Rabu, 29 Desember 2021

[Global] Filipina Pesan 2 Kapal Perang Dari Korea Selatan

⚓️ Untuk meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan Desain Korvet yang ditawarkan untuk Filipina [HHI]

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan Manila telah memesan dua kapal perang baru dari Hyundai Heavy Industries Korea Selatan (Korsel).

Pembelian ini untuk memodernisasi Angkatan Laut Filipina di tengah perselisihan dengan China di Laut China Selatan.

Armada kapal perang Angkatan Laut Filipina sudah cukup tua dalam beberapa dekade terakhir - termasuk kapal perang Amerika Serikat (AS) dari Perang Dunia II - sampai pendahulu Presiden Rodrigo Duterte, Benigno Aquino, memulai progtam modernisasi sederhana pada tahun 2010.

Kesepakatan bernilai USD 556 juta dengan raksasa pembuat kapal asal Korsel itu terjadi lima tahun setelah perusahaan yang sama juga memenangkan kontrak untuk membangun dua fregat untuk Angkatan Laut Filipina.

Korvet dan fregat kecil, kapal perang cepat terutama digunakan untuk melindungi kapal lain dari serangan.

Proyek ini akan memberi Angkatan Laut Filipina dua korvet modern yang mampu melakukan misi anti-kapal, anti-kapal selam dan anti-perang udara,” jelas Lorenzana dalam pidato pada upacara penandatanganan di Manila.

"Kesepakatan itu akan memastikan kesamaan dan interoperabilitas dengan aset kami yang ada, serta kemudahan pemeliharaan dan perbaikan," tambahnya seperti dikutip dari Street Times, Selasa (28/12/2021).

Manila telah mengakuisisi dua bekas kapal penjaga pantai AS dan tiga kapal pendarat dari Australia, serta kapal patroli penjaga pantai dari Jepang. Ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan, di mana Manila menghadapi perselisihan dengan Beijing.

China mengklaim hampir semua jalur air, yang dilalui perdagangan triliunan dolar setiap tahun, dengan menghadapi klaim yang sama dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

Beijing telah mengabaikan putusan oleh Pengadilan Arbitrase Internasional yang berbasis di Den Haag bahwa klaim historisnya tidak berdasar pada 2016 lalu. (ian)

 ⚓️ 
Sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.