Selasa, 10 Agustus 2021

Drone Buatan Dalam Negeri Siap Terbang Perdana Akhir 2021

 PUNA Elang Hitam dapat beroperasi otomatis dan tahan terbang lebih 24 jam.  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg95JptSLWLf4XRgqNF4BEpvsdD-VyE82bIjtk76kPyXIOlIkhQXy4Ae2kTVFJkWvUKthvF9GUV4E7-qqdCBs7Cl0EI5tj408Pys0PHPb5Xw4iYPx8iEC1hPWhmxv2sJm_eJirVAzFiRpSx/s1080/PTTA+MALE+Black+Eagle+BUMN+346.pngPUNA Elang Hitam [LEN]

B
adan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berencana melakukan terbang perdana PUNA Elang Hitam (Pesawat Udara Nirawak Medium jenis Medium Altitude Long Endurance) pada akhir 2021. Inovasi teknologi di bidang pertahanan ini bagian dari Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) tiap 10 Agustus.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, PUNA Elang Hitam merupakan lompatan teknologi masa kini guna menjangkau teknologi maju di masa depan. PUNA Elang Hitam dapat beroperasi otomatis dan memiliki daya tahan terbang lebih dari 24 jam.

Proyek ini dikembangkan bersama dalam sebuah konsorsium nasional melibatkan Kementerian Pertahanan, TNI AU, BPPT, LAPAN, ITB, PT DI, dan PT LEN. BPPT ditunjuk sebagai koordinator Prioritas Riset Nasional (PRN) PUNA Elang Hitam sesuai dengan Peraturan Menteri Ristekdikti No. 38 Tahun 2019.

"Tujuan akhir dari Konsorsium PUNA Elang Hitam yaitu mengakomodir kebutuhan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI khususnya drone jenis kombatan yang sekelas dengan drone canggih milik Turki (AnKA), Amerika Serikat (Predator), dan Israel (Heron)," kata Hammam dalam keterangan pers, Selasa (10/8).

Hammam menilai, penguasaan teknologi PUNA Elang Hitam dapat menjadi sarana kemajuan teknologi pertahanan nasional. Kemudian secara bertahap membangun kemandirian teknologi sub-sistem PUNA jenis MALE oleh anggota konsorsium. Sehingga bisa menghasilkan produk drone MALE kombatan yang dapat diterima TNI AU sesuai persyaratan.

Hammam menjelaskan, kerja menyiapkan drone PUNA Elang Hitam dibagi ke tiga sub kegiatan pendukung, yakni pembangunan platform (wahana), pembangunan flight control system (FCS) dan mission system, serta pembangunan sistem senjata dan integrasinya.

"Kami mengajak semua pihak mensukseskan agar PUNA Elang Hitam dapat terbang perdana di 2021 dan menjalankan pentahapan sebaik-baiknya agar mampu mewujudkan misi kombatan di tahun 2025," ucap Hammam.

Hammam berharap, PUNA Elang Hitam dapat menghemat devisa nasional. Sehingga, banyak nilai tambah dari proses desain, manufakturing yang dapat diserap ke dalam negeri.

"Penghematan pada pengadaan PUNA Elang Hitam, penguasaan desain dan rancang bangun PUNA Elang Hitam akan menumbuhkan industri pesawat nir-awak serta industri komponen/pendukung lainnya, seperti motor listrik servo, landing gear," tutur Hammam.

  🛩 Republika  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.