan unit Apache milik TNI AD yang berada di Skuadron 11/Serbu, Semarang.
“Puncak Latihan yang melibatkan sekitar 5.000 pelaku, penyelenggara, dan pendukung, serta ratusan Alutsista dari berbagai kecabangan ini, akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2019 mendatang dan akan disaksikan secara langsung oleh Panglima TNI (Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.Ip), Kasad (Jenderal TNI Andika Perkasa), Pangkostrad, Dankodiklatad, serta Pangkotama, Dan/Kabalakpus dan para petinggi TNI/TNI AD lainnya,” tegasnya.
Apache AH-64E buatan Amerika Serikat ini, lanjut Candra, merupakan tipe tercanggih dari Helikopter Apache.
Selain memiliki kecepatan yang dapat mencapai 370 km/jam, juga dapat dioperasikan dalam berbagai kondisi medan maupun cuaca,” jelasnya.
Candra pun menyebutkan, AH-64E ini menggunakan sistem avionics terbaru, juga memiliki Modernized Target Acquisition and Designation System (MTADS).
Lebih lanjut Candra mengatakan bahwa Pilot Apache AH-64E dapat mengarahkan senjata M230 melalui perangkat sensor yang ada pada helmnya.
“Jadi tanpa harus merubah arah atau posisi. Helikopter yang juga dilengkapi peluru kendali Hellfire, roket Hydra 70 dan senjata Canon 30 mm serta fitur khusus penunjang misi tempur , penginderaan siang dan malam hari,” terangnya.
“Pilot tidak perlu menghitung jarak dan angin karena sudah dihitung oleh weapon processor” pungkasnya. (Pen/Red)