Kamis, 02 April 2020

[Dunia] Intel Seluruh Dunia Termasuk Mossad Berebut Ventilator

Perangi Coronahttps://pict.sindonews.net/dyn/620/content/2020/04/02/43/1575934/perangi-corona-intel-seluruh-dunia-termasuk-mossad-berebut-ventilator-ctz.jpgSeorang karyawan Hamilton Medical AG menguji ventilator di pabrik di Domat/Ems, Swiss, 18 Maret 2020. [Foto/REUTERS / Arnd Wiegmann]

Badan-badan intelijen di seluruh dunia berjuang dengan segala cara untuk mendapatkan ventilator dan pasokan medis utama lainnya dalam upaya untuk memerangi wabah virus corona COVID-19. Bada mata-mata Israel, Mossad, yang ikut berebut peralatan medis itu mengungkapkan persaingan tersebut.

Sumber Mossad mengatakan bahwa dinas-dinas intelijen dunia mengubah fokus mereka dari keamanan nasional menjadi perburuan peralatan medis.

Stasiun televisi Israel, Channel 12, menayangkan fitur yang mengungkapkan pertempuran terselubung badan-badan intelijen dunia tersebut sebagai bagian dari program berita investigasinya.

Times of Israel, mengutip sumber senior di dinas intelijen negara Yahudi itu, juga menggambarkan perlombaan sengit dan rahasia yang sedang berlangsung untuk mengendalikan pasokan medis global yang terbatas.

Mossad sebelumnya secara terbuka menyatakan keterlibatan mereka dalam pengadaan pasokan medis untuk Israel, termasuk mengumumkan bahwa mereka telah memperoleh 500.000 alat tes COVID-19 pada bulan lalu.

Namun, mereka menolak untuk mengonfirmasi sumber pasokan utama alat medis tersebut. Berbeda dengan Mossad, badan mata-mata global lainnya belum membuat pengumuman tentang keterlibatan mereka dalam berebut peralatan medis sebagai bagian dari perang melawan wabah virus corona.

Sebelumnya juga beredar laporan bahwa ada operasi rahasia yang dilakukan oleh sejumlah negara termasuk China dan Korea Utara dalam memperoleh pasokan medis.

Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa negara-negara kekuatan Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat terlibat dalam transaksi semacam itu, namun sumber Mossad menyebut "Eropa" sebagai salah satu kekuatan yang dalam pertarungan global.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa kenaikan harga dan potensi kekurangan pasokan medis global terjadi karena ada penimbunan dan produksi yang terbatas.

Seorang perwira Mossad, yang hanya disebut sebagai Het, mengklaim bahwa pemerintah Israel telah memerintahkan Mossad untuk secara diam-diam mendapatkan masker, peralatan tes virus, obat-obatan, alat pelindung dan, yang paling penting adalah ventilator.

Ventilator adalah kunci dalam menjaga pasien COVID-19 yang paling parah tetap hidup ketika infeksi merusak paru-paru mereka. Infeksi itu membuat para pasien lebih sulit bernafas.

"Dunia menjual (ventilator) melalui celah. Kita perlu menemukan celahnya," kata Het, yang dilansir dari The Sun Kamis (2/4/2020)

Kami adalah juara dunia dalam operasi, dan kami tahu bagaimana mengelola operasi yang kompleks," ujarnya.

"Kami menggunakan koneksi khusus kami untuk memenangkan perlombaan dan mungkin melakukan apa yang dilakukan seluruh dunia—menumpangkan tangan kami pada stok yang dipesan oleh orang lain."

Het menggambarkannya sebagai operasi paling rumit yang telah ia ikuti selama kariernya bersama Mossad.

Agen mata-mata ini mengklaim menerima 2.000 arahan sehari tentang pengadaan peralatan medis.

Israel memiliki lebih dari 5.500 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, dan sejauh ini melaporkan 21 kematian.

Het mengklaim Mossad telah berhasil mendapatkan pasokan medis seperti 25.000 masker pernapasan N95, 10 juta masker bedah dan 700 lebih perlatan yang terkait dengan ambulans.

Dan dia mengklaim bahwa Mossad berhasil mendapatkan ratusan ventilator. "Kami memiliki sebuah negara di Eropa di mana truk kami tiba di pintu pabrik tetapi negara Eropa lain ada di depan kami dan memuatnya," kata Het.

Kami juga memiliki situasi di mana kami memiliki peralatan yang kami beli di pesawat tetapi harus diturunkan karena pesawat tidak mendapatkan izin (lepas landas) karena embargo," sambung dia.

"Seluruh dunia menjaga dirinya sendiri. Harga telah naik empat hingga lima kali lipat dan dunia telah ditutup."

Namun dia menambahkan Mossad yakin akan bisa mendapatkan 7.000 ventilator.

Para pejabat Israel sejauh ini menolak mengomentari negara-negara yang telah menyediakan pasokan medis bagi mereka.

Namun, laporan media mengungkap bahwa peralatan medis diperoleh Israel dari negara-negara di Teluk Persia yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Zionis. (mas)

 Israel Ubah Pabrik Tank untuk Membuat 'Senjata' Melawan COVID-19 

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah merubah pabrik tank mereka untuk membuat "senjata" guna melawan virus Corona baru, COVID-19. Israel saat ini memiliki hampir 5.600 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, dan telah bergabung dengan negara-negara di seluruh dunia melakukan lockdown guna menghentikan penyebaran virus.

Melaui akun Twitternya, IDF memposting foto gudang senjatanya yang biasanya terlibat dalam produksi bagian-bagian tank dan pelindung tubuh berubah jadi membuat kacamata google untuk staf medis dan pistol semprot untuk membersihkan ruang publik.

Dikutip dari Sputnik, Rabu (1/4/2020), IDF tidak menyebutkan lokasi pusat manufaktur tersebut. Namun sehari sebelumnya, media Israel melaporkan bahwa Pusat Rehabilitasi dan Pemeliharaan Tank di Tel Shahomer di luar Tel Aviv telah memulai produksi 1.400 pasang kacamata pelindung per hari dalam upaya untuk mengurangi kekurangan masker pelindung wajah.

Untuk diketahui, biasanya fasilitas ini memproduksi tank Merkava Israel serta kedaraan lapis baja lainnya dan peralatan komunikasi untuk pasukan darat. Perintah untuk mengubah kapasitasnya diberikan pada akhir Maret, dengan fasilitas militer lainnya, termasuk pabrik kendaraan di Haifa, sekarang memproduksi peralatan untuk membantu memerangi COVID-19.

Militer Israel bergabung dengan bagian lain dari negara itu yang dipaksa untuk mengambil tindakan terhadap wabah COVID-19, dengan beberapa jenderal senior dikarantina setelah menghadiri pertemuan di mana seorang komandan cadangan yang ikut berpartisipasi dinyatakan positif Corona. Pada hari Rabu, militer mengeluarkan pernyataan bahwa Kepala Staf IDF, Aviv Kochavi dites negatif untuk virus, tetapi akan tetap diisolasi.

Meskipun melakukan langkah-langkah pencegahan, IDF tetap melanjutkan operasi militer dan pelatihan terbatas. Mereka juga terlibat dalam latihan angkatan udara dengan jet AS akhir bulan lalu, dan diduga turut ambil bagian dalam serangan baru terhadap Suriah pada Selasa malam, menembakkan rudal ke sasaran di wilayah Homs. (ian)

 ♖ Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.