Fokus Pengembangan Drone PUNA MALE Black Eagle [antara]
Pemerintah akan menindaklanjuti 89 proyek yang masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) di tahun 2020 hingga 2024. Jumlah proyek diambil berdasarkan usulan sebelumnya yang mencapai 245 PSN.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut 89 proyek tersebut diharapkan bisa segera terealisasi berdasarkan dukungan dari pihak-pihak terkait. Sejumlah proyek itu diklasifikasikan dapat membantu pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
"Dari 245 proyek baru yang memenuhi kriteria sebanyak 89 proyek. Dengan demikian, 156 proyek belum direkomendasikan karena itu masih membutuhkan dukungan kementerian teknis dan perlu kelengkapan dan perlu memenuhi kriteria yang ditetapkan sebagai PSN di mana presiden harapkan ada dampak kepada masyarakat, terhadap pertumbuhan ekonomi dan terkait dengan pengembangan sosial ekonomi," kata Airlangga dalam konferensi persnya, Jumat (29/5).
Menariknya, dari 89 proyek tersebut salah satunya berkaitan dengan pengembangan drone yang secara otomatis menghapus rencana proyek pengembangan pesawat R80 dan N245.
Diketahui, dua proyek tersebut merupakan program pengadaan pesawat dalam negeri. R80 digarap PT Regio Aviasi Industri, milik mantan Presiden BJ Habibie dan putranya, Ilham Akbar Habibie.
Sedangkan N245 digarap PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
"Kemudian terkait dengan 3 proyek drone. Di mana 3 proyek terkait pengembangan drone itu sebagai pengganti proyek yang dikeluarkan antara lain R80 dan N245," jelasnya.
Bukan tanpa sebab, Airlangga beralasan bahwa pengembangan drone dianggap lebih sesuai dengan keadaan saat ini ketimbang realisasi kedua proyek tersebut.
"Sehingga dialihkan menjadi teknologi drone yang dianggap lebih cocok dengan situasi saat sekarang dan pengembangannya sudah dimulai oleh PTDI," jelasnya.
Di sisi lain juga ada proyek seperti pembangunan infrastruktur di sejumlah daerah yang juga masuk dalam 89 PSN.
"Jadi yang 2020-2024, yang proyeknya yang terkait jalan-jembatan, bandara, kawasan industri, termasuk kawasan industri di Brebes, bendungan-irigasi, tanggul laut, program lahan untuk sawah," jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta para menterinya meninjau kembali 245 usulan PSN. Dia ingin mereka bisa menyaring program-program yang dianggap bermanfaat dan memiliki prospek ke depan.
Jokowi mengkhusukan agar memilih proyek yang mampu membantu pemulihan perekonomian. Terlebih pasca munculnya dampak yang ditimbulkan akibat COVID-19.
"Terkait dengan usulan 245 PSN (Program Strategis Nasional baru saya minta untuk betul-betul dilihat di lapangan, dihitung dikalkulasi secara rinci mana yang direkomendasi dan mana yang tidak direkomendasi," kata Jokowi dalam sambutannya di ratas Evaluasi Proyek Strategis Nasional Untuk Pemulihan Ekonomi secara virtual, Jumat (29/5).
Buatan IndonesiaAPD produksi Sritex
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo senang mendengar informasi bahwa alat pelindung diri produksi PT Sritex lolos uji laboratorium APD Coverall dan mendapatkan ISO 16604 Class 3. Dengan hasil pengujian dari intertek HQ, Cortland, New York itu, APD buatan dalam negeri itu memenuhi Standar Internasional yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia.
“Saya ikut senang mendengar kabar dari Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York, Arifi Saiman bahwa 27 Mei 2020 waktu New York, hasil uji lab APD Coverall (sampel fabric) PT. Sritex untuk sertifikasi ISO 16604 Class 3 di Intertek HQ, Cortland, New York, dinyatakan Pass atau lolos uji lab,” ujar Doni lewat keterangan tertulis yang diterima VIVA, Kamis 28 Mei 2020.
