Sabtu, 25 April 2020

Pemprov Jawa Barat Beli Ventilator Lokal

Buatan PT DI dan PT Pindad Ventilator produksi PT DI [istimewa] 

G
ubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil memastikan kebutuhan ventilator untuk 105 rumah sakit (RS) rujukan COVID-19 di Jabar akan terpenuhi setelah Pemerintah Provinsi Jabar membeli ventilator produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) dan PT Pindad.

Ventilator produksi PT DI (Persero) dan PT Pindad telah dikonfirmasi lulus uji produk dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan RI.

"Insya Allah kebutuhan ventilator untuk Jawa Barat aman terkendali," kata Ridwan Kamil seusai meninjau purwarupa (prototipe) ventilator di hanggar PT DI di Bandung, Jumat.

Ventilator portabel yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia) itu merupakan kerja sama PT DI dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan setelah lulus uji produk dan klinis mampu diproduksi sebanyak 500 unit per minggu. Ventilator jenis ini ditujukan bagi pasien yang sakit, tetapi masih mampu bernapas sendiri.

Sementara ventilator produksi PT Pindad yang mampu diproduksi sebanyak 40 unit per hari akan digunakan bagi pasien yang kesulitan bernapas.

"Kalau lancar segala rupanya, ini (Vent-I) bisa diproduksi minimum 500 unit per minggu atau sekitar 2.000 per bulan, perizinan juga sudah diproses dan lancar, termasuk tadi (produk) di PT Pindad yang fokus pada ventilator untuk yang susah bernapas, inilah kebersamaan BUMN," ujar Ridwan Kamil yang biasa disapa Kang Emil.

Kang Emil menuturkan ke-105 rumah sakit rujukan COVID-19 di Jabar ini akan mendapatkan minimal satu ventilator tambahan.

Khusus untuk rumah sakit yang menangani pasien yang susah bernapas secara spontan atau gagal nafas, Kang Emil berujar rumah sakit tersebut mendapatkan empat sampai lima unit ventilator.

"Kalau kita pilah lagi ada sekitar 50 rumah sakit yang membutuhkan ventilator khusus untuk pasien yang susah bernapas secara spontan atau sudah mengalami gagal napas. Per rumah sakit (itu) rata-rata dapat empat sampai lima unit, jadi (total) sekitar 250-an unit (untuk rumah sakit khusus tersebut)," tuturnya.

Emil berharap tak hanya untuk Jabar, kebutuhan ventilator di seluruh Indonesia pun bisa terpenuhi oleh produk buatan lokal yang sudah teruji kelaikan klinis dan standar keamanan juga keselamatan.

"Inilah kekuatan di Indonesia, di Jabar, khususnya industri-industrinya luar biasa, dengan kebersamaan kita akan menang melawan COVID-19," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Operasional PT DI M. Ridlo Akbar menjelaskan, PT DI ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan untuk industrialisasi alat kesehatan khususnya ventilator.

Saat ini pihaknya tengah fokus menyiapkan fasilitas lini produksinya kemudian melakukan reverse engineering untuk komponen yang tidak tersedia di dalam negeri. Dengan begitu, diharapkan ketika izin produksi ventilator ini terbit untuk proses industrialnya, maka PT DI akan langsung mengejar target produksi 500 unit per minggu.

"Kalau dari schedule awal itu targetnya di minggu pertama Mei, karena sekarang kita masuk uji klinis setelah itu kita mulai produksinya," kata Ridlo.

Pihaknya menargetkan ventilator produksi PT DI ini akan difokuskan untuk pemenuhan kebutuhan di wilayah Bandung pada tahap awal. Berikutnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan Jabar, Indonesia, bahkan luar negeri atau ekspor.

Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan pihaknya sanggup memproduksi ventilator sebanyak 40 unit per hari. Prototipe ventilator untuk pasien yang sudah sulit bernapas ini telah sukses diuji coba di RSU Pindad dan kini tinggal menunggu sertifikat dari BPFK.

