Aksi Kontingen Garuda menetralkan situasi di Libanon ●
Aksi nekat prajurit TNI dari kesatuan Kontingen Garuda XXIII-M/United Nations Interim Forces in Lebanon (UNFIL) yang menghadang tank Israel di perbatasan Libanon mendapatkan sorotan dunia internasional. Sebab, keberanian prajurit TNI penjaga perdamaian dunia itu terjadi di luar batas normal, yaitu menghadang dan mengusir konvoi pasukan militer Israel yang hendak meringsek masuk ke perbatasan Libanon.
Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Mayor Jenderal TNI Victor Hasudungan Simatupang menjelaskan, insiden pengadangan tank tentara Israel itu terjadi ketika Kontingen Garuda XXIII-M/UNFIL yang bertugas di Blue Line atau Garis Biru perbatasan Israel dan Libanon mendapatkan informasi dari intelijen PBB yang menyatakan bahwa akan ada pergerakan tentara Israel ke arah Blue Line.
Mendapatkan informasi tersebut, lanjut Mayjen Simatupang, pasukan Kontingen Garuda UNFIL yang bertugas sebanyak 1 kompi itu melakukan patroli perbatasan dengan menggunakan Anoa PBB.
"Sekitar pukul 13.00 waktu setempat kita melihat pergerakan tentara Israel itu menerobos Blue Line Libanon. Dan di sana juga ada tentara Libanon yang siap melakukan pertikaian atau perlawanan," kata Mayjen Victor Hasudungan Simatupang, Jum'at, 19 Juni 2020.
Lebih jauh ia kisahkan, proses pengadangan tentara Israel dan tentara Libanon di sekitar Blue Line itu dilakukan karena wilayah Blue Line adalah wilayah netral. Di wilayah itu, lanjut Victor, tidak boleh ada satu ledakan yang terjadi, apa lagi kalau dua pasukan militer antar negara itu melangsungkan peperangan.
Ia menceritakan, proses pengadangan tank tempur Israel dan tentara Libanon itu berlangsung sekitar tiga jam. Menurut Victor, 23 personel TNI dari yang berasal dari Kontingen Garuda dibawah pimpinan Danki Alfa, Mayor Inf Handi Wibowo telah berhasil meminta pasukan Israel dan pasukan Libanon untuk keluar dari wilayah pertikaian.
"Setelah tentara kita kibarkan bendera PBB yang untuk menyatakan bahwa ini adalah wilayah neteral, tidak boleh ada satu ledakan pun di wilayah itu, dan kita usir Lebanon dan Israel supaya jangan bertikai. itu terjadi sampai jam 4 sorean," katanya.
"Dan apa yang kita lakukan itu semuanya sudah sesuai dengan Standar Operation Prosedur (SOP) yang dikeluarkan oleh PBB," tambahnya.
Jadi Sorotan Dunia
Nyali prajurit Tentara Nasional Indonesia benar-benar patut diacungi dua jempol. Bagaimana tidak, para prajurit TNI baru saja jadi sorotan dunia karena dengan gagah berani menggagalkan perang.
Peristiwa itu terjadi belum lama ini di area Blue Line alias garis biru perbatasan negara Lebanon dengan Israel, dikutip VIVA Militer dari Lebanese Army, Jumat 19 Juni 2020.
Prajurit TNI bernyali besar tersebut merupakan personel Kontingen Garuda XXIII-M/United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL).
Kejadian bermula saat prajurit TNI yang ditugaskan PBB mendapati tentara Israel dan Lebanon telah siap dalam posisi tempur.
Saat itu tentara Israel menggunakan tank Merkava dan telah menerobos pagar kawat perbatasan kedua negara. Sedangkan tentara Lebanon sudah siap dengan RPG dan senjata berat untuk menggempur pasukan dari negeri Yahudi itu.
Situasi benar-benar mencekam dan pertempuran sudah di ujung tanduk bakal terjadi di area garis biru itu.
Namun, dengan gagah berani sejumlah prajurit TNI berjaga tepat di tengah-tengah area garis biru. Yang lebih hebatnya lagi, tanpa kenal takut, prajurit TNI menghadang tank Israel dari area itu dan memaksa mereka untuk kembali ke wilayah negaranya.
Dengan tenangnya prajurit TNI berdiri membentuk barisan pagar betis dan mengibarkan bendara PBB sembari memberikan isyarat pada tentara Israel untuk balik arah.
Yang tak kalah membanggakan, prajurit TNI tetap memerintahkan tank Israel untuk mundur meskipun moncong meriam tank mengarah ke prajurit TNI.
