Jumat, 28 Agustus 2020

Dua Pesawat Tempur F-16 TNI AU Kembali Aktif

✈️ Setelah program Falcon Star-eMLU✈️ Pesawat 1601 TNI AU setelah program Falcon Star-eMLU [TNI AU]

Kemampuan dua pesawat tempur F-16 A/B Blok 15 yakni TS-1610 dan TS-1601 milik TNI AU semakin garang setelah di upgrade (perbarui) di Skadron Teknik 042 Lanud Iswahjudi, Madiun Jawa Timur.

Bagaimana tidak, pesawat buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat ini memungkinkan untuk dipersenjatai dengan senjata-senjata modern dan mematikan seperti, Advance Medium Range Air To Air Missile AAMRAM-C, Air Intercept Missile AIM-9 X, Laser JDAM, Air to Ground Missile AGM-65 D/G dan Advanced Targeting Pod. Dengan kemampuan tersebut maka pesawat F-16 A/B eMLU telah sejajar dengan pesawat tercanggih di kelasnya dalam hal combat effectiveness.

Tidak hanya itu, pesawat ini juga dilengkapi dengan radar canggih guna menjamin survivability ketika masuk ke dalam area pertempuran. Di antaranya, ALR-69 Radar Warning Receiver (RWR), ALQ-213 Electronic Warfare Management System (EWMS), ALE-47 Countermeasures, dan New radar APG-68(V)9.

Kehebatan radar ini adalah mampu mendeteksi sasaran di atas permukaan yang lebih jauh yaitu meningkat lebih dari 30% daripada radar sebelumnya. Selain itu pada mode udara ke udara, radar ini juga memiliki beberapa fitur baru antara lain, dapat melakukan akuisisi dua target sekaligus untuk penembakan rudal dari udara ke udara.

Selain dilengkapi persenjataan dan radar canggih, dengan modifikasi structure maka safety integrity pesawat dan kondisi airframe menjadi lebih baik dibanding sebelumnya dan meminimalisasi potensi terjadinya kerusakan struktural. Dengan demikian, pesawat dapat dioperasional hingga 8.000 jam dan berpotensi untuk diperpanjang menjadi 10.800 atau 12.000 bahkan 14.000 EFH (equivalent flight hours).

Program The Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon Star) Enhanced Mid-Life Update (eMLU) ini didasari atas kebutuhan operasional dari satuan pengguna dimana teknologi pesawat F-16 A/B merupakan teknologi yang sudah tua terutama pada sistem radar dan sistem senjata yang masih menggunakan teknologi buatan tahun 80-an.

Ditambah usia pakai pesawat F-16 B (double seat) yang sudah di atas 6.000 jam dan ditemukannya kerusakan pada beberapa struktur pesawat F-16 A/B. Dengan kemampuan yang telah di upgrade tersebut maka pesawat F-16 A/B eMLU telah sejajar dengan pesawat tercanggih di kelasnya dalam hal combat effectiveness.

"Dengan perkembangan teknologi pertempuran secara modern dapat dimenangkan tanpa saling berhadapan, faktor penentu bukan lagi kepada kuantitas namun bagaimana kualitas alutsista yang dimiliki. Kecanggihan dan kemutakhiran alutsista khususnya alutsista udara adalah faktor yang sangat menentukan sekaligus faktor uji dalam memenangkan pertempuran masa depan," ujar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat penyerahan dua pesawat F-16 program Falcon Star eMLU di Skadron 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/8/2020).

Hadir dalam serah terima ini, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Sekjen Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsdya TNI Donny Ermawan Taufanto, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama Fadjar Adriyanto.

Di tengah tantangan dan ancaman, kata Fadjar, ketidakmampuan dalam melakukan perawatan sendiri akan menjadi sebab rendahnya kesiapan operasional TNI AU khususnya dikala ketidakstabilan global yang terjadi saat ini. Itulah mengapa program Falcon Star eMLu merupakan sebuah keputusan yang tepat. Sehingga pesawat F16 A/B selanjutnya dapat ditingkatkan kemampuan dan dapat digunakan kembali untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia. "Terbangkan kembali pesawat pesawat ke langit Indonesia dengan kemampuan yang lebih baik," ucapnya.

 Upgrade Pesawat F-16 Habiskan USD 12 juta 
✈️ Avionik Pesawat 16 TNI AU setelah upgrade [TNI AU]

Program The Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon Star) Enhanced Mid-Life Update (eMLU) TNI Angkatan Udara (AU) berhasil memutakhirkan atau meng-upgrade dua pesawat tempur F-16 A/B. Program tersebut dinilai sangat menghemat anggaran.

"Dengan cara ini, kita mendapat penghematan luar biasa. Anggaran untuk ini, sekitar USD 10 juta -12 juta persatu pesawat. Dibandingkan dengan membeli pesawat baru yang nilainya sekitar USD 90 juta. Karena itu pemerintah sangat concern sekali kalau hal-hal ini bisa kita lakukan," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Manoarfa saat menghadiri penyerahan dua pesawat tempur F-16 di Skadron 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Jumat (28/8/2020).

Menurut Suharso, program ini merupakan bagian dari rancangan Bappenas dalam menyusun alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional hingga 15 tahun ke depan.

"Kita sebut terpenuhinya kebutuhan Minimum Essensial Force (MEF), salah satunya penguasaan di udara. Jadi ini salah satu cara kita melengkapi alutsista TNI AU dengan meng-upgrade yang kita miliki dengan teknologi yang terbaru," katanya.

Apalagi, sambung dia, setiap jenis teknologi pada masanya akan terjadi perubahan. Selain itu, karena pesawat akan membopong amunisi smart yang lebih maka strukturnya juga mesti diperkuat. Karena itu, program ini sangat penting.

Suharso menyebutkan, salah satu teknologi yang paling canggih dari pesawat tempur ini adalah radarnya. Keberadaan radar tersebut menjadi game changer.

"Karena ini menyangkut pemeliharaan dan perawatan serta penguasaan teknologi, kita bisa peroleh ketika ada game changer di sini ikut serta sehingga terjadi upgrading kemampuan teknis dari SDM Indonesia. Dengan demikian pesawat-pesawat lain sejenis bisa kita lakukan," katanya.

Disinggung mengenai kesiapan TNI AU memperbarui pesawat sejenis dari negara-negara lain pengguna F-16, Suharso mengaku tergantung kepada pemilik teknologi.

"Itu tergantung perjanjian, karena kita tidak diberikan license. Jadi dengan sendirinya itu adalah milik dari pemilik teknologinya," kata Suharso.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan, program ini merupakan suatu investasi besar dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM) karena ada loncatan teknologi yang dikuasai dalam pemeliharaan pesawat baik struktur, avionik maupun persenjataan.

"Proyek ini dikerjakan penuh oleh teknisi Indonesia didampingi supervisor dari Lockheed Martin, Amerika Serikat. TAapi kita turun langsung. Yang mengerjakan kita. Jadi kami sangat bersyukur dengan adanya proyek ini," katanya. (SindoNews)

  ✈️ sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.