Senin, 12 April 2021

[Teror] TPNPB Tembak Mati 2 Guru

Diklaim sebagai mata-mata TNI-Polrihttps://ewr1.vultrobjects.com/suarapapuaweb/2020/03/Lekagak-Telenggen-Komandan-Operasi-Umum-TPNPB-1-696x522.jpgLekagak Telenggen membenarkan bahwa pihaknya telah menembak mati dua orang guru di distrik Beoga. [suara papua]

Laurenzus Kadepa, Anggota DPR Papua menegaskan agar Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) harus buktikan kalau guru di Beoga, Puncak Papua.

Hal ini ditegaskan Kadepa karena TPNPB mengumumkan kepada publik bahwa telah menembak mati dua guru di Beoga. TPNPB klaim, penembakan terhadap kedua guru tersebut dikarenakan mereka juga bekerja sebagai mata-mata TNI-Polri.

Kalau mereka dua ditembak karna ada Pistol dan baju aparat, tudingan ini harus ada bukti, tidak hanya spekulasi yang bisa mengancam keamanan seluruh pekerja kemanusiaan yang ada di Papua dan Puncak pada khususnya,” beber Kadepa pada Minggu (11/4/2021).

Dia menjelaskan, pada tahun 2018 Egianus Kogoya dan kelompoknya dari TPNPB wilayah Nduga membantai karyawan PT. Istaka Karya yang saat itu membangun Jembatan. Menyikapi peristiwa itu Presiden Jokowi mengeluarkan Intruksi kepada aparat negara untuk mengejar dan menangkap pelaku dan diproses hukum.

Sejak itu militer non organik mulai dikirim ke kabupaten Nduga. Kemudian dikirim lagi ke Kabupaten Mimika. Pengiriman militer ke Mimika demi pengamanan aset vital Freeport. Dikirim lagi ke kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten Puncak Papua, Yahukimo dan Pegunungan Bintang.

Kebijakan negara yang tidak melihat dampak terhadap warga sipil ini telah mengakibatkan ancaman serius bagi kehidupan warga sipil, guru, pihak medis, tokoh gereja juga pekerja kemanusiaan lainnya,” katanya.

Demi kemanusiaan, Kadepa meminta Presiden Jokowi agar segera membatalkan dan mencabut Intruksi Presiden dan batalkan kebijakan pendekatan keamanan dengan kebijakan yang lebih bermartabat untuk menyelesaikan konflik Papua yang berkepanjangan ini.

Kadepa juga meminta pemerintah daerah Puncak Papua agar memberikan rasa aman kepada para guru, medis dan pekerja kemanusiaan lainnya yang ada di sana, karena mereka datang untuk membantu pemerintah mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat terutama pendidikan dan kesehatan.

Saya turut berduka atas Guru di Beoga Puncak Papua yang ditembak, dan semua korban baik yang di Nduga, Mimika, Intan Jaya dan Puncak Papua, juga daerah lain di Papua,” pungkasnya.


  Klaim TPNPB 
https://ewr1.vultrobjects.com/suarapapuaweb/2021/04/photo6305116019387116296-696x778.jpg[suara papua]

Lekagak Telenggen membenarkan bahwa pihaknya telah menembak mati dua orang guru di distrik Beoga. Meski mengakui perbuatan tersebut, dia mengklaim bahwa korbannya adalah anggota TNI yang menyamar sebagai guru.

Pernyataan ini disampaikan Lekagak kepada suarapapua.com melalui laporan tertulisnya yang diterima pada Sabtu (10/4/2021). Telenggen menjelaskan, TPNPB Kodap VIII Kemabu Intan Jaya telah menembak mati dua orang yang pihaknya klaim sebagai anggota TNI.

Yang dapat tembak seorang guru. Tanggal 8 april 2021 jam 09:35 kami TPNPB yang tembak. Dia seorang guru dan juga tentara. Itu kami pastikan setelah kami dapat dia punya pakean. Dia dari kesatuan dari 757 pangkatnya balok dua maka kami tembak. Dia menyamar jadi guru,” ungkap Lekagak.

Selanjutnya, kata Telenggen, sebelumnya pada 9 April kemarin, penembakan berlanjut dengan melakukan serangan ke pos polisi jam 03 sore.

Kami TPNPB serang Pos Polisi. Dua anggota polisi dapat tembak,” katanya.

Lekagak sebagai Komandan Operasi Umum TPNPB di Seluruh tanah Papua meminta kepada Indonesia untuk tidak kejar masyarakat sipil tetapi kejar TPNPB. Dia juga meminta agar TNI-Polri tidak menembak masyarakat.

Kami yang tembak mati. Jadi kalau mau perang itu lawan kami. Jangan kejar masyarakat. Kami bertanggungjawab terhadap penembakan itu. Kami lakukan penembakan karena kami dapat laporan dari PIS dan bukti seperti pakaiannya korban,” pinta Telenggen.

Lekagak menambahkan, pihaknya tidak akan membiarkan siapa pun, orang papua dan non papua yang menyamar sebagai tukang ojek, guru, tukang bagunan dan jadi informan untuk TNI-Polri.

Di setiap kota konflik seperti di Intan Jaya, Ilaga, Puncak Jaya, Lanny Jaya, Nduga, Yahukimo, Pegunungan Bintang dan dimana saja, tukang ojek, tukang sengsor, tukang bangunan dan guru itu semua mata-mata-TNI-polri. Maka harus hati-hati karena intelijen TPNPB sedang pantau semua,” tegasnya.

  Polisi Membantah 

Kepala Humas Satgas Nemangkawi, AKBP Iqbal Alqudussy mempertanyakan dasar fitnah yang disematkan TPNPB kepada kedua korban yang ditembak mati di distrik Beoga, Puncak Papua pada 8 dan 9 APril 2021 lalu. Kedua guru tersebut adalah Oktavianus Rayo (Guru SD Julukoma, Distrik Beoga) dan Pak Guru Yonatan Renden (Guru SMPN1 Beoga).

Iqbal mempertanyakan pernyataan TPNPB karena setelah penembakan, mereka [TPNPB] menyatakan kedua guru tersebut adalah intel, mata-mata aparat.

Buktinya apa Bapa Oktavianus dan Bapa Yonatan intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka dimaklumi,” ucap Iqbal, Sabtu (10/4/2021) seperti dikutip media ini dari tribunnews.com.

 ♖ Suara Papua  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.