Sementara di saat bersamaan, sejumlah tentara Lebanon masih berdiri dalam formasi siap tempur dengan senjata terhunus di sisi berlawanan dari tank Israel.
Akhirnya tank Israel berhasil dipaksa balik arah dan kembali ke wilayah negaranya dan tentara Lebanon berhasil di dorong keluar dari area Blue Line.
Untuk diketahui, prajurit TNI memang ditugas PBB untuk mengawasi area perbatasan Israel dan Lebanon. Area Blue Line sendiri merupakan demarkasi perbatasan geopolitik yang telah ditetapkan PBB sejak tahun 2000.
Video dari Youtube :
4 kapal perang yang disiagakan TNI Ilustrasi KRI patroli di Natuna [TNI AL]
Tentara Nasional Indonesia bersiaga penuh di Perairan Natuna, hal ini dilakukan terkait mulai memanasnya tensi konflik di Laut China Selatan.
Kesiagaan penuh TNI terlihat dengan pengerahan sejumlah kapal perang. Sejauh ini sudah 4 kapal perang yang disiagakan TNI, mulai dari KRI KRI Bung Tomo 375, KRI Yos Sudarso 353, KRI Wiratno 379 dan KRI Bontang 907.
"Saat ini situasi meningkatnya tensi di Laut China Selatan ditandai dengan hadirnya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang berkepentingan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara kawasan," kata Panglima Komando Armada I Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono, Jumat 19 Juni 2020.
Menurut Pangkoarmada I, apa yang terjadi di Laut China Selatan berpotensi bergeser hingga ke selatan dan memasuki perairan Indonesia di Laut Natuna. Untuk mengantisipasi hal tersebut Koarmada I di Natuna meningkatkan patroli dengan KRI.
"Kepada seluruh prajurit yang sedang di daerah operasi supaya tetap meningkatkan profesionalisme dan jaga kesehatan. Prajurit Koarmada I tidak boleh salah bertindak, karena dampaknya mempengaruhi hubungan antar negara. Oleh karena itu seluruh prajurit wajib meningkatkan profesionalisme dan pengetahuannya," ucap Ahmad.
Untuk diketahui, Laut China Selatan memanas setelah terjadi pengerahan kapal perang secara besar-besaran yang dilakukan Amerika dan Australia.
Amerika mengklaim hal itu dilakukan untuk mengantisipasi gangguan keamanan di sekitar kilang Petronas terkait kemunculan kapal survei milik China di wilayah sengketa itu.
Australia Kirim 6 Kapal Perang Bantu AS
Kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN), HMAS Stuart
Enam kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN) dikerahkan ke Samudera Pasifik jelang latihan gabungan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Misi lain keenam kapal ini tak lain adalah untuk menandingi kampanye militer Tentara Pembebasan Rakyat China di Laut China Selatan.
Menurut laporan Daily Mail yang dikutip VIVA Militer, Angkatan Laut Australia mengirim HMAS Anzac, HMAS Arunta, HMAS Ballarat, HMAS Canberra, HMAS Hobart, dan HMAS Stuart.
Rencananya, latihan gabungan dengan dengan Angkatan Laut AS akan digelar pada Agustus 2020. Latihan gabungan ini disebut sebagai latihan terbesar armada tempur maritim terbesar internasional. Seluruh armada laut baik Australia maupun AS akan memulai latihan gabungan dari Pangkalan Militer AS di Honolulu, Hawaii.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, angkat bicara terkait pengerahan enam kapal perang dan latihan gabungan dengan AS di Pasifik.
Kapal perang Angkatan Laut Australia (RAN), HMAS Canberra
Terkait ketegangan dengan China, Morrison mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu takkan terkejut dengan latihan gabungan ini. Pasalnya, latihan gabungan armada laut Australia dengan AS adalah rutinitas yang sudah biasa dilakukan.
"Ini adalah kegiatan rutin kerjasama dan latihan yang biasa kami lakukan. Tidak ada yang luar biasa dalam hal itu. Saya tidak berpikir (latihan gabungan) itu membuat semua orang yang melihatnya akan terkejut," ujar Morrison.
Seperti yang diketahui, armada militer China kerap menunjukkan taringnya di wilayah Laut China Selatan. Pengerahan dua kapal induk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN), Liaoning (16) dan Shandong (17), membuat AS dan Australia meradang.
Apalagi, China terbukti menggunakan kekuatan militernya untuk mengancam sejumlah negara di kawasan Indo-Pasifik.
Sejumlah insiden mulai dari penenggelaman kapal ikan berbendera vietnam, ancaman kapal perang China terhadap kapal perang Filipina, hingga klaim atas dua wilayah di Laut China Selatan, didalangi oleh China sejak awal tahun ini.
