Rabu, 12 Februari 2020

PTDI Usul Tambahan Rp 70 M Buat Bikin Drone

PUNA MALE Elang Hitam buatan Indonesia ditargetkan dapat mengudara pada 2023 [Katadata] ★

D
alam rapat terbatas pada 6 Februari 2020 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta produksi massal pesawat tanpa awak alias drone milik RI dapat dipercepat. Awalnya ditargetkan produksi massal pada 2024, lalu diputuskan dipercepat menjadi 2022.

PT Dirgantara Indonesia (Persero) langsung menyatakan kesanggupannya terkait target percepatan tersebut. Akan tetapi, pihaknya mengungkapkan butuh tambahan dana hingga kurang lebih Rp 70 miliar.

"Biaya produksi (tambahan) butuh Rp 60 miliar-70 miliar, ini lengkapnya termasuk senjata dan lain sebagainya," ujar Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Mempercepat pengadaan produksi tersebut, pengerjaan drone tersebut bakal dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Institut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian Pertahanan (Kemhan), TNI Angkatan Udara, LAPAN, PT LEN dan PT Dirgantara Indonesia (DI).

"Ini kita diminta speed up makanya kita melakukan integrasi daripada kemampuan kompetisi yang ada di Indonesia dengan 7 lembaga yang ada di republik kita, yang lead integrator-nya adalah PT DI sendiri," sambungnya.

Untuk diketahui, drone yang tengah diproduksi PTDI memiliki kategori Medium Altitude Long Endurance (MALE).

Pengembangan pesawat terbang tanpa awak ini sudah dilakukan sejak 2004 lalu. Bahkan, sebelumnya PT DI juga sudah memproduksi drone jenis Wulung dan Alap-Alap yang sudah diujicoba untuk pemetaan dan pertahanannya.

Pesawat tanpa awak ini, memiliki kemampuan terbang di atas ketinggian 15.000 kaki, di mana PTTA lainnya hanya mampu terbang di bawah 10.000 kaki. MALE juga memiliki jangkauan jelajah operasi luas mencapai 5.000 kilometer (km) tanpa henti atau mampu beroperasi 24 jam penuh.

Pesawat ini, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dengan misi intelligence, surveillance dan reconnaissance (pengintaian), dan akan dilanjutkan dengan kebutuhan pertahanan dengan misi tempur bersenjata (combat mission).

MALE juga mampu membawa beban hingga 300 kilogram (kg) berupa roket dan senjata. Selain itu, pesawat ini juga bisa dilengkapi dengan sensor kamera, sinyal dan elektronik intelijen.

Dengan sensor infrared dan radar yang dimiliki pesawat ini, maka dengan mudah dapat mendeteksi objek yang dituju. Hal ini penting untuk mengoperasikan misi pertahanan negara. (dna/dna)

  detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.