Abraham mengatakan Gubernur Jabar sangat mendukung upaya dari PT Pindad dalam menanggulangi COVID-19 khususnya di Jabar.

"Tadi saat kunjungan, begitu melihat secara detail operasional ventilator produksi kami dan sudah dijelaskan oleh dokter, beliau (gubernur) begitu yakin dan memutuskan akan membeli ventilator produksi PT Pindad," ujar Abraham.

Saat ini, PT Pindad juga sedang menyiapkan lebih banyak material ventilator untuk mengantisipasi pembelian dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sebanyak 1.000 unit.

  antara  

Jumat, 24 April 2020

RI Rancang Pesawat Baling-baling Komersial Terbesar di Dunia

✈ N2140 ✈ Program pengembangan pesawat transpor LAPAN [LAPAN]

Pengembangan pesawat terbang di Indonesia kembali bergairah pasca tertidur lama. Industri pesawat terbang nasional sempat mati suri pasca dihentikannya program pesawat baling-baling N250 dan pesawat mesin jet N2130 saat krisis ekonomi 1998.

Kemudian pada tahun 2000-an muncul ide mengembangkan pesawat perintis bermesin turboprop N219. Pengembangan pesawat ternyata tidak berhenti di N219.

Kali ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengusulkan pengembangan pesawat komersial atau penumpang baling-baling (propeller) terbesar di dunia. Pesawat yang bernama N2140 ini, nantinya mampu membawa 144 penumpang.

"Kita dapat ide dari pesawat A400 M yang memiliki baling-baling besar. Ini nggak masuk ke pasar jet. Kita kembangkan pesawat yang cocok dengan kondisi Indonesia," kata Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN Agus Aribowo kepada detikFinance di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/11/2014).

A400 M merupakan pesawat angkut militer atau cargo berbadan lebar yang diciptakan oleh Airbus Military. Pengembangan N2140 nantinya akan memakai mesin EuroProp. Ini merupakan mesin terbaru, setelah turboprop, untuk kelas propeller.

Meski bukan mesin jet, EuroProp memiliki kemampuan layaknya mesin pesawat jet. Daya jangkau pesawat ini menyerupai daya jelajah pesawat sekelas Boeing 737 hingga Airbus A320.

"EuroProp bisa masuk transonic. Kalau Boeing (Boeing 737) kecepatan 0,78 mach (kecepatan suara), kalau EuroProp 0,7 mach. Ini nggak beda jauh," jelasnya.

Keunggulan pesawat N2140 daripada pesawat bermesin jet sekelas Airbus 320 dan Boeing 737 ialah konsumsi bahan bakar. Pesawat baling-baling ini hemat dalam pemakaian BBM sekitar 20-25% daripada pesawat jet.

Keunggulan sangat bermanfaat bagi maskapai komersial karena selama ini menerima hantaman tingginya biaya avtur. Harga avtur sendiri menyumbang komposisi sekitar 60% dari biaya di industri penerbangan.

Selain hemat BBM, pesawat N2140 bisa mendarat atau terbang di landasan lebih pendek daripada pesawat jet dengan ukuran serupa. Selain itu, LAPAN merancang kondisi suara atau tingkat kebisingan di dalam kabin pesawat yang sangat rendah meskipun pesawat tidak memakai mesin jet.

"Ini pakai noise active control. Jadi suara engine dikombinasikan dengan suara di dalam cabin agar bisa menghilangkan resonansi sehingga tingkat kebisingan menjadi lemah,” papar Agus.

Pengembangan N2140 merupakan bagian dari loncatan program N219. Konsep awal setelah N219, LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) akan mengembangkan pesawat N245 dan N270.