Para Prajurit TNI AL Jalani Latihan Jamming
Sebanyak 33 peserta yang terdiri dari perwira pertama, bintara dan tamtama mengikuti latihan keterampilan Electronic Counter Measure (ECM) Radar TW III TA 2020 yang sudah berlangsung selama tiga hari.
Dilansir situs TNI AL Kamis 18 Juni 2020, para peserta berkesempatan mengikuti latihan praktik di KRI Diponegoro (DPN-365) dan KRI R.E Martadinata (REM-331) yang sedang sandar di Dermaga Madura Timur Koarmada II.
Dalam mengikuti latihan keterampilan, para peserta menerima materi Counter Meassure Library (CML) yaitu materi mengenai pengisian bahasa program yang digunakan untuk mengacaukan sistem radar kapal musuh.
Kegiatan latihan dibuat seolah-olah kapal pengacau (jamming) berhasil masuk ke dalam sistem radar kapal dan mengacaukan sinyal radar. Maka kondisi ini sangat merugikan dan tentunya sangat berbahaya jika radar sebuah kapal perang berhasil dikuasai oleh jamming.
Sehingga kegiatan latihan seperti ini dinilai sangat penting bagi setiap peserta latihan untuk mengetahui teknik mengacaukan (jamming) radar maupun melawannya apabila radar kita yang dikacaukan musuh.
“Dengan latihan ini para peserta bisa mengetahui bagaimana menguasai kemampuan ECM Radar. Sehingga dapat mengaplikasikannya di lapangan dalam rangka mewujudkan TNI AL yang berkelas dunia," kata Kadiskomlek Koarmada II Kolonel Laut (E) Ady Sucipto.
Ditangkap Saat Bentrokan detik detik bentrokan [istimewa]
China membebaskan 10 tentara India yang ditangkap saat bentrokan di perbatasan Himalaya. Sebanyak 20 tentara India dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Pembebasan ini dilakukan setelah kedua pihak melakukan pembicaraan guna meredakan ketegangan akibat bentrokan pada Senin malam lalu.
Kantor berita Press Trust of India melaporkan 10 tentara itu dibebaskan pada Kamis malam.
Pemerintah India tidak memberikan komentar terkait pembebasan ini. Namun militer India telah mengonfirmasi. "Tidak ada lagi pasukan India yang hilang dalam aksi."
Surat kabar Hindu itu mengatakan kesepakatan pembebasan dicapai pada pembicaraan tingkat umum utama antara tentara India dan Tentara Pembebasan Rakyat China.
Tentara China dan India terlibat bentrokan di Lembah Galwan di daerah Aksai Chin-Ladakh yang disengketakan.
Dikutip dari AFP, pasukan dari kedua belah pihak terlibat pertempuran dengan tongkat paku dan saling melempar batu.
Militer India mengatakan 18 tentara masih dirawat karena luka parah. Sementara China hingga kini belum memberikan jumlah pasti korban dari pihak tentara mereka.
Ketegangan antara militer kedua negara memanas setelah India menyebut pasukan China melakukan pergerakan yang cukup signifikan di perbatasan dekat Himalaya.
Wilayah itu selama ini masih menjadi sengketa antara kedua negara.
Beberapa pekan lalu, Menteri Pertahanan India Rajnath Sigh mengatakan "sebagian besar" pasukan China telah bergerak ke Garis Kontrol Aktual (LAC) antara India dan China di wilayah itu.
Di wilayah dekat Himalaya, India dan China berbagi wilayah perbatasan darat terpanjang di dunia. Pada 1962, kedua negara terlibat perang di perbatasan Himalaya karena saling mengklaim wilayah.
Lihat juga: PM India Singgung Integritas Negara usai Bentrok dengan China
Pada 1993, setelah negosiasi panjang dan alot, Beijing serta New Delhi menandatangani kesepakatan tentang sengketa perbatasan itu.
Meski begitu, ketegangan terus terjadi antara kedua negara di area perbatasan. Beberapa konflik juga sempat pecah secara sporadis di sana.
Mei lalu, bentrokan militer China-India di perbatasan mengakibatkan cedera ringan bagi para pasukan kedua negara. Namun China dan India tidak secara terbuka mengakui ada insiden luar biasa yang terjadi di perbatasan mereka.
Bentrokan besar antara militer India-China terakhir kali memuncak pada 2017, ketika pasukan kedua negara berkumpul di sekitar dataran tinggi Doklam yang menjadi rebutan Beijing-New Delhi.
(dea)
Terlihat dari Foto Satelit
Bentrokan antara tentara China dan pasukan India di perbatasan Lembah Galwan dekat Himalaya pada awal pekan ini tertangkap oleh foto satelit.
