Senin, 03 Agustus 2020

[Dunia] Jerman-Prancis Kurangi Penggunaan Teknologi AS

Dalam Produksi Alat Militer Ilustrasi pesawat Rafale [istimewa] 

Perusahaan industri militer Jerman dan Prancis sedang mencari cara untuk menghilangkan ketergantungan pada teknologi Amerika Serikat (AS) dalam produksi peralatan militer. Ini juga dilakukan untuk melindungi data mereka.

Menurut laporan media Jerman, Welt am Sonntag perusahaan-perusahaan itu ingin memperoleh kemerdekaan dalam produksi beberapa sistem senjata, termasuk helikopter, senapan serbu baru untuk Angkatan Bersenjata Jerman dan jet tempur di bawah program pan-European Future Combat Air System.

Welt am Sonntag melaporkan bahwa pada saat yang sama, perusahaan tidak puas dengan kenyataan bahwa, sesuai dengan Peraturan Lalu Lintas Internasional AS (ITAR). Di mana, AS mempertahankan kemampuan untuk mengontrol peralatan yang diproduksi menggunakan teknologi AS dan, jika perlu, membatasi ekspor.

"Tanpa ITAR dan sistem peraturan AS lainnya, Eropa mendapat lebih banyak kebebasan dalam siapa yang memasok dengan produk militer," ucap Florent Chauvancy, Direktur Penjualan Departemen Mesin Helikopter Prancis, Safran.

File:KC-30 A39-002 refuelling an USAF F-16 (cropped).jpg"Salah satu keunggulan 100 persen produk buatan Eropa adalah bahwa perusahaan-perusahaan ini tetap berada di Eropa dan tidak jatuh ke tangan orang non-Eropa," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (2/8/2020).

Prancis dan Jerman secara resmi mengumumkan program bersama Future Combat Air System pada Juli 2017, yang bertujuan untuk membuat jet tempur buatan Eropa sepenuhnya.

Jet tempur ini pada akhirnya akan menggantikan Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale generasi keempat. Airbus dan Dassault Aviation terlibat dalam pembuatan jet tempur itu dan Safran serta MTU Aero Engines Jerman akan bekerja sama dalam pengembangan mesin. (esn)

  sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.