Khusus program N270, pengembangannya diubah karena ada program pengembangan pesawat R80 atau pesawat berpenumpang 80 orang yang memiliki pasar sejenis. Ahasil LAPAN mencari jalan keluar sehingga lahirnya konsep pesawat propeller angkutan penumpang berbadan lebar terbesar pertama di dunia.

Pesaing pesawat tipe propeller, ATR, sama sekali belum memiliki rencana untuk mengembangkan pesawat baling-baling penerbangan sipil di atas 100 penumpang.

"Kita nggak masuk di kelas jet. Kita main propeller yang terbaru dan belum ada yang masuk. Kalau ATR nggak main ke sana,' ujarnya.

Program N2140 nantinya akan diusulkan kepada pemerintah untuk memperoleh dukungan pendanaan. Pesawat N2140 akan masuk program 15 tahun atau jangka panjang dari LAPAN. Setidaknya untuk membiayai program pengembangan hingga proses sertifikasi N2140, diperlukan dukungan pendanaan di atas Rp 1 triliun.

"Kita planning 15 tahun sehingga bisa diproduksi rencananya tahun 2030 atau pemerintah ingin 10 tahun. Ini juga bisa karena sudah dibuktikan oleh PT DI yang sanggup 10 tahun waktu pengembangan N250," kata Agus. (feb/hds)

  detik  

[World] Australia Transfers Adelaide Class Frigates to Chile

The former HMAS Melbourne – one of two ex-RAN Adelaide-class frigates recently acquired by the Chilean Navy to replace its Latorre class. [Commonwealth of Australia]

Australia has officially transferred two Adelaide (Oliver Hazard Perry)-class guided-missile frigates to the Chilean Navy.

The ex-Royal Australian Navy (RAN) frigates, Melbourne (FFG 05) and Newcastle (FFG 06), were formally handed over during a ceremony held at HMAS Watson naval base in Sydney on 15 April.

The vessels are intended to replace two recently decommissioned ex-Royal Netherlands Navy Latorre (Jacob van Heemskerck)-class air-defence frigates that were built in the 1980s and acquired by Chile in 2004.

Melbourne and Newcastle were built in Australia between 1985 and 1993 under licence from the United States and withdrawn from RAN service in 2019. They are equipped with RGM-84J/L Harpoon Block II missiles, SM-2MR Block IIIA Standard and RIM-162B Evolved Sea Sparrow (ESSM) surface-to-air missiles, an Oto Melara Mk 75 76 mm/62 Compact Gun, the ADACS combat management system, Eurotorp MU90 torpedoes, and a Spherion hull-mounted sonar.

The two frigates, which have been renamed Almirante Latorre (FFG 14) and Capitan Prat (FFG 11), are undergoing a basic refit at Garden Island shipyard, in Sydney. The Phalanx Close-In Weapon System (CIWS) will be removed in Australia, and the Thales Goalkeeper CIWS along with the other standard equipment, will be refitted after the ships arrive in Chile.

Crew training is under way at the RAN's Training Fleet Support Unit Sydney (FSU-SE) at HMAS Kuttabul and will continue until May. However, due to the ongoing situation of Covid-19 pandemic, the date of final transfer of the vessels to Valparaiso has yet to be confirmed.

  ★ IHS Jane's  

Kamis, 23 April 2020

Kementerian Pertahanan Larang Pegawai Pakai Zoom

Tidak Amanhttps://statik.tempo.co/data/2020/04/08/id_929369/929369_720.jpgIlustrasi penggunaan aplikasi zoom [antara]

Kementerian Pertahanan menerbitkan surat edaran mengenai larangan bagi pegawainya untuk menggunakan aplikasi Zoom dalam video konferensi. Kepala Biro Humas Setjen Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Totok Sugiharto, ketika dikonfirmasi pada Kamis, 23 April 2020 membenarkan penerbitan surat edaran tersebut.