Dijelaskan, dengan predikat lolos uji lab sertifikasi ISO 16604 Class 3, produk APD PT. Sritex telah dinyatakan memiliki ketahanan terhadap penetrasi bacteriophage dengan ukuran yang sangat kecil. Tingkat kualitasnya lebih tinggi daripada tingkat kualitas sertifikasi ISO 16604 Class 2 yang merupakan syarat minimum APD berstandar internasional yang ditetapkan oleh WHO.
Dilaporkan juga, beberapa perusahaan Indonesia lainnya sedang mengajukan permohonan untuk diuji lab produk mereka. Konjen RI berharap, produk-produk lainnya juga bisa lolos dan mendapatkan sertifikat ISO 16604 Class 3.
Presiden Dirut PT Sritex, Iwan Lukminto menjelaskan, pihaknya bekerja khusus untuk mendapatkan formula bahan baku yang bisa memenuhi Standar WHO. “Paling tidak satu bulan kami bekerja keras dan saya memimpin langsung pengembangan produk APD agar bisa mendapatkan ISO 16604 Class 3,” ujar Iwan.
Iwan menilai, Sritex selama ini sudah mampu menghasilkan produk dengan standar tinggi. Salah satu yang sudah dihasilkan Sritex adalah pakaian nubika atau CBRN (Chemical Biological Radiation). Sejak Januari lalu, Sritex membuat APD mulai yang Class 1, Class 2, dan terakhir ini Class 3.
Dengan didapatkan ISO 16604 Class 3, maka ketersediaan APD tidak lagi akan menjadi kendala. Menurut Iwan, Sritex mampu untuk memproduksi APD kelas 1 sampai 500 ribu buah setiap bulannya.
♖ VIVAnews
Ilustrasi box sterililasi [medicalexpo]
Semenjak Virus Corona atau COVID-19 menyerang Indonesia, pemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan semua aktivitas di rumah saja. Dengan begitu semakin meningkat pula kebiasaan belanja secara online.
Belanja secara online ini mampu melindungi diri sendiri karena kita tidak perlu berhadapan langsung dengan orang lain. Namun bagi sebagian orang melupakan bahwa saat kita menerima paket dari luar, bisa saja paket tersebut terdapat virus corona.
Dilansir dari situs TNI AD Kamis 28 Mei 2020, Kopassus bekerjasama dengan alumni fakultas teknik Universitas Indonesia. Kerjasama ini menghasilkan sebuah box sterilisasi yang berukuran cukup besar, sehingga mampu mensterilkan sebuah paket yang dikirim dalam transaksi belanja online.
Selain itu, teknologi yang berada di box Disinfex ini juga tergolong canggih. Pasalnya box ini hanya membutuhkan waktu selama 6 detik saja dan paket sudah tersterilisasi tanpa adanya bahan kimia.
Menurut Professor David J. Brenner, seorang ahli dalam bidang radiasi dan biofisika mengungkapkan bahwa ketika DNA virus dirusak oleh energi poton sinar UVC maka virus tidak bisa bermutasi, tidak dapat berkembang, dan akhirnya mati.
Sehingga dengannya box Disinfex ini, mampu memutus mata rantai penyebaran virus ini dimulai dari lingkungan sendiri. Alat ini sendiri akan diuji coba terlebih dahulu di lingkungan tempat tinggal Kopassus yang berada di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.
Box Disinfex ini juga diklaim mampu mematikan virus corona yang terdapat pada kemasan makanan dan dokumen. Sehingga setelah menerima paket tersebut, kita tidak perlu khawatir dengan ancaman virus. Karena virus tersebut sudah dimatikan dengan bantuan sinar UVC.
♖ VIVAnews
Sosok Buaya Raksasa Zeni TNI AD, Panjangnya 12 MeterKedatangan M3 amphibious pontoon [Alutsista Indonesia]
Indonesia memiliki kendaraan tempur berat sejenis tank, kendaraan dengan bobot yang tidak ringan. Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita bagaimana jadinya jika tank ini harus melalui sungai yang cukup lebar.
