Kamis, 03 September 2020

Saat Indonesia Terseret Isu Fasilitas Militer China

Politik luar negeri RI yang bebas aktif tidak membuka ruang untuk adanya kerja sama militer dengan negara manapun.https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGRAIKPS2y5FKCPP1slm9UT-4OFbGUMUmDKaGNTPij2d-Uj1kAzLDRImarGGmq7p3GiLvPaw1lEaiWEhQWx8IdGMgwNQMS6YM-AK5h4pV6Zs9fRpa36CTcXfXME3qr34F81pucZInNKa3a/s500/Mar+1.pngIlustrasi

Pentagon merilis laporan soal pengembangan jaringan logistik militer China di kawasan Samudra Hindia. Indonesia turut terseret dalam isu fasilitas militer China ini.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (2/9/2020), informasi tersebut disampaikan Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dalam laporan terbaru pada Selasa (1/9) waktu setempat. Disebutkan Pentagon bahwa China saat ini memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir sebagai persenjataan.

Menurut laporan Pentagon, selain bertujuan menyamakan teknologi dengan AS, militer China atau Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga fokus melakukan operasi gabungan yang mampu menangkal atau mengalahkan setiap upaya AS untuk mengintervensi atas nama Taiwan.

Laporan itu juga mengakui bahwa PLA telah menyamai atau melampaui militer AS dalam beberapa bidang, termasuk perakitan kapal, rudal balistik dan rudal jelajah berbasis daratan dan sistem pertahanan udara.

Laporan itu juga menyebut bahwa China tengah berupaya mengembangkan jaringan logistik militer di kawasan Samudra Hindia dengan mempertimbangkan beberapa negara, termasuk Indonesia, sebagai lokasi fasilitas logistik militernya.

Dilansir Nikkei Asian Review, Rabu (2/9/2020), laporan itu membahas berbagai perkembangan militer China dan pada salah satu poin menyinggung soal kehadiran global militer China yang semakin berkembang. Disebutkan laporan itu bahwa China berupaya membangun jaringan logistik luar negeri yang lebih kuat dan infrastruktur pangkalan untuk memungkinkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak lebih jauh.

"PRC (Republik Rakyat China-red) kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer tambahan untuk mendukung proyeksi Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat," sebut laporan Pentagon tersebut, yang dirilis di situs resmi Departemen Pertahanan AS.

Ada beberapa negara, yang menurut Pentagon, menjadi pertimbangan China untuk lokasi fasilitas logistik militer terbaru di luar negeri. Ada nama Indonesia disebut dalam daftar negara tersebut.

"PRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Sychelles, Tanzania, Angola dan Tajikistan sebagai lokasi fasilitas logistik militer PLA," demikian disebutkan laporan Pentagon.

Pentagon tidak menjelaskan lebih lanjut soal alasan China mempertimbangkan negara-negara tersebut sebagai lokasi fasilitas logistik militer tambahan. Hanya disebutkan Pentagon dalam laporannya bahwa jaringan global untuk logistik militer China bisa mengintervensi operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap AS.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI menepis isu yang diembuskan Negeri Paman Sam itu. "Politik luar negeri RI yang bebas aktif tidak membuka ruang untuk adanya kerja sama militer dengan negara manapun," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, kepada detikcom, Rabu (2/9/2020).

Faizasyah tidak menjelaskan lebih lanjut. 'Bebas aktif' adalah kebijakan politik luar negeri Indonesia. Dilansir situs Sekretariat Kabinet, 'bebas' berarti Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana tercermin dalam Pancasila. 'Aktif' berarti Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadian internasional.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan China menyebut laporan itu "sangat salah" dan salah menafsirkan "kebijakan pertahanan dan strategi militer" Beijing.

"Laporan itu memfitnah modernisasi militer China, pengeluaran pertahanan, kebijakan nuklir dan masalah lainnya," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Kedua negara adidaya itu terjebak dalam perebutan kekuasaan yang luas dalam perdagangan, teknologi, pertahanan, dan pengaruh politik.

China menyebut laporan itu adalah contoh terbaru dari ketakutan AS untuk membenarkan pengeluaran militernya sendiri - yang tercatat sebagai yang tertinggi di dunia.

"China selalu menjalankan kebijakan pertahanan nasional defensif dan semua orang tahu bahwa China adalah pembangun perdamaian dunia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying kepada wartawan, Rabu (2/9).

 ♖ detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.