Surat bernomor SE/57/IV/2020 itu ditandatangani Sekjen Kementerian Pertahanan, Laksamana Madya, Agus Setiadji, pada Selasa, 21 April 2020. "Disampaikan kepada kasatker/kasubsatker di lingkungan Kemhan agar pelaksanaan video konferensi pada masing-masing jajaran tidak menggunakan aplikasi Zoom," demikian isi surat edaran yang ditandatangani Agus Setiadji.

Dalam surat edaran tersebut, Kemhan menyebut beberapa pertimbangan yang membuat larangan menggunakan aplikasi Zoom.

Pertama, tidak adanya jaminan keamanan data dari penyedia aplikasi Zoom lantaran aplikasi bersifat terbuka. Kedua, terdapat duplikasi traffic yang dilaporkan pihak penyedia aplikasi Zoom ke server yang berada di negara lain. Hal itu mengakibatkan data pembicaraan dimonitor oleh pihak yang tidak berkepentingan.

Hasil analisa dan riset dalam beberapa kasus penggunaan aplikasi Zoom telah dilaporkan kebocoran data dan telah diakui oleh pihak vendor Zoom bahwa hal tersebut belum dapat diantisipasi secara tepat.

Untuk itu, setiap pegawai Kemhan yang ingin menggunakan video konferensi agar berkoordinasi dengan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pertahanan.

Kepala Pusdatin Kemenhan diminta untuk menyiapkan dukungan konferensi video yang aman dan dapat diandalkan sebagai alternatif dalam komunikasi bagi pimpinan Kemhan.

Ada tiga hal yang dijadikan dasar pengeluaran pelarangan penggunaan Zoom ini. Dasar pertama, yakni Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Pengamanan Informasi di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI.

Kedua, Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 14 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertahanan. Ketiga, pertimbangan Pimpinan Kementerian Pertahanan terkait dengan keamanan dan pengamanan informasi.

 ♖ Tempo  

Rabu, 22 April 2020

[Dunia] Iran Klaim Sukses Luncurkan Satelit Militer Pertama

Ilustrasi peluncuran satelit Iran di Imam Khomeini Spaceport, 9 Februari 2020. [Foto/Tangkapan layar IRIB] ★

Iran mengklaim telah meluncurkan satelit militer pertama mereka, yang saat ini telah memasuki orbit Bumi. Klaim itu disampaikan oleh Garda Revolusi Iran (IRGC).

IRGC dalam sebuah pernyataan menuturkan bahwa satelit "Messenger" digunakan untuk meluncurkan satelit Noor yang berarti cahaya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang teknologi yang digunakan.

"Satelit militer pertama Iran, Noor, diluncurkan pagi ini dari Iran tengah dalam dua tahap. Peluncuran berhasil dan satelit mencapai orbit," kata IRGC, seperti dilansir Reuters pada Rabu (22/4/2020)

Satelit Noor, menurut IRGC, sekarang telah mengorbit 425 km di atas permukaan bumi.

Peluncuran itu terjadi pada saat ketegangan tinggi dengan Amerika Serikat (AS) mengenai program nuklir dan rudal Teheran dan beberapa bulan setelah komandan militer Iran, Qassem Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad.

AS sendiri sejauh ini belum memberikan komentar apapun mengenai pelucuran satelit tersebut. Namun, bila menilik ke belakang, Washington kemungkinan akan mengecam peluncuran satelit itu. (esn)

 Israel Kesal 

Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah meluncurkan satelit militer ke orbit di tengah ketegangan yang memanas dengan Amerika Serikat (AS). Peluncuran yang diklaim Teheran sukses tersebut membuat Israel kesal dengan menyerukan masyarakat internasional menjatuhkan sanksi tambahan untuk negara para Mullah tersebut.

Peluncuran satelit militer Iran ini mengejutkan karena sudah berbulan-bulan mengalami kegagalan dan dilakukan ketika negara itu berkali-kali dihantam sanksi Amerika.