Untuk itu, guna mendukung mobilitas kendaraan tempur dengan berat 60 ton itu, Zeni sebagai satuan bantuan tempur melengkapi persenjataan TNI AD dengan membeli Amphibious Ponton 3M buatan Jerman yang memiliki spesifikasi tertentu dalam pemakaian dan pemeliharaannya.
Berdasarkan informasi Direktorat Zeni Angkatan Darat yang diterima VIVA Militer Rabu 27 Mei 2020, M3 Amphibious Rig adalah kendaraan perang amfibi yang dapat dipakai di darat dan di air. Selain sebagai senjata perang, kendaraan ini memiliki fungsi utama sebagai jembatan bagi tank dan kendaraan perang lainnya.
Kendaraan ini seperti buaya karena merupakan jenis amfibi, bisa digunakan di darat dan di air. Fungsinya adalah sebagai jembatan atau proyeksi bagi tank dan kendaraan konvensional lainnya dalam menangani hambatan air.
Kendaraan ini memiliki panjang 13.03 m, lebar 3.35 m dan tinggi 3.97 m dengan berat total 26 ton. Alat perang ini dilengkapi mesin Diesel 289 kW sehingga dapat mencapai kecepatan maksimal 80 km per jam dengan jarak tempuh 750 km di darat. Kemudian 14 km per jam di air.
Rantis Patriot II 4x4 ujicoba M3 Amphibious Pontoon TNI AD [pusziad]
Konsep operasi dari Amphibious Ponton 3M dapat dikontrol sendiri melalui jalan darat, beroperasi sebagai kendaraan roda 4×4 dengan kecepatan jalan maksimum 80 km / jam.
Sementara untuk di air, kendaraan ini menyebarkan dua ponton aluminium besar, membentang di sepanjang lambungnya. Di dalam air, M3 didorong dan dikemudikan oleh 2 jet pompa yang dapat dilalui dengan kecepatan hingga 14 km / jam.
Beberapa Amphibious Ponton M3 dapat terhubung untuk membentuk rakit atau jembatan terapung yang lebih besar. Dua atau lebih rig digabungkan dalam waktu 3 menit untuk membuat feri, yang mampu membawa tank tempur utama terberat sekalipun, seperti Leopard 2A6 dan British Challenger 2 Jerman.
Tiga Amphibious Ponton gabungan bisa membawa dua MBT. Dalam waktu 15 menit total 8 Amphibious Ponton dapat digabungkan bersamaan dan membentuk jembatan sepanjang 100 m. Ini memiliki kapasitas muatan 85 t untuk kendaraan yang dilacak dan 132 t untuk kendaraan roda.
Hadirnya Amphibious PontonM3, yang berwujud bak “mega structure” dengan bobot 28 ton. Saat melaju di darat, Amphibious Ponton M3 tak ubahnya truk berukuran raksasa, dengan panjang 12,74 meter, lebar 3,35 meter dan tinggi 3,93 meter. Sebagai platform yang sifatnya self deployable by road dengan penggerak 4×4. Saat melaju di jalan mulus, Amphibious.
Berikut video dari Youtube :
✈️ Beri Perhatian kepada New NormalKepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menggelar Entry Briefing dengan pejabat TNI AU, pimpinan Pangkotama TNI AU, dan Komandan Satuan.
Entry Briefing dilaksanakan melalui telekonferensi di Gedung Raden Suryadi Suryadarma Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (26/5).
KSAU menyampaikan bahwa di era Revolusi Industri 4.0 yang sangat dinamis ini kita harus mengedepankan cara kerja yang komunikatif, inklusif, dan kolaboratif yang muaranya adalah dukungan Sumber Daya Manusia TNI AU yang berkualitas.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, selain memiliki jiwa nasionalisme, penguasaan teknis, kepribadian yang baik, dan kualitas fisik yang tangguh, juga harus didukung kemampuan literasi.
"Saya melihat setidaknya ada dua jenis literasi yang dapat dijadikan modal berharga bagi prajurit TNI Angkatan Udara dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi yang semakin cepat, yaitu literasi baca tulis dan literasi digital," ujar Fadjar.