Bentrokan yang menewaskan 20 tentara India dan China itu terjadi di titik patroli 14 sekitar pukul 19.00 waktu lokal. Titik panas itu terletak hanya beberapa kilometer dari Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control/LAC) yang merupakan perbatasan de facto kedua negara.
Sejumlah foto satelit yang diambil sekitar 24 jam setelah bentrokan memperlihatkan bahwa militer kedua negara masih bersiaga di perbatasan.
Dilansir Hindustan Times, foto satelit menunjukkan bahwa China mengerahkan angkatan bersenjata secara masif di sisi perbatasan dekat LAC.
Tentara China seharusnya menarik diri dari area itu menyusul rencana de-eskalasi yang disepakati Beijing dan New Delhi pada 6 Juni lalu.
"Tetapi tentara India menemukan bahwa tentara China melanggar kesepakatan itu dengan tidak menarik diri (dari wilayah itu) di mana tenda-tenda dan pos observasi mereka masih berada di wilayah itu," ujar seorang pejabat senior India yang mengetahui perkembangan insiden itu pada Rabu (17/6).
Menurut rencana tersebut, China seharusnya menarik mundur pasukannya sekitar lima kilometer dari timur Lembah Galwan. Pasukan Tiongkok dikabarkan sempat mundur dari lokasi itu namun kembali lagi untuk menetap.
Sebanyak lebih dari 250 personel China menempati lokasi tersebut ketika bentrokan terjadi. Sementara itu, sebanyak lebih dari 50 pasukan India yang mendekati pos tentara China di lokasi tersebut di hari H pertikaian terjadi.
Menurut seorang mantan analis citra satelit pemerintah AS, Chris Biggers, pengerahan militer ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Saya belum pernah melihat apa pun, di luar latihan militer, mobilisasi angkatan bersenjata semacam ini khususnya antara India-China," kata Bigger.
Bentrokan di perbatasan Himalaya bermula ketika China menyebut tiga tentara India melewati perbatasan di Lembah Galwan, daerah Aksai-Chin-Ladakh yang disengketakan kedua negara pada awal pekan ini.
China menyebut bahwa tentara India melintasi area perbatasan hingga dua kali pada Senin (15/6). Beijing menuturkan tentara India melakukan provokasi dan menyerang tentara China hingga mengakibatkan bentrokan fisik yang tidak terhindarkan antara pasukan di daerah perbatasan.
Sementara itu, India mengklaim 20 tentaranya tewas dalam bentrokan selama dua hari itu. Pada hari pertama saat bentrokan terjadi, India melaporkan tiga tentaranya tewas. Namun sehari kemudian, jumlah tentara yang tewas bertambah 17.
China-India akhirnya melakukan pembicaraan dan sepakat meredakan ketegangan sesegera mungkin dengan menempuh jalan yang adil bagi kedua pihak dalam menyelesaikan perbedaan.
Sengketa di perbatasan antara China dan India ini memang rumit dan berkepanjangan. Kedua negara saling klaim kendali atas perbatasan tersebut sejak medio 1960-an.
Awalnya, kedua negara sempat terlibat perang singkat pada 1962. Kala itu, China mengambil alih wilayah perbatasan tersebut dari India.
Sejak saat itu, ketegangan tak pernah hilang dari perbatasan. Namun, bentrokan besar hingga peluru ditembakkan terakhir kali terjadi pada 1975.
Bentrokan awal pekan ini pun menjadi pertama yang paling mematikan antara angkatan kedua negara di perbatasan sejak 1975. (rds/dea)
KAI KUH-1E Surion. [Chen Chuanren]
Korea Aerospace Industries Co. (KAI), South Korea’s sole aircraft manufacturer, aims to export the first Korean-made helicopter to Indonesia, a company executive said Wednesday.
KAI has exported 16 T-50 advanced trainer jets and 20 KT-1 basic trainer jets to Indonesia in total. It has not achieved any deal from overseas to export a Korean-made helicopter.
“We are stepping up efforts to sign a deal to export the Surion (KUH-1) transport utility helicopter to Indonesia. We see many business opportunities in Indonesia as it was the first country that purchased the KT-1 and the T-50 planes,” KAI Vice President and General Manager Lee Bong-keun told reporters on the sidelines of a promotional event held in Sacheon, 440 kilometers south of Seoul.
KAI is also targeting winning additional deals in Malaysia, Columbia and Peru as they have shown much interest in its aircraft products, Lee said.
“Malaysia is planning to approve a five-year economic development plan, which includes a large-scale aircraft purchase program, in October, though the approval is likely to be affected by the new coronavirus outbreak,” he said.
