Rabu, 23 September 2020

Jokowi Wanti-wanti Soal Ketegangan Antar Negara Adidaya

Di Sidang Umum PBBPresiden Joko Widodo. [Foto/Dok SINDOnews​]

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan bahwa stabilitas dan perdamaian global dapat dihancurkan jika persaingan geo-politik terus meningkat.

"Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Tidak ada gunanya merayakan kemenangan di antara reruntuhan. Tidak ada gunanya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang sedang tenggelam," kata Jokowi dalam pidato pertamanya di depan Sidang Umum PBB.

Peringatannya itu muncul saat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China meningkat, termasuk di Laut China Selatan.

China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, posisi yang ditolak oleh Washington dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan mengutip ketentuan dalam Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS).

Awal bulan ini, pemerintah Indonesia memprotes ketika kapal penjaga pantai China memasuki wilayah Laut China Selatan yang diklaimnya. Itu adalah insiden yang terbaru dari beberapa serangan China pada tahun lalu.

"Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional seringkali diabaikan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah," kata Jokowi seperti dilansir dari Reuters, Rabu (23/9/2020).

Bahaya ketegangan AS-China juga diangkat oleh presiden Filipina Rodrigo Duterte. Filipina memiliki klaim yang sama dengan China di Laut China Selatan.

"Mengingat ukuran dan kekuatan militer para pesaing, kami hanya bisa membayangkan dan terkejut dengan korban jiwa yang mengerikan dan harta benda yang akan ditimbulkan jika 'perang kata' memburuk menjadi perang senjata nuklir dan rudal yang sebenarnya," ujarnya kepada sidang umum PBB.

Jokowi mengatakan pandemi virus corona adalah masa persatuan global.

"Apa yang kami lihat, sebaliknya, adalah salah satu divisi yang dalam dan persaingan yang berkembang," katanya.

"Jika perpecahan dan persaingan terus berlanjut, maka saya khawatir pilar stabilitas dan perdamaian berkelanjutan akan runtuh atau bahkan (dihancurkan)," imbuhnya.

Ia mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi "pembangun jembatan" dan mengadvokasi kesetaraan global

 China Tidak Ingin Perang dengan Negara Manapun 
Presiden China Xi Jinping. [Foto/ABC]

Presiden China Xi Jinping mengatakan Beijing tidak memiliki niat untuk berperang baik dalam makna sesungguhnya atau pun perang dingin dengan negara manapun. Pernyataan itu dilontarkannya dalam Sidang Umum PBB di tengah ketegangan antara China dengan Amerika Serikat (AS).

Kami akan terus mempersempit perbedaan dan menyelesaikan perselisihan dengan orang lain melalui dialog dan negosiasi. Kami tidak akan berusaha untuk mengembangkan diri sendiri atau terlibat dalam permainan zero sum,” kata Jinping dalam pernyataan video yang direkam sebelumnya dalam pertemuan tahunan para pemimpin dunia, yang tahun ini dilakukan secara virtual karena pandemi virus Corona.

Ketegangan yang telah lama membara antara AS dan China mencapai titik didih terkait pandemi, menyoroti upaya Beijing untuk mendapatkan pengaruh multilateral yang lebih besar sebagai tantangan bagi kepemimpinan tradisional Washington.

Virus Corona muncul di China akhir tahun lalu dan Washington menuduh Beijing kurang transparan yang dikatakan memperburuk wabah. Namun China membantah pernyataan AS.

Dalam apa yang tampaknya merupakan teguran bagi Presiden AS Donald Trump, meskipun pidato kedua pemimpin itu direkam sebelumnya, Xi Jinping menyerukan tanggapan global terhadap virus tersebut dan memberi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) peran utama.

Trump telah mengumumkan rencana AS untuk meninggalkan WHO yang berbasis di Jenewa, menuduh badan tersebut sebagai boneka China, klaim yang dibantah WHO.

Menghadapi virus ini, kita harus meningkatkan solidaritas dan melalui ini bersama-sama. Kita harus mengikuti panduan sains, memainkan peran utama Organisasi Kesehatan Dunia,” imbau Jinping.

"Setiap upaya mempolitisasi masalah atau stigmatisasi harus ditolak," tegasnya seperti dilansir dari AsiaOne, Rabu (23/9/2020).

Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada 193 anggota Majelis Umum bahwa segala sesuatu harus dilakukan untuk menghindari Perang Dingin baru.

"Kita bergerak ke arah yang sangat berbahaya," ia memperingatkan.

Dunia kita tidak mampu memiliki masa depan di mana dua ekonomi terbesar membelah dunia dengan sangat parah,” ujarnya.

Risiko kesenjangan teknologi dan ekonomi pasti berubah menjadi kesenjangan geo-strategis dan militer. Kita harus menghindari ini dengan cara apa pun,” tukasnya. (ber)

   Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.