Meski IRGC Iran mengklaim peluncuran satelit yang diberi nama "Noor" atau "Cahaya" itu sukses, namun belum ada konfirmasi independen.

Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon, yang berpendapat bahwa peluncuran tersebut memajukan program rudal balistik Iran, belum menanggapi permintaan komentar yang diajukan wartawan. Di situs resminya, IRGC Iran mengatakan satelit itu berhasil mencapai orbit 425 kilometer (264 mil) di atas permukaan bumi. IRGC menyebutnya satelit militer pertama yang diluncurkan oleh Teheran.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel mengecam keras peluncuran satelit militer Teheran.

"Israel mengecam keras upaya peluncuran satelit militer oleh Garda Revolusi, sebuah organisasi teror yang diakui oleh Amerika Serikat," kata kementerian dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Times of Israel, Kamis (23/4/2020).

"Israel menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengutuk peluncuran itu dan menjatuhkan sanksi tambahan pada rezim Iran untuk mencegahnya dari kegiatan yang menantang dan berbahaya," lanjut pernyataan tersebut.

Peluncuran satelit dua tahap dilakukan dari Gurun Tengah Iran, namun IRGC tidak menjelaskan atau mengatakan kapan tepatnya peluncuran itu terjadi. Pasukan paramiliter Iran tersebut mengatakan mereka menggunakan pembawa satelit Ghased untuk menempatkan perangkat ke ruang angkasa, sistem yang sebelumnya tidak pernah terdengar.

Peluncuran itu terjadi di tengah-tengah ketegangan antara Teheran dan Washington karena perjanjian nuklirnya yang runtuh dan setelah serangan pesawat tak berawak AS di Irak menewaskan Jenderal Qassem Soleimani pada Januari.

Iran telah melakukan peluncuran satelit beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, namun berakhir dengan kegagalan. Kegagalan terbaru terjadi pada bulan Februari, ketika Iran gagal menempatkan satelit komunikasi Zafar 1 ke orbit. (min)

  sindonews  

Selasa, 21 April 2020

Dua Kapal Cepat Rudal Latihan Bersama Di Laut Jawa

Satkat Koarmada II https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSXpkdG8MvJ7nbyyCxL_FIvagoavkUkytzAA_UZF5lMIaJBLepCWWtDIa2NMwa3vRcvGmsE04j2eCuDCW4TaHZr16dfU9-IT6sbRtUumkfDadQu4C-ETOat07OgJ8arjt4tRjn1SVHfVg/s400/IMG-20200421-WA0017.jpgDua KCR dari Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmada II latihan bersama [Koarmada II]

Ditengah melaksanakan tugas operasi laut, KRI Sampari-628 bersama KRI Layang-635 di bawah kendali Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmada II memanfaatkan kesempatan yang baik tersebut untuk latihan bersama di perairan Laut Jawa, Sabtu (18/04) lalu.

Latihan antara KRI Sampari dan KRI Layang memiliki karakteristik yang khas dibandingkan kapal jenis lain. Hal inilah yang menjadikan kami tetap latihan, agar naluri tempur terlatih dan profesionalitas prajurit tetap terjaga,” terang Letkol Laut(P) Harprabu. Komandan KRI Sampari-628.

Kendati demikian Ia menambahkan jika seluruh rangkaian latihan yang dilaksanakan tetap mematuhi protokol kesehatan, yang sudah ditetapkan dan dianjurkan pemerintah untuk memutus rantai penularan Covid-19.

  Koarmada II  

Senin, 20 April 2020

DPR Setuju Penempatan Kapal Rumah Sakit TNI AL

Dioperasikan di Pulau yang Kurang Akses RS KRI Semarang 594, difungsikan sebagai kapal Rumah Sakit TNI AL [Alinea] 

K
etua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengatakan DPR sangat setuju apabila armada kapal TNI Angkatan Laut (TNI AL) dioperasikan di pulau-pulau yang kurang mendapat akses rumah sakit (rumkit).