Selaras dengan hal tersebut, KSAU merumuskan sembilan program prioritas, khususnya terkait strategi pembinaan kemampuan dan pembangunan kekuatan TNI AU yaitu:
★ The new normal, dimana berbagai tugas tetap dapat berjalan dan dampak pandemi dapat ditekan serendah mungkin. Oleh karena itu segera rumuskan the new normal sebagai mekanisme dan prosedur kinerja yang baru.
★ Kemudian dalam bidang Perencanaan, dengan mempercepat pemenuhan Minimum Essential Force Tahap III hingga tahun 2024, dengan fokus pada pencapaian air superiority. Melalui kemampuan Network Centric Warfare dan pemenuhan alutsista dengan teknologi yang tetap relevan hingga 30 tahun kedepan.
★ Berikutnya Organisasi, yaitu dengan menyiapkan penerapan organisasi TNI AU, mengatur Prosedur Mekanisme hubungan Kerja (Prosmekhubja), dan menata organisasi yang selaras dengan kebijakan proportional growth dan right sizing.
★ Dalam bidang Intelijen, yaitu mewujudkan informasi superiority TNI AU.
★ Prioritas bidang Operasi, yaitu meningkatkan kualitas operasi TNI AU, baik Operasi Militer perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
★ Prioritas Bidang Latihan, KSAU akan menitikberatkan pada peningkatan efektivitas dan efisiensi latihan, sebagai upaya komprehensif untuk meningkatkan kemampuan personel dan kemampuan satuan, secara cepat dan tepat sasaran.
★ Bidang Sumber Daya Manusia, Marsekal Fadjar menyoroti bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan, namun pada akhirnya unsur manusialah yang menentukan keberhasilan tugas.
★ Bidang Pemeliharaan, menjamin terpeliharanya operational readiness TNI AU.
★ Dalam bidang Lambangja, menjadikan safety culture sebagai landasan utama yang sangat esensial. Dengan menempatkan safety sebagai faktor utama dalam setiap pengambilan keputusan misi operasi dan latihan.
Terkait dampak pandemi Covid-19, KSAU menjelaskan agar segera memformulasikan the new normal untuk pelaksanaan berbagai tugas TNI AU. Harapannya dengan the new normal, TNI AU tetap dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, aman, dan lancar, meskipun berada di tengah pandemi Covid-19 maupun untuk menghadapi munculnya wabah serupa di masa depan.
Oleh karena itu, guna menghadapi tatanan kehidupan baru atau the new normal, KSAU mencanangkan program 100 hari:
☆ Melaksanakan penguatan komunitas intelijen dengan sharing data guna menghadapi dampak perkembangan lingkungan strategis.
☆ Menyiapkan penerapan organisasi TNI Angkatan Udara berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2019.
☆ Membuat petunjuk referensi pelaksanaan kegiatan kedinasan TNI Angkatan Udara, yang disupervisi oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Psikologi, khususnya bidang operasi dan latihan.
☆ Menerapkan pelaksanaan kegiatan operasi dan latihan sesuai kondisi new normal.
☆ Mengoptimalkan penggunaan sistem informasi TNI Angkatan Udara (e-office) pada prosedur mekanisme hubungan kerja sehari-hari.
☆ Meningkatkan kualitas SDM guna menghadapi tantangan teknologi 4.0
☆ Menjamin kesiapan alutsista untuk mendukung program pemerintah dan tugas-tugas TNI terutama dalam mengatasi dampak Covid-19.
☆ Meningkatkan ketahanan pangan prajurit TNI Angkatan Udara dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki TNI Angkatan Udara dan melibatkan masyarakat sekitar yang terdampak Covid-19.
Marsekal Fadjar Prasetyo yang alumnus AAU 1988 kelahiran Jakarta ini tercatat menjadi Kasau ke-23, menggantikan Marsekal TNI Yuyu Sutisna. Fadjar sebelumnya menjabat Panglima Komando Wilayah Gabungan (Pangkogabwilhan) II.
Mengawali karier di Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin Makassar, tugasnya berlanjut sebagai penerbang Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.
