✈️ Rusia Belum Diberi Tahu✈️ Pesawat jet tempur Su-35 Rusia. [Foto/REUTERS/Pascal Rossignol]
Rusia belum menerima pemberitahuan dari Indonesia mengenai pembatalan pembelian 11 unit jet tempur Su-35. Media Amerika Serikat (AS) melaporkan pembatalan itu terjadi karena Indonesia diancam pemerintah Presiden Donald Trump.
"Belum ada pemberitahuan apa pun," kata sumber pemerintah Rusia yang mengetahui masalah ini kepada Sputniknews, Jumat (13/3/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Bloomberg yang mengutip seorang pejabat Indonesia dengan syarat anonim melaporkan bahwa Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk tidak bergerak maju dengan rencana untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dengan harga sekitar USD 1,1 miliar.
Bulan lalu, pejabat itu juga mengungkap bahwa AS juga menekan Indonesia untuk meninggalkan pembicaraan dengan China guna memperoleh beberapa kapal patroli Angkatan Laut dengan harga sekitar USD 200 juta.
Menurut pejabat tersebut, langkah untuk mengesampingkan kesepakatan dengan Rusia terjadi setelah para pejabat Amerika menjelaskan bahwa Indonesia dapat menghadapi sanksi karena berurusan dengan Moskow. Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga khawatir AS akan mengambil tindakan hukuman terhadap perdagangan jika melakukan kesepakatan pembelian kapal militer dengan China.
Langkah tersebut menggambarkan bagaimana AS mencapai beberapa keberhasilan—kadang-kadang dengan menggunakan tuas keuangan dan ekonomi—menghalangi negara-negara untuk berurusan dengan Rusia dan China, yang diidentifikasi oleh pemerintahan Trump sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional Amerika.
Berdasarkan kesepakatan barter yang diumumkan pada Agustus 2017, Indonesia berencana untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dengan imbalan Rusia membeli barang-barang Indonesia seperti karet, minyak kelapa sawit mentah, kopi, teh, furnitur, dan rempah-rempah. Perjanjian tersebut akhirnya ditandatangani pada Februari 2018 oleh Menteri Pertahanan Indonesia yang kala itu dijabat Ryamizard Ryacudu.
"Bukan rahasia bahwa Amerika Serikat memberikan tekanan yang tidak disembunyikan pada negara-negara yang berniat membeli peralatan pertahanan Rusia," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam sebuah pernyataan yang dilansir Bloomberg.
"Tujuannya jelas—untuk membuat negara-negara tersebut menolak untuk mendapatkan senjata dari Rusia dan beralih ke Washington. Tentu saja persaingan tidak adil yang melanggar aturan dan norma bisnis yang transparan dan sah."
Pejabat yang mengungkap pembatalan pembelian jet tempur Su-35 Rusia mengatakan dalam beberapa pertemuan dengan para pejabat Amerika, termasuk menteri pertahanan, pejabat Indonesia berulang kali bertanya mengapa mereka diberitahu untuk tidak membeli jet tempur Rusia.
Amerika, lanjut pejabat itu, menjawab bahwa itu merupakan kebijakan Washington. Menurutnya, Indonesia juga menduga jawaban AS itu karena jet-jet tempur Rusia yang hendak dibeli akan memberikan keunggulan atas tetangga-tetangga Indonesia, yakni Australia dan Singapura.
Masih menurut pejabat tersebut, sebaliknya pihak Amerika mengatakan kepada Indonesia untuk mempertimbangkan membeli jet tempur F-16 Viper buatan Amerika. Namun, Indonesia malah mencari cara untuk menegosiasikan pembelian pesawat F-35 yang dikembangkan sebagai bagian dari program Joint Strike Fighter (JSF) multi-negara.
Program JSF yang dipimpin oleh AS, melibatkan Inggris, Italia, Belanda, Australia, Kanada, Denmark, dan Norwegia. Singapura baru-baru ini setuju untuk membeli beberapa pesawat tempur siluman itu, sedangkan Jepang adalah pembeli asing terbesar.
Pejabat itu mengatakan AS menegaskan bahwa pemerintah Joko Widodo (Jokowi) berisiko terkena sanksi AS di bawah Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) karena membeli jet tempur Sukhoi. Namun, ancaman AS terkait penjajakan Indonesia membeli kapal militer China tidak jelas. Kemungkinan ancaman AS yang terkait dengan China menyangkut tentang perdagangan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS melalui email mengatakan Amerika tidak dapat mengomentari percakapan diplomatik pribadi. Dia menambahkan bahwa AS mendesak semua sekutu dan mitra untuk menghindari transaksi baru peralatan militer Rusia untuk menghindari sanksi di bawah CAATSA.
Menurutnya, tujuan kebijakan Amerika itu adalah untuk mencegah pendapatan Rusia yang dibutuhkan untuk melanjutkan "pengaruh buruknya".
Bloomberg dalam laporannya mengatakan keputusan Indonesia untuk membatalkan kesepakatan pembelian jet tempur Su-35 Rusia dibuat setelah para pejabat Indonesia menyimpulkan bahwa akan salah langkah untuk mengambil sisi yang salah dari AS.