Earlier in the day, KAI signed an agreement with the South Gyeongsang provincial government and the Human Resources Development Service of Korea (HRDK) to help Korean companies hire foreigners from the 16 countries under the HRDK’s employment permit system (EPS), KAI said in a statement.
Under the EPS system, workers from the 16 nations that have purchased Korean-made aircraft will be given equal treatment in terms of wages and other benefits at Korean companies, the statement said.
The 16 countries include China, Indonesia, Thailand, Vietnam, Mongolia, Bangladesh, Pakistan, Cambodia, Laos and the Philippines.
Ambassadors and officials from the 16 countries attended the promotional event held at KAI’s headquarters here. KAI focused on promoting the Surion helicopter.
Asked if Indonesia has an interest in purchasing the Surion helicopter, Puji Basuki, first secretary of the Indonesian Embassy in Korea, said his country will see if it can use the helicopter either for the military or a public purpose after receiving a proposal from Korea.
Lindungi Keamanan Laut Contoh Traffic Separation Schemes (TSS) atau Bagan Pemisahan Alur Laut (lalulintas) di Selat Sunda [cucungdatuk]
Pertama kali dalam sejarah. Perairan Indonesia bulan Juli 2020 mendatang akan mengaktivasi sistem navigasi TSS (Traffic Separation Schemes) atau Bagan Pemisahan Alur Laut (lalulintas) di Selat Sunda dan Selat Lombok. Penggunaan TSS di dua pintu masuk alur pelayaran Internasional itu diyakini dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayaran di pintu masuk perairan Indonesia, khususnya di alur sempit Selat Sunda dan Selat Lombok.
Komando Armada (Koarmada I) sebagai jajaran TNI AL yang bertanggung jawab dalam memonitoring di Selat Sunda yang meliputi dua pangkalan yaitu Lanal Lampung dan Lanal Banten menyambut baik rencana penerapan sistem navigasi TSS tersebut. Siang tadi, dengan menggunakan Kapal Cepat KRI Lemadang-632, Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Banten melakukan sosialisasi rencana penerapan TSS melalui radio panggil KRI kepada puluhan kapal yang melintas di perairan Selat Sunda.
Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Banten, Kolonel Laut (P) Golkariansyah menjelaskan, penerapan TSS di Selat Sunda akan berfungsi dalam pengaturan pergerakan kapal di sekitar alur masuk Selat Sunda. Menurut Danlanal Banten, Selat Sunda adalah salah satu alur pelayaran yang padat. Karena selain Selat Sunda merupakan alur yang dilintasi dengan kapal yang melayani jasa penumpang atau penyeberangan dari Pelabuhan Merak - Bakaheuni, Selat Sunda juga merupakan salah satu pintu masuk alur internasional, serta jalur kapal-kapal kargo atau barang logistik yang ingin berlabuh ke kawasan industri di sekitar Banten.
Traffic Separation Schemes (TSS) di Selat Sunda [Kemenhub]
"Untuk diketahui, setiap tahunnya ada sekitar 53.000 kapal yang melintas di Selat Sunda ini. Sehingga ini perlu dilakukan agar jangan sampai kecelakaan di laut," kata Kolonel Laut (P) Golkariansyah di atas Kapal Cepat KRI Lemadang 632 ketika melakukan sosialisasi penerapan system TSS kepada kapal-kapal yang melintas di Selat Sunda, Banten, Selasa, 16 Juni 2020.
Selain berfungsi untuk meminimalisir jumlah kecelakaan laut di Selat Sunda, lanjutnya, TSS juga sangat mendukung sistem keamanan laut Indonesia. Menurutnya, sebagai perlintasan atau alur internasional, tidak sedikit kapal berbendera asing yang melintas masuk ke sekitar Selat Sunda.
Dengan penerapan TSS nanti, seluruh kapal-kapal baik yang melayani jasa penyeberangan penumpang, kapal kargo atau kapal logistik milik perusahaan dalam negeri, kapal berbendera asing, bahkan kapal militer negara asing pun akan mudah terdeteksi dengan sistem navigasi TSS tersebut.
Traffic Separation Schemes (TSS) di Selat Lombok [Kemenhub]
"Dan untuk menyangkut teknis keamanannya sendiri ini melibatkan banyak instansi. Ada TNI Angkatan Laut di bawah komando Koarmada I, Polairud, Basarnas juga dilibatkan untuk mengantisipasi kecelakaan di laut, dan juga Departemen Perhubungan," paparnya.
