Rabu, 10 Juni 2020

Jet Tempur Proyek Korsel-Indonesia Dipasok Mesin GE Aviation

Rendering artistik dari KF-X/IF-X, jet tempur yang saat ini sedang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. [Foto/Korea Aerospace IndustriesL]

Pengembangan pesawat jet tempur masa depan KF-X/IF-X, proyek patungan Korea Selatan (Korsel) dan Indonesia, mengalami kemajuan setelah mendapatkan pasokan mesin pertama dari GE Aviation yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Pasokan mesin ini membuat proyek KF-X/IF-X berjalan mulus meskipun pihak Indonesia masih mengalami keterlambatan pembayaran untuk pembiayaan proyek.

Pihak pabrikan mesin mengumumkan pada Jumat pekan lalu bahwa mereka mengirim mesin F414-GE-400K pertama ke Korea Aerospace Industries (KAI) pada bulan Mei. KAI sedang mengembangkan KF-X untuk Angkatan Udara Korea Selatan, yang berniat untuk mengganti armada McDonnell Douglas F-4 Phantom II dan Northrop F-5E/F Tiger II dengan jet tempur baru.

GE sangat senang mencapai tonggak penting ini dalam program KF-X,” kata Al DiLibero, manajer umum departemen Medium Combat and Trainer Engines GE, seperti dikutip Defense News, Selasa (9/6/2020).

"Keberhasilan kami sejauh ini pada program ini mencerminkan hubungan yang kuat antara ROKAF (Angkatan Udara Republik Korea), mitra industri Korea Selatan kami dan GE Aviation, dan sejarah panjang dan sukses dari mesin kami yang menggerakkan pesawat ROKAF," lanjut dia.

KAI memilih GE Aviation pada Mei 2016 agar memasok mesin F414-GE-400K untuk pesawat tempur KF-X, dengan total 240 F414 ditambah suku cadang yang akan dipasok ke KAI guna memberi daya 120 jet KF-X untuk Korea Selatan.

Sebanyak 15 mesin dan enam prototipe diharapkan akan diproduksi untuk program ini pada tahun 2021, dengan penerbangan pertama diharapkan pada tahun 2022. Pengembangan diharapkan akan selesai pada tahun 2026.

Mesin F414 juga menggerakkan Boeing F/A-18E/F Super Hornet, Saab JAS 39E/F Gripen dan pesawat tempur HAL Tejas Mark 2 India.

Korea Selatan berencana untuk terutama melengkapi KF-X dengan avionik pribumi. Ini sebagian besar akan datang dari LIG Nex1 dan Hanwha, meskipun Sistem Elbit Israel akan memasok sistem following/avoidance medan untuk radar array yang dipindai secara elektronik aktif yang sedang dikembangkan oleh Hanwha. Perusahaan Israel mengumumkan kontrak USD 43 juta pada awal Februari.

KF-X juga kompatibel dengan rudal air-to-air Eropa. Korea Selatan menandatangani kontrak dengan pembuat rudal Eropa MBDA pada November 2019 untuk mengintegrasikan misil Meteor, sementara Diehl-BGT juga dilaporkan akan menandatangani kontrak serupa untuk IRIS-T-nya.

Dilaporkan juga bahwa bom yang dipandu laser American Paveway, Joint Direct Attack Munition yang dipandu oleh satelit dan CBU-105 Wind Corrected Munitions Dispenser milik Textron akan diintegrasikan pada KF-X, yang pengembangannya didanai bersama oleh Indonesia.

Indonesia menandatangani program ini pada tahun 2010, dengan setuju untuk membayar 20 persen dari biaya pengembangan dengan imbalan satu pesawat prototipe, partisipasi desain, data teknis dan pembagian produksi.

Namun, sejak saat itu, Indonesia telah melewatkan sejumlah pembayaran di tengah krisis anggaran, di mana surat kabar The Korea Herald melaporkan pada akhir Mei bahwa pada April, Indonesia berutang USD 415 juta dalam pembayaran yang terlambat untuk program tersebut. (min)

  ⚓️ sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.