Masih menurut laporan tersebut, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam koordinasi dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, memutuskan bahwa akan membahayakan hubungan dagang jika tidak membatalkan kesepakatan dengan Rusia. (mas)
Rusia belum menerima pemberitahuan dari Indonesia mengenai pembatalan pembelian 11 unit jet tempur Su-35. Media Amerika Serikat (AS) melaporkan pembatalan itu terjadi karena Indonesia diancam pemerintah Presiden Donald Trump.
"Belum ada pemberitahuan apa pun," kata sumber pemerintah Rusia yang mengetahui masalah ini kepada Sputniknews, Jumat (13/3/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Bloomberg yang mengutip seorang pejabat Indonesia dengan syarat anonim melaporkan bahwa Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk tidak bergerak maju dengan rencana untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dengan harga sekitar USD 1,1 miliar.
Bulan lalu, pejabat itu juga mengungkap bahwa AS juga menekan Indonesia untuk meninggalkan pembicaraan dengan China guna memperoleh beberapa kapal patroli Angkatan Laut dengan harga sekitar USD 200 juta.
Menurut pejabat tersebut, langkah untuk mengesampingkan kesepakatan dengan Rusia terjadi setelah para pejabat Amerika menjelaskan bahwa Indonesia dapat menghadapi sanksi karena berurusan dengan Moskow. Pemerintahan Presiden Joko Widodo juga khawatir AS akan mengambil tindakan hukuman terhadap perdagangan jika melakukan kesepakatan pembelian kapal militer dengan China.
Langkah tersebut menggambarkan bagaimana AS mencapai beberapa keberhasilan—kadang-kadang dengan menggunakan tuas keuangan dan ekonomi—menghalangi negara-negara untuk berurusan dengan Rusia dan China, yang diidentifikasi oleh pemerintahan Trump sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional Amerika.
Berdasarkan kesepakatan barter yang diumumkan pada Agustus 2017, Indonesia berencana untuk membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dengan imbalan Rusia membeli barang-barang Indonesia seperti karet, minyak kelapa sawit mentah, kopi, teh, furnitur, dan rempah-rempah. Perjanjian tersebut akhirnya ditandatangani pada Februari 2018 oleh Menteri Pertahanan Indonesia yang kala itu dijabat Ryamizard Ryacudu.
"Bukan rahasia bahwa Amerika Serikat memberikan tekanan yang tidak disembunyikan pada negara-negara yang berniat membeli peralatan pertahanan Rusia," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam sebuah pernyataan yang dilansir Bloomberg.
"Tujuannya jelas—untuk membuat negara-negara tersebut menolak untuk mendapatkan senjata dari Rusia dan beralih ke Washington. Tentu saja persaingan tidak adil yang melanggar aturan dan norma bisnis yang transparan dan sah."
Pejabat yang mengungkap pembatalan pembelian jet tempur Su-35 Rusia mengatakan dalam beberapa pertemuan dengan para pejabat Amerika, termasuk menteri pertahanan, pejabat Indonesia berulang kali bertanya mengapa mereka diberitahu untuk tidak membeli jet tempur Rusia.
Amerika, lanjut pejabat itu, menjawab bahwa itu merupakan kebijakan Washington. Menurutnya, Indonesia juga menduga jawaban AS itu karena jet-jet tempur Rusia yang hendak dibeli akan memberikan keunggulan atas tetangga-tetangga Indonesia, yakni Australia dan Singapura.
Masih menurut pejabat tersebut, sebaliknya pihak Amerika mengatakan kepada Indonesia untuk mempertimbangkan membeli jet tempur F-16 Viper buatan Amerika. Namun, Indonesia malah mencari cara untuk menegosiasikan pembelian pesawat F-35 yang dikembangkan sebagai bagian dari program Joint Strike Fighter (JSF) multi-negara.
Program JSF yang dipimpin oleh AS, melibatkan Inggris, Italia, Belanda, Australia, Kanada, Denmark, dan Norwegia. Singapura baru-baru ini setuju untuk membeli beberapa pesawat tempur siluman itu, sedangkan Jepang adalah pembeli asing terbesar.
Pejabat itu mengatakan AS menegaskan bahwa pemerintah Joko Widodo (Jokowi) berisiko terkena sanksi AS di bawah Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) karena membeli jet tempur Sukhoi. Namun, ancaman AS terkait penjajakan Indonesia membeli kapal militer China tidak jelas. Kemungkinan ancaman AS yang terkait dengan China menyangkut tentang perdagangan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS melalui email mengatakan Amerika tidak dapat mengomentari percakapan diplomatik pribadi. Dia menambahkan bahwa AS mendesak semua sekutu dan mitra untuk menghindari transaksi baru peralatan militer Rusia untuk menghindari sanksi di bawah CAATSA.
Menurutnya, tujuan kebijakan Amerika itu adalah untuk mencegah pendapatan Rusia yang dibutuhkan untuk melanjutkan "pengaruh buruknya".
Bloomberg dalam laporannya mengatakan keputusan Indonesia untuk membatalkan kesepakatan pembelian jet tempur Su-35 Rusia dibuat setelah para pejabat Indonesia menyimpulkan bahwa akan salah langkah untuk mengambil sisi yang salah dari AS.
Masih menurut laporan tersebut, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam koordinasi dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, memutuskan bahwa akan membahayakan hubungan dagang jika tidak membatalkan kesepakatan dengan Rusia. (mas)