Panglima Koarmada I Laksda TNI Ahmadi Heri Purwono sebelumnya juga sudah mulai melakukan sosialisasi tentang kesiapan pemberlakuan TSS (Traffic Separation Schemes) di Selat Sunda. Pada hari Kamis, 11 Juni 2020 lalu, Pangkoarmada I Laksda TNI Ahmadi Heri secara langsung menaiki KRI Usman Harun-359 di Perairan Banten, Selat Sunda.
Di atas KRI Usman Harun-359 Pangkoarmada I mengatakan, seluruh jajaran TNI Angkatan Laut mempunyai kewajiban untuk membantu pemerintah mensukseskan penerapan sistem TSS tersebut. "Karena ini sesuai dengan amanah isi Undang-undang 34 tahun 2004 tentang TNI, yang di dalam bab penjelasannya pada pasal 9b, secara garis besar menyebutkan Tugas Angkatan Laut menjalankan fungsi penegakan hukum dan dan menjaga keamanan di laut, salah satunya terbebas laut dari ancaman navigasi dan tindakan-tindakan lainnya," kata Laksda TNI Ahmadi Heri Purwono.
Dengan spesfikasi tersebut, kapal ini akan mampu mendukung tugas kami khususnya bila ada kejadian 'urgent' yang membutuhkan penanganan cepat. Mulai hari ini resmi dapat digunakanPenyambutan KAL Rajegwesi II-5-40 di Lanal Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (18/6/2020) ●
Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis menyambut kedatangan armada baru, yakni Kapal Angkatan Laut (KAL) Rajegwesi untuk memperkuat operasi keamanan laut di wilayah perairan Probolinggo, Jember hingga Banyuwangi.
Prosesi penyambutan kapal yang mampu melaju hingga kecepatan 28 knot dan dilengkapi persenjataan tersebut disaksikan oleh Bupati Abdullah Azwar Anas bersama Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi Letkol Laut (P) Joko Setiyono dan juga dihadiri Kapolresta Kombes Pol Arman Asmara Syarifuddin dan Komandan Kodim 0825 Letkol (Inf) Yuli Eko Purwanto.
"Kami bersyukur pimpinan Angkatan Laut mempercayakan tambahan alutsista berupa KAL Rajegwesi ini ke Lanal Banyuwangi. Dengan adanya KAL Rajegwesi ini akan mendukung Lanal Banyuwangi dalam bertugas mengamankan wilayah laut yang menjadi teritorial kami, yakni mulai Probolinggo, Jember hingga perairan Banyuwangi," ujar Komandan Lanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Joko Setiyono.
Menurut dia, sebagai institusi yang bertugas dalam pertahanan negara, TNI Angkatan Laut memerlukan alat utama sistem persenjataan atau alutsista yang mumpuni untuk menegakkan kedaulatan dan hukum di laut.
Letkol Joko mengemukakan bahwa KAL Rajegwesi memiliki spesifikasi panjang 28,98 meter, lebar 6,2 meter, dengan berat 90 ton. Kapal Angkatan Laut Rajegwesi memiliki kecepatan maksimal 28 knot, kecepatan jelajah 18 knot yang dilengkapi persenjataan senapan mesin berat dengan kaliber 20 MM dan 12,7 MM.
"Dengan spesfikasi tersebut, kapal ini akan mampu mendukung tugas kami khususnya bila ada kejadian urgent yang membutuhkan penanganan cepat. Mulai hari ini resmi dapat digunakan," ucapnya.
Kata Letkol Joko, Rajegwesi diambil dari nama salah satu pantai yang ada di pesisir selatan kawasan Banyuwangi, dan merupakan salah satu lokasi kekuatan pertahanan laut tentara Jepang di masa penjajahan.
Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan pemkab turut bangga dengan hadirnya KAL Rajegwesi yang menjadi armada baru di Lanal Banyuwangi. Anas berharap armada baru ini akan menambah kekuatan dan kesiapan Lanal dalam mengantisipasi keamanan di perairan laut Banyuwangi.
"Tentunya kami turut gembira dengan adanya KAL Rajegwesi ini. Semoga kapal ini dapat menjalankan fungsinya guna mendukung keamanan daerah dengan optimal," tuturnya.
From Brazil Unloading of an Avibras Astros II Mk 6 MLRS in the Indonesian port of Tanjung Priok, Jakarta, on June 12, 2020 [Picture source: Defense Studies] ●
As reported by Defense Studies, the Hong Kong-flagged MV Tian Fu cargo ship sailed from Santos, Brazil, to Tanjung Priok port in Jakarta where, on June 12, it delivered 27 Astros II Mk 6 rocket launchers with ammunition for the Indonesian Army.
The Astros II Mk 6 rocket launchers made by Avibras Brazil will be operated by the Army Strategic Reserve Command. In 2012, Indonesia ordered 36 MLRS Astros II which had all been received and consequently used by two artillery battalions in the Kostrad Division 1 and 2.
