Senin, 30 Agustus 2021

Rencana Imbal Beli Sukhoi dengan Rusia Masih Mandek

🛩 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiPubTRYGreSCfqeHCt2eJG6CHk0iySVhwK5fiTR5qW5SzMwG4rGm8bkJPvyAphSIKEEGJpitJfOb1xil97lN5bxtr1IMkfnXVHrv5cSU_KLEL-C5aomDUB3cIPLg00JAjsGlPXttD7jMR/s620/SU35-RU_620x413.jpgSU35 [RU

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan realisasi pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia dengan skema imbal beli yang ditawarkan Indonesia belum memperlihatkan kemajuan berarti sampai saat ini. Nota kesepahaman barter telah ditandatangani antara Indonesia dan Rusia sejak 2017.

Sudah tiga tahun posisi Indonesia harus ada kepastian lanjut atau tidak, itu yang pertama,” kata Koordinator Bidang Peningkatan Akses Pasar Kemendag Bambang Jaka dalam webinar, Kamis (29/7/2021).

Bambang menjelaskan bahwa seluruh instrumen terkait proses imbal beli sudah siap. Kemendag juga telah memetakan ulang perusahaan-perusahaan RI yang akan memasok produk-produk yang ditawarkan dalam skema barter.

Sebagaimana diketahui, Kemendag pada 2019 melaporkan bahwa terdapat 16 komoditas yang diajukan sebagai komoditas ‘barter’ dengan Rusia. Produk tersebut mencakup minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya, karet, biskuit, dan kopi.

Dalam kerja sama perdagangan tersebut, Rusia diwajibkan untuk membeli komoditas asal Indonesia sebesar 50 persen dari nilai pembelian Sukhoi. Total nilai pembelian untuk 11 unit alat tempur tercatat mencapai US$ 1,14 miliar, sementara kontribusi dari imbal beli mencapai US$ 570 juta.

Poinnya adalah masih berproses. Tinggal bagaimana pimpinan-pimpinan di Republik ini berani mengambil, bukan mengambil risiko dalam konteks gambling, tetapi memutuskan take it or leave it untuk Sukhoi,” kata Bambang.

Kementerian Pertahanan sebelumnya menyebutkan kontrak pembelian telah bisa efektif sejak Agustus 2018. Namun dengan berlanjutnya pembahasan mengenai komoditas untuk imbal beli, terjadi keterlambatan pada kedatangan 2 unit pesawat pada 2019.

Apabila transaksi kedua negara berjalan lancar, pesawat tempur dengan spesifikasi persenjataan lengkap (full combat) akan datang secara bertahap, yakni kloter pertama dua pesawat, lalu kloter kedua empat pesawat dan kloter ketiga lima pesawat.

  Bisnis  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.