Selasa, 17 Agustus 2021

Kisah Heroik Kapten Muslihat Melawan Penjajah

 Tetap berdiri meski peluru sudah menembus perut 
https://pict-b.sindonews.net/dyn/620/pena/news/2021/08/15/173/511180/mengenang-kisah-heroik-kapten-muslihat-membebaskan-kota-bogor-dari-penjajah-nct.jpgKapten Tubagus Muslihat. [Foto: kotabogor.go.id/Dok]

K
apten Muslihat mungkin sudah tidak asing bagi masyarakat Kota Bogor. Kapten Muslihat sangat dikenal di Kota Bogor karena dijadikan sebagai nama jalan.

Jalan Kapten Muslihat terletak jauh dari Stasiun Bogor, dimana setiap hari ramai dilalui manusia dan kendaraan.

Jalan utama penghubung Stasiun Bogor dengan Istana Bogor ini menyimpan sejarah panjang perjuangan rakyat Bogor melawan penjajah. Di antara pejuang-pejuang kemerdekaan Kota Bogor, salah satu Kapten Muslihat yang memiliki nama asli Tubagus Muslihat.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tokoh pejuang Bogor berusaha membentuk pemerintahan baru agar segera lepas dari penjajahan Jepang. Namun sebelum membentuk pemerintahan di Bogor, para pemuda dan pejuang di Kota Bogor harus merebut kekuasaan dari tangan Jepang.

Aksi ini dimulai pada 19 Agustus 1945, ketika para pejuang yang dipimpin R Ijok Mohamad Sirodz meminta pemerintah militer Jepang menyerahkan gedung Bogor Shucokan (keresidenan) dan mengibarkan Merah Putih untuk menggantikan Bendera Jepang, Hinomaru.

Pelatihan perwira PETA yang dipimpin oleh Nippon membawa angin segar bagi kaum pribumi pada awal kemerdekaan. Pelatihan tersebut melahirkan sejumlah tokoh penting yang membuat perjuangan semakin berkibar seperti, Ibrahim Adji, Doele Adboellah, Muslihat. dan Dasoeki Basri. Khusus untuk Muslihat, ia kemudian menjadi salah satu yang berperan besar. Pada saat berita proklamasi tersebar, ia bersama Moehammad Sirodj bertindak cepat untuk meminta Nippon menyerahkan gedung Bogor Shuchokhan kepada para pemuda.

Ketika mendengar kabar bahwa kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, tentara Jepang membubarkan PETA dan menyuruh anggota PETA yang ada di asrama untuk kembali ke kampung masing- masing. Hampir dua bulan setelah proklamasi, setelah banyaknya kekacauan dimana-mana.

Di Kota Bogor, banyak peristiwa berdarah yang terjadi. Salah satu veteran Kota Bogor Ma’mun Permadi (86), sebagaimana dikutip dari kotabogor.go.id, menceritakan, tepatnya 25 Desember 1945 pertempuran besar terjadi antara rakyat Bogor dengan penjajah yang dipimpin Kapten Muslihat. Dengan menggunakan persenjataan seadaanya, seperti bambu runcing, golok, pedang, mereka menyerang markas-markas yang diduduki Inggris.

Kontak senjata pecah, suara tembakan dan pekikan "Merdeka" terdengar di setiap pertempuran. Pasukan Inggris dan para pejuang saling tembak-menembak. Kapten Muslihat dengan sangat berani keluar dari tempat persembunyiannya untuk melakukan penyerangan terbuka. Dia menembaki para penjajah yang membuat sebagian tentara Inggris tumbang.

Dalam baku tembak itu, timah panas musuh menembus perut Kapten Muslihat. Sang Kapten tetap berdiri menembaki para penjajah. Timah panas kedua kembali menembus pinggang membuat Kapten Muslihat tumbang hingga tersungkur. Darah bercucuran dan mengalir membuat kaos putih yang dikenakan berubah menjadi merah.

Kapten Muslihat gugur di usia 19 tahun dan meninggalkan istri yang tengah mengandung. Saat itu teringat sekali pesannya, harta yang dimilikinya agar diberikan kepada yang tidak mampu dan jika istrinya melahirkan anak laki-laki agar diberi nama Tubagus Merdeka,” ujar Ma’mun.

Berbagai pertempuran terjadi kala itu tidak hanya di satu wilayah Bogor, melainkan di berbagai wilayah. Seperti pertempuran di Kota Paris (Pasar Mawar) yang berlangsung pada malam hari, dimana di lokasi ini terdapat komplek hunian orang-orang Belanda (Kamp para interniran).

Selain itu terjadi juga pertempuran di daerah Cemplang pada 1945 antara pejuang RI melawan pasukan tentara Gurkha (tentara bayaran sekutu) yang berjumlah 12 orang. Pertempuran juga terjadi di daerah Maseng, Caringin Bogor pada 1945. Disana pejuang sampai membangun sebuah monumen untuk mengenang perjuangan para pahlawan.

Kapten Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, Banten, 26 Oktober 1926 dan meninggal dunia di Bogor 25 Desember 1945 pada usia 19 tahun. Tubagus Muslihat mengawali kiprahnya sebagai pejuang Bogor dengan bergabung di pasukan pembela tanah air (PETA).

Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan berani, kemudian dipilih menjadi Shudanco (Komandan Seksi atau Peleton) bersamaan dengan Ibrahim Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman, Rujak, dan Bustami.

Tubagus Muslihat memulai karirnya di Bogor pada tahun 1942 di sebuah Balai Penelitian Kehutanan, Gunung Batu Bogor. Meskipun belum sebulan Tubagus Muslihat bekerja, dia lebih memilih untuk keluar dan bergabung dengan pasukan PETA.(thm)

  ★ sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.