In 2018, the 3rd Division of the Kostrad Army was formed. This Kostrad Army had a number of battalions deployed in Sulawesi and Papua New Guinea. Every Kostrad force is equipped with an MLRS battalion. Hence, it is likely that the newly-delivered MLRS will also be used there. Another possibility is that they would fill the gap in Divisions 1 and 2 of Kostrad because several Astros MLRS units have been sent to Natuna Island.
Since the tension in the North Natuna Sea has risen, the Indonesian Army moved 14 units of Astros II MLRS to Natuna. The assignment was at the same time the move of Astros to the 1st Composite Battalion / Gardapati Kodam I Bukit Barisan which oversees the regions of North Sumatra, West Sumatra, Riau and the Riau Islands.
ASTROS II (Artillery Saturation Rocket System) is a self-propelled multiple rocket launcher produced in Brazil by the Avibras company. It features a modular design and employs rockets with calibers ranging from 127 mm to 450 mm ( 5-17.72 inches). It was developed on the basis of a Tectran VBT-2028 6×6 all-terrain vehicle for enhanced mobility.
In 2014 a first improved ASTROS II Mk.6 was delivered. This system is also referred as ASTROS-2020. The launcher vehicle is capable of firing new AV-TM 300 cruise missiles with a range of 300 km and AV-SS-G40 guided rockets.
Meminimalisir bentrokan antar wargaSatgas TNI Konga XXXIX-B Buat Milisi Serahkan Senjata Api ●
Satuan Tugas TNI Konga XXXIX-B RDB/MONUSCO di bawah pimpinan Kolonel Inf. Daniel Lumbanraja berhasil membuat delapan anggota dari Milisi Malaika Group bertobat dan menyerahkan senjatanya.
Daerah tertinggal seperti Desa Lukengwe, Kongo memang kerap kali sering terjadi bentrok antar warganya. Karena itu penyerahan senjata api ini sangat berarti bagi prajurit Satgas TNI Konga. Mereka bisa meminimalisir bentrokan yang sering terjadi, sehingga tidak ada lagi korban jiwa.
Menurut Kolonel Daniel, pasukannya memiliki cara khusus untuk biasa membuat milisi bersenjata itu sadar diri dan bertobat.
“Kita melakukan pendekatan dengan persuasif. Sehingga mereka (Milisi Malaika Group) mau menyerahkan 8 senjata api,” kata Kolonel Daniel Lumbanraja yang dilansir dari Instagram Puspen TNI Rabu 17 Juni 2020.
Selain delapan pucuk senjata api jenis AK-47, para milisi juga turut menyerahkan delapan buah magazine. Penyerahan senjata ini berlangsung di Desa Lukengwe, Republik Demokratik Kongo.
Selanjutnya delapan pucuk senjata jenis AK-47 dan delapan magazine diserah terimakan kepada staf Disarmament Demobilization Repatriation Reintegration and Resettelement (DDR/RR) untuk diproses sesuai dengan ketentuan United Nation (UN).
“Keberhasilan yang kita raih saat ini tidak lepas dari usaha dan kerja keras para prajurit. Prajurit Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB/MONUSCO selalu bersemangat dalam menjalankan setiap tugas,” ujar Dansatgas.
Para prajurit Satgas TNI Konga XXXIX-B RDB/MONUSCO melakukan berbagai kegiatan seperti Long Range Patrol (LRP) dalam rangka Protection Civillian dan kegiatan Civil Military Coordination (CIMIC) secara terencana dan sistematis yang dilakukan di poros Desa Lukengwe.
Bentrok Lawan India Bentrokan fisik pecah antara tentara China dan India di batas kedua negara di wilayah Ladakh [istimewa] ★
Informasi Pertahanan India (IDU) melaporkan, menurut informasi Intelijen Amerika Serikat (AS), jumlah Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang tewas akibat bentrokan berdarah dengan Angkatan Bersenjata India (BSS) di sepanjang perbatasan Lembah Galwan pada hari Selasa malam kemarin mencapai 35 personil. Sementara, empat personil PLA lainnya saat ini dalam keadaan kritis.
Hal itu disampaikan oleh sebuah akun twitter pertahanan India, (IDU) Indian Defense Updates melalui akun @defentalerts dengan mencantumkan gambar pemberitaan dari sebuah televisi nasional India.
"Intelijen AS melaporkan 35 tentara PLA terbunuh dalam perkelahian baru-baru ini dengan militer India di Lembah Galwan. 4 tentara China lainnya masih dalam kondisi kritis, Ladakh," dikutip VIVA Militer dari akun twitter Update Pertahanan India, Rabu, 17 Juni 2020.
