Minggu, 26 Januari 2020

KRI Tanjung Nusanive 973 Akhiri Masa Tugas

  KRI Tanjung Nusanive 973 [Kolinlamil]

Satya Wira Jala Dharma. Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Bantu Angkut Personel di bawah pembinaan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dilepas dari jajaran alusista (alat utama sistem senjata) TNI AL. Akhir masa tugas KRI Tanjung Nusanive 973, ditandai dengan Upacara Penurunan Ular-ular Perang yang dilaksanakan Jumat (24/1), di Dermaga Pelindo JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Merujuk ke sejarahnya, kapal berbobot 14.000 ton ini awalnya adalah KM (Kapal Motor) Kambuna. Kapal dengan kapasitas 1.556 penumpang ini resmi digunakan oleh PT Pelni sejak 25 Maret 1984. Berdasarkan catatan, KM Kambuna dibangun oleh galangan Jos L Meyer GmbH yang berlokasi di Papenburg, Jerman.

Dari spesifikasi, KM Kambuna punya panjang 144 meter, lebar 23 meter, tinggi 40 meter, 9 level deck dan draft 5,9 meter. Dan sejak 13 Mei 2005, KM Kambuna resmi beralih nama menjadi KRI Tanjung Nusanive 973 dengan upacara penyerahan saat itu di Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok. Dengan nama KRI Tanjung Nusanive 973, kapal penumpang ini mendapat sentuhan upgrade, diantaranya disematkannya dua pucuk kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) Rheinmetall Rh202 laras tunggal kaliber 20 mm buatan Jerman.

Kapal ini memiliki ukuran panjang seluruh 144 m, lebar 23 m, draft 5,9 m, DWT 3400 ton, GRT 3947,80 ton, dan NRT 8583,82 ton, dengan kapasitas penumpang (sewaktu menjadi kapal sipil) Kelas 1: 100 orang, Kelas 2: 200 orang, Kelas 3: 300 orang, Kelas 4: 472 orang, dan Kelas Ekonomi: 500 orang.

Selain dioperasikan untuk misi pergeseran pasukan dan logistik, KRI Tanjung Nusanive 972 juga dilengkapi fasilitas sekelas hotel bintang lima. Pasalnya kapal ini kerap digunakan pejabat tinggi, seperti presiden dalam melakukan inspeksi. Maka wajar di kapal ini ada kamar VVIP dan VIP dengan fasilitas mewah dan lengkap.

Dalam kondisi pertempuran maka posisi kapal ini akan berada di tengah dengan kawalan masing-masing dua kapal eskorta di bagian kiri, kanan, haluan, dan buritan.

Selama 15 tahun lebih, kapal perang itu banyak dilibatkan dalam operasi militer, antara lain Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya, TNI/ABRI Masuk Desa, Angkutan Laut Militer (Anglamil) pasukan penjaga wilayah perbatasan RI, dan operasi penanggulangan bencana alam serta bantuan angkutan laut dalam mendukung pembangunan nasional.

Panglima Kolinlamil Laksda TNI Ahmadi Heru Purwanto, S.E., M.M. menyampaikan amanat Kasal, 15 tahun yang lalu, Upacara Penaikan Ular-ular Perang bagi KRI Tanjung Nusanive merupakan tanda dimulainya pengabdian sebagai kapal perang dan selalu berkibar di tiang gapel, maka Upacara Penurunan Ular-ular Perang nanti merupakan upacara resmi yang menandakan berakhirnya perjalanan sejarah pengabdian sebuah KRI sebagai unsur kekuatan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.

Lebih lanjut dikatakan bahwa beban tugas yang dipercayakan pada KRI begitu banyak, dan berhasil dengan baik. Oleh karena itu pengabdian kepada bangsa dan negara Indonesia melalui Kolinlamil yang cukup lama tersebut patut kita kenang dan kita banggakan. Selain itu, penghapusan KRI Tanjung Nusanive 973 telah berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektifitas baik dari segi operasi dan pemeliharaan. Turut hadir pada upacara tersebut Kepala Staf Kolinlamil, Irkolinlamil, Asisten dan Kadis Kolinlamil, Dansatlinlamil Jakarta dan para Komandan KRI jajaran Satlinlamil Jakarta.

  Kolinlamil  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.