Minggu, 10 Januari 2021

BPPT Kerahkan Kapal Riset Baruna Jaya IV

Permintaan KNKT Mencari Pesawat Sriwijaya Air Kapal Riset Baruna Jaya IV yang bersandar di Pelindo IV Makassar (barunajaya.bppt.go.id, 2016)

Berbagai instansi pemerintah dikerahkan untuk membantu pencarian Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182, yang diperkirakan jatuh di sekitar perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang, Sabtu (9/1).

Dalam laman sosial media BPPT, tampak instansi tersebut menanggapi permintaan KNKT.

Dikutip dari cuitan BPPT @BPPT_RI "menanggapi permintaan @KNKT_RI terkait pencarian dan penyelamatan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Pulau Laki-Pulau Lancang, saat ini Kapal Riset Baruna Jaya IV BPPT sedang melakukan persiapan teknis di pelabuhan Muara Baru".

"Berbagai peralatan side scan sonar untuk pencarian pesawat, seperti SSS, Maggy, ADP dan Pinger Locator tengah disiapkan tim teknis Kapal Riset Baruna Jaya IV," tulis BPPT di laman media sosial. (Della)

 Kapal Riset Berteknologi Canggih 
Kapal Baruna Jaya IV memiliki perangkat teknologi canggih sinyal sonar yang mampu mendeteksi objek hingga 2.500 meter di bawah permukaan laut. (dok. NOAA)

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengerahkan kapal Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mencari pesawat Sriwijaya SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta pada Sabtu (9/1).

Kapal ini terbilang istimewa, karena sejatinya buatan PT PAL Indonesia ini adalah kapal untuk kegiatan riset yang dibekali perangkat teknologi canggih sinyal sonar.

Teknologi sinyal sonar yang ada pada kapal ini mampu mendeteksi bentuk atau objek di permukaan laut sedalam 2.500 meter.

BPPT juga akan membawa alat sensor sonar portabel yang mendeteksi di kedalaman 250 meter, menurut situs resmi Baruna Jaya BPPT.

Sinyal sonar dapat dikirim dengan mengandalkan gelombang suara bawah air. Sinyal pantulan sonar akan diterima kembali oleh pusat kontrol di kapal untuk mengukur jarak, lalu mengonversi menjadi objek visual.

Kapal Baruna Jaya IV memiliki kemampuan membaca sinyal yang ada dalam dua jenis black box pesawat, yaitu voice data recorder (VDR) dan flight data recorder (FDR).

Baruna Jaya sejatinya adalah kapal untuk kegiatan riset batimetri atau pemetaan permukaan laut. Ia juga biasa dimanfaatkan untuk melacak harta karun.

Menurut catatan, Baruna Jaya terlibat dalam pencarian pesawat Boeing 737 Adam Air penerbangan 574 di Sulawesi Tenggara pada 2007, pencarian kapal feri Bahuga Jaya di Selat Sunda pada 2012, dan pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996.

Selain itu, kapal ini juga sempat dikerahkan untuk mencari pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 yang hilang pada 28 Desember 2014.

Saat itu, kapal Baruna Jaya IV berkolaborasi dengan Baruna Jaya 8 milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pada 30 Desember 2020 lalu, menurut situs resmi BPPT, kapal Baruna Jaya IV berhasil menyelesaikan misi pelayaran selama 182 hari di Jakarta untuk melaksanakan misi inovasi teknologi BPPT, khususnya di bidang survei kelautan.

Perjalanan kapal Baruna Jaya IV sendiri dimulai pada 20 Juni 2020 dan kembali pada 20 Desember 2020. Adapun perjalanan panjang Baruna Jaya IV ini dimulai untuk melaksanakan survei jalur kabel SKKL Lumori Sulawesi pada 20 Juni -15 Agustus 2020.

Lalu survei pencarian kapal tenggelam A. Alia sampai dengan 2 September 2020, survei jalur kabel Ina CBT di Labuan Bajo dan dilanjutkan ke Balikpapan sampai dengan 5 November 2020.

Selain itu, survei deployment InaBuoy sampai dengan 21 November 2020, survei advance Ina CBT Cilacap sampai dengan 19 Desember 2020 serta the covery Ina buoy pada 19 Desember 2020 terakhir bertolak kembali ke dermaga Muara Baru pada 20 Desember 2020.

  ★ Aksi | CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.