Meutya dalam rapat kerja virtual dengan Panglima TNI beserta jajarannya di Jakarta, Rabu, meminta agar Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji berkaca dari peristiwa awak Kapal Induk Amerika Serikat yang terdampak COVID-19.

Peristiwa itu menjadi alarm bagi KSAL untuk menginstruksikan jajarannya agar lebih memperhatikan protokol COVID-19 dalam setiap operasi yang dijalankan oleh awak kapal-kapal TNI AL tersebut.

Dalam raker virtual dengan Komisi I DPR RI, KSAL Laksamana TNI Siwi mengatakan bahwa dua armada Kapal Rumah Sakit TNI AL, yaitu KRI Soeharso dan KRI Semarang, saat ini telah beroperasi membantu pemulangan warga negara Indonesia di Malaysia.

Selasa kemarin, kata dia, dua Kapal tersebut juga turut mengangkut bantuan material kesehatan dari Singapura untuk dibawa ke Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau.

Selain itu, unsur armada Kapal TNI yang lain juga disiapkan untuk membantu wilayah-wilayah yang kekurangan logistik dan logistik berbahan cair, seperti logistik minyak dan air minum.

Terutama Kepulauan Riau, yang saat ini mengalami kekurangan air. Ini kami siapkan juga logistik untuk membantu angkutan ke pulau-pulau yang sangat terbatas untuk kebutuhan logistik maupun air, ini kami kerahkan juga seizin Panglima TNI,” kata Laksamana TNI Siwi.

Selain di Kepulauan Riau, TNI AL juga menyiapkan angkutan logistik di Papua, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Provinsi Jawa Timur.

Di Provinsi Jawa Timur untuk mengangkut logistik ke wilayah daerah, seperti di Kangean, Bawean, dan Saobi, untuk dukungan logistik, sesuai dengan instruksi arahan dari Panglima TNI,” kata Siwi.

  ★ Pikiran Rakyat  

Minggu, 19 April 2020

Indonesia Menjadi Negara Pertama Pembuat Kapal Selam di ASEAN

PAL Indonesia Akan Tuntaskan Ujicoba KRI 405 Alugoro Ujicoba KRI Alugoro 405 [submarine.id] ★

PT Pal Indonesia (Persero) terus mempercepat pengerjaan Kapal Selam Alugoro. Kapal selam karya anak bangsa ini telah berhasil menjalani tahapan uji Tactical Diving Depth (TDD) hingga kedalaman 310,8 meter di Perairan Utara Pulau Bali.

Pelaksana Tugas Kadep Humas PT PAL Indonesia (Persero), Utario Esna Putra, mengatakan pengerjaan kapal selam ini tetap dilakukan di tengah pandemi Virus Corona. Untuk saat ini, sesuai jadwal Kapal Selam Alugoro masih pada tahap SAT (Sea Acceptance Test).

"53 item uji coba SAT dilaksanakan sampai Juni. Meskipun di tengah keterbatasan dan kehati-hatian akibat wabah Covid-19, kami masih berkomitmen untuk menyelesaikan proyek-proyek yang ada," ujar Utario kepada merdeka.com, Selasa (14/4).

Adapun TDD adalah tes kedalaman taktis bagi sebuah Kapal Selam pada kedalaman di bawah layer laut yang sulit dideteksi kapal atas air. TDD merupakan bagian dari 53 item Sea Acceptance Test (SAT) Kapal Selam Alugoro.

Tahapan TDD ini penting untuk uji kekedapan kapal. Terbukti kapal selam dapat mempertahankan kekedapan pada kedalaman 300 meter dengan tekanan lingkungan pada kedalaman tersebut sebesar 30 bar.

Kapal Selam Alugoro merupakan kapal selam ketiga dari Batch Pertama kerjasama pembangunan kapal selam antara PT PAL Indonesia dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan.

  Merdeka