Namun, jumlah tentara China yang tewas itu masih belum dapat dipastikan kebenarannya. Sebab, hingga saat ini belum ada keterangan resmi yang disampaikan oleh pemerintah China terkait dengan jumlah korban jiwa yang tewas akibat bentrokan berdarah di wilayah perbatasan antar dua negara yang bertikai itu.
Dikutip dari China Global Television Network (CGTN), Juru bicara Komando Teater Barat dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), Zhang Shuili sebelumnya membenarkan bahwa insiden berdarah di perbatasan Lembah Galwan itu telah menyebabkan jatuhnya korban dari pihak tentara PLA. Hanya saja, Shuili tidak menjelaskan secara rinci berapa jumlah korban jiwa yang tewas akibat bentrokan maut itu.
Sejauh ini, dari informasi yang dihimpun oleh VIVA Militer, Tentara India telah mengkonfirmasi bahwa mereka telah kehilangan 20 tentara selama pertempuran singkat dengan militer China kemarin malam. Salah satu korban tewas adalah seorang perwira menengah Angkatan Bersenjata India (BSS), yaitu Kolonel Bikkamalla Santosh Babu.
Sekarat 17 Prajurit India Tewas Kedinginan
Angkatan Darat militer India menyatakan 20 prajurit mereka tewas dalam bentrokan maut dengan tentara China di Lembah Galwan, Ladakh.
Dari 20 itu, seorang di antaranya adalah perwira menengah Angkatan Darat berpangkat kolonel.
Menurut laporan Angkatan Darat India, awalnya dilaporkan hanya ada 3 tentara yang tewas di lokasi bentrokan. Namun jumlah melonjak menjadi 20 tentara setelah 17 tentara lainnya yang sekarat meregang nyawa akibat diterpa suhu dingin di lokasi bentrokan.
"17 tentara India yang terluka kritis di garis tugas di lokasi kebuntuan dan terkena suhu di bawah nol di dataran tinggi telah menyerah pada cedera mereka. Ini membuat jumlah total dari mereka yang tewas dalam aksi menjadi 20," tulis Angkatan Darat India dikutip VIVA Militer dari The Indian Express, Rabu 17 Juni 2020.
20 Tentara India Tewas Keributan yang merengut personil keamanan India di LAC [oxibuzz] ★
India mengklaim 20 tentara mereka tewas dalam bentrokan dengan pasukan China pada Senin (15/6) di wilayah perbatasan Himalaya yang menjadi sengketa.
Melalui pernyataan pada Selasa (16/6), tentara India menjabarkan bahwa jumlah personel yang tewas tersebut merupakan akumulasi dari data selama dua hari.
Pada hari pertama saat bentrokan terjadi, India melaporkan tiga tentaranya tewas. Namun sehari kemudian, jumlah tentara yang tewas bertambah 17.
"[Ada 17 orang] yang terluka kritis saat bertugas di lokasi bentrokan, dan berada di daerah dengan suhu di bawah nol di dataran tinggi memperparah luka mereka, sehingga total yang tewas mencapai 20," demikian pernyataan tentara India yang dikutip AFP.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan bahwa bentrokan ini terjadi setelah tentara India melintasi perbatasan hingga dua kali.
Menurut Zhao, tentara India itu kemudian melakukan provokasi dan menyerang tentara China. Bentrokan fisik antara pasukan kedua negara di perbatasan itu pun tak terhindarkan.
"Kami sekali lagi dengan sungguh-sungguh meminta agar India mengambil sikap yang relevan dan menahan pasukannya di garis depan," ujar Zhao.
Ia kemudian berkata, "Jangan melintasi perbatasan. Jangan memprovokasi masalah. Jangan mengambil tindakan sepihak yang akan memperumit situasi di perbatasan."
Sengketa di perbatasan antara China dan India ini memang rumit dan berkepanjangan. Kedua negara saling klaim kendali atas perbatasan tersebut sejak medio 1960-an.
Awalnya, kedua negara sempat terlibat perang singkat pada 1962. Kala itu, China mengambil alih wilayah perbatasan tersebut dari India.
Sejak saat itu, ketegangan tak pernah hilang dari perbatasan. Namun, bentrokan besar hingga peluru ditembakkan terakhir kali terjadi pada 1975.
Dalam beberapa tahun belakangan, Perdana Menteri India, Narendra Modi, dan Presiden China, Xi Jinping, sudah melakukan pertemuan untuk meredakan ketegangan.
Bentrokan kali ini pun dianggap dapat merusak momentum perundingan damai di perbatasan antara kedua negara. (has)