Beberapa jabatan strategis yang pernah diemban diantaranya Danskadron udara 17, Atase Udara di Malaysia, Dirdiklat Kodiklatau, Danlanud Halim Perdananakusuma, Pangkoopsau II, Pangkoopsau I, dan Pangkogabwilhan II.
A French Arquus VAB Mk 3 fitted with the PWS Gen 2 engages a target while moving. ☆
Belgium’s John Cockerill Defense (previously CMI Defence) has confirmed that its private venture Protected Weapon Station Generation 2 (PWS Gen 2) finished trials in late 2019 and is now at Technology Readiness Level 7 (TRL 7), meaning it is an operationally demonstrated prototype.
According to Simon Haye, chief marketing officer at John Cockerill Defense, “The PWS Gen 2 has now undergone successful firing trials integrated onto a French Arquus Vehicule de l’Avant Blinde [VAB] 6×6 Mk 3 armoured personnel carrier [APC] [and] targets were successfully engaged while the platform was moving, followed by engagement of moving targets while the platform was moving.”
During these trials, the PWS Gen 2 was armed with a Northrop Grumman Armament Systems (previously ATK) 25 mm M242 dual feed cannon with a 7.62 mm machine gun (MG) mounted co-axially to the left.
Pindad Komodo 4x4 APC with CMI CPWS Gen.2 Turret
A John Cockerill Defense computerised fire control system (FCS), which includes a mast-mounted meteorological sensor, was coupled to a French SAFRAN stabilised roof-mounted panoramic sighting system with day/thermal channels and an eye-safe laser rangefinder.
The latest PWS Gen 2 was shown as a full-scale mock-up at the 2018 Eurosatory exhibition in Paris, and in late 2019 another full-scale mock-up was shown fitted to the latest Indonesian PT Pindad Komodo 4×4 APC. The system was demonstrated at the 2019 Bushmaster User Conference in the United States, installed on an Oshkosh Defense M-ATV 4×4 platform.
✈️ Pesawat F16A TS1610 TNI AU [TNI AU]
Seperti telah diberitakan beberapa waktu lalu, seiring dengan tahapan modernsasi 10 unit F-16A/B Block 15 OCU Fighting Falcon TNI AU melalui program Falcon STAR dan eMLU, jet-jet tempur tersebut juga akan dibekali sejumlah senjata canggih.
Selain rudal udara ke udara AIM-9X Block II Sidewinder dan AIM-120C-7 AMRAAM, bom pintar (smart bomb) JDAM (Joint Direct Attack Munition) pun akan menyusul.
Memang sudah waktunya “Sayap Udara Nusantara” masuk era kepemilikan munisi berpemandu presisi atau PGM (precision guided munition).
JDAM adalah munisi berpemandu presisi buatan Amerika Serikat yang memadukan keluarga bom konvensional standar AS (dan NATO) dengan kit pemandu terintegrasi inertial guidance system dan GPS (global positioning system).
Kit-kit buatan pabrikan Boeing tersebut bisa langsung dipasang pada bom-bom jenis Mk.82, Mk.83, dan Mk.84. Bom jenis Mk.82 berbobot 500 pon (225 kg), Mk.83 berbobot 1.000 pon (450 kg), dan Mk.84 berbobot 2.000 pon (900 kg). Ketiga bom standar NATO tersebut sudah lebih dulu dimiliki oleh TNI AU.
Sesudah diimbuhi kit JDAM, bom-bom itu berganti kode desainasinya menjadi GBU-38 (dari bom Mk.82), GBU-32 (dari bom Mk.83), dan GBU-31 (dari bom Mk.84).
JDAM diproduksi oleh Boeing selaku prime contractor dari program yang digawangi bersama USAF (AU AS) dan US Navy (AL AS). Bom ini mulai masuk dinas operasional tahun 1997.
Dalam berbagai pengujian hingga penggunaan awalnya di palagan Afganistan serta Irak, JDAM terbukti sangat akurat dalam perkenaan targetnya. Tingkat melesetnya atau yang dikenal dengan circular error of probability disebut-sebut sangat kecil.
Pemasangan kit JDAM pada bom konvensional tersebut juga sekaligus menjadikan daya jangkau bom lebih jauh. Jangkauan rata-rata bom JDAM berkisar 15-28 km, tergantung pada kecepatan angin, ketinggian, dan sudut pelepasan bom oleh jet tempur.
Sebenarnya tak hanya F-16A/B TNI AU hasil Falcon STAR dan eMLU yang mampu dipersenjatai JDAM. Jet-jet tempur TNI AU lainnya seperti F-16C/D, Hawk, T-50i dan Super Tucano pun bisa dipersenjatai JDAM, dengan syarat dibekali pod pemandu macam Sniper atau Litening.
Dan kalau mau melangkah lebih jauh, armada jet tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30 Flanker TNI AU juga sebenarnya bisa mengusung JDAM, kendati harus terlebih dulu menjalani serangkaian modifikasi.
Sejauh ini AU India yang sudah terbukti berhasil memadukan armada Su-30MKI dengan PGM buatan Barat (kebanyakan yang dibeli India untuk Su-30MKI adalah PGM buatan Israel). Salah satu hal terpenting adalah pemasangan interkoneksi MIL-STD-1553 databus.
Yang Hampir Terlupakan Mil MI-1, Helikopter Latih Pertama AURI [wikipedia] ★
Helikopter SM-1 merupakan salah satu jenis helikopter yang dioperasionalkan TNI AU pada era 1950-an. Prototipe awal SM-1 adalah GM-1 (Gelikopter Mil atau helikopter Mil), yang diproduksi oleh perusahaan Mikhail Mil dari Rusia.
Keberadaan pesawat helikopter di Indonesia, diawali dengan berhasilnya Wiweko Soepono menyelesaikan sekolah penerbang helikopter di Amerika tahun 1950 dengan jenis Hiller-360 yang mulai datang di Indonesia tahun 1953, dan Wiweko menjadi penerbang helikopter pertama Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diterima VIVA Militer melalui situs resmi TNI AU Minggu 25 Mei 2020, pada tahun 1950an ini ada suatu peristiwa yang menarik. Presiden RI Ir. Soekarno merupakan presiden pertama di dunia yang menggunakan helikopter sebagai pesawat kepresidenan, yang kemudian dalam perkembangan selanjutnya diikuti oleh negara-negara lainnya.
Penambahan armada helikopter menjadi skala prioritas dalam mengembangkan kekuatan AURI saat itu, yakni dengan mendatangkan berbagai jenis pesawat dari negara-negara Blok Timur. Salah satunya adalah dengan membeli helikopter jenis SM-1 dari Polandia sebanyak delapan unit dan mulai berdatangan antara tahun 1958-1959.
Kedatangan helikopter SM-1 di Indonesia, juga membawa serta seorang instruktur terbang bernama Mr. Richard Widskorsky yang mendidik dan melatih dua orang pilot TNI AU yakni Soewoto Soekendar dan Ashadi Tjahjadi untuk mengawaki SM-1.
Masa bakti SM-1 di Tanah Air tak berlangsung lama, seperti halnya pesawat terbang dan helikopter yang didatangkan dari Blok Timur lainya. Ini dikarenakan mengalami kesulitan dalam pengadaan suku cadang dan tahun 1970 seluruh SM-1 dinyatakan non operasional.
Dari delapan unit yang ada, masih tersisa sebuah SM-1 dengan tail number H-121 yang kemudian dijadikan monumen di gerbang masuk Lanud Atang Sendjaja, Bogor.
Setelah puluhan tahun menjadi monumen dan identitas Lanud Atang Sendjaya, berdasarkan instruksi Kasau Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pada bulan Agustus 2017, pesawat SM-1 di relokasi ke Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta.
Pemindahan pesawat SM-1 ini adalah sebagai benda sejarah yang perlu disimpan dan diabadikan untuk dikenang sepanjang masa. Selain itu, pesawat ini juga bisa sebagai bahan pembelajaran, baik oleh generasi penerus bangsa maupun pihak TNI AU sendiri.