Kamis, 13 Januari 2022

[Global] Helikopter Serang China

 CAIC Z-10, heli serang murni pertama https://www.airspace-review.com/wp-content/uploads/2022/01/Z-10_-e1641710077199.jpgHelikopter Serang CAIC Z-10 China [istimewa]

Pada pertengahan 1980-an, Militer China tengah mencari helikopter serang murni untuk digunakan oleh People’s Liberation Army Ground Force (PLAGF).

Untuk menindak lanjuti program tersebut, China mulai mengevaluasi heli serang ringan Agusta (kini Leonardo) A129 Mangusta dari Italia.

Lebih jauh, di tahun 1988 China mendapatkan lampu hijau dari Amerika Serikat untuk membeli AH-1 Cobra dan lisensi produksi rudal BGM-71 TOW.

Sayangnya kesepakatan itu tak terealisasi, dibatalkan setelah terjadinya protes berdarah Lapangan Tiananmen tahun 1989.

Dan akhirnya, berujung dengan diberlakukannya embargo senjata oleh Paman Sam dan sekutunya.

Tak ada pilihan lain, China memutuskan untuk mengembangkan helikopter serangnya secara mandiri di akhir 1990-an.

Program ini dinamakan Special Armed Project atau Special Use Armed Helicopter Project yang kelak dikenal sebagai heli Z-10 (Wu Zhi-10).

Dipercaya sebagai perancang adalah 602nd Research Institute dan pabrik manufakturnya Changhe Aircraft Industries (CAIC). Ditengarai biro desain Kamov Rusia dikontrak untuk asistensi pengembangannya.

Prototipe pertama Z-10 selesai dibangun tahun 2002, CAIC dilaporkan membangun sebanyak enam prototipe. Penerbangan perdananya sukses dilaksanakan pada 29 April 2003.

Mesin untuk Z-10 adalah WZ-9 (Wo Zhou-9) yang dirancang juga oleh 602nd Research Institute dan diproduksi penuh secara lokal.

https://www.airspace-review.com/wp-content/uploads/2022/01/Z-10_me.jpgMeskipun dianggap memiliki daya yang kurang yakni hanya 1.000 kW (1.300 hp), namun demikian mesin WZ-9 tak memiliki ketergantungan komponen asing sama sekali.

Belakangan China telah berhasil memproduksi mesin turboshaft baru WZ-16 berdaya 1.500 kW yang telah dipasangkan pada produksi terbaru Z-10.

Kecepatan maksimumnya 270 km/jam, ketinggian terbang hingga 6.400 m dan jangkauan operasinya sejauh 800 km.

Mengenai spesifikasinya, Z-10 berdimensi panjang 14,15 m, tinggi 3,85 m dan diameter rotor utama 12 m. Berat lepas landas maksimumnya (MToW) 7.000 kg.

Untuk avionic-nya, Z-10 mengusung YH millimetre-wave fire-control radar, BM/KG300G self protection jamming pod, Blue Sky navigation pod, KZ900 reconnaissance pod, YH-96 electronic warfare suite dan helmet mounted sight with night vision goggles.

Sementara untuk persenjataannya berupa kanon tetap 25 mm serta tersedia empat gantungan senjata untuk membawa kombinasi pod roket terarah 57 mm atau 90 mm, 16 rudal udara permukaan HJ-8, HJ-9, HJ-10, rudal anti pesawat TY-90, PL-5, PL-7, PL-9.

Saat ini setidaknya 150 helikopter telah diproduksi CAIG untuk kebutuhan militer lokal. Sedangkan pelanggan asing pertama kemungkinan datang dari Pakistan dengan versi WZ-10ME setelah pembatalan pembelian T129 ATAK dari Turki.

Calon pengguna masa depan Z-10 lainnya adalah People’s Liberation Army Navy (PLAN). Heli ini pernah di uji cobakan terbang dari atas dek kapal pendarat amfibi Type 072A pada Maret 2014.

Keberhasilan China membuat Z-10, menjadikannya negara kedua di Asia yang sukses memproduksi heli serang secara mandiri setelah Jepang dengan Kawasaki OH-1 sejak 1996.

  Harbin Z-19, heli serang kedua dari Negeri Panda 
https://www.airspace-review.com/wp-content/uploads/2022/01/Harbin-Z-19-e1641825871342.jpgSelain mengembangkan heli serang murni kelas medium berat CAIG Z-10 (WZ-10), China juga membuat heli serang kelas ringannya secara mandiri Z-19 (WZ-19) yang diproduksi oleh Harbin Aircraft Manufacturing Corporation (HAMC).

Seperti halnya heli serang Z-10, desain dan pengembangan Z-19 dilakukan oleh 602nd Research Institute.

Konsep pengembangan serupa dengan Bell AH-1 Cobra berbasis UH-1, dimana Z-19 menggunakan komponen mekanis berasal dari heli Z-9W yang tak lain lisensi berdasarkan Eurocopter AS365 Dauphin.

Prototipe Z-19 berhasil terbang perdana pada 2011 dan masuk dinas tahun 2012.

Sejak itu dilaporkan setidaknya lebih dari 180 unit telah berdinas untuk People’s Liberation Army Ground Force (PLAGF).

Z-19 memiliki fitur rotor ekor fenestron yang memiliki kelebihan mengurangi tingkat kebisingan. Desain ‘knalpot’ juga telah dirancang untuk mengurangi jejak inframerah.

Z-19 dilengkapi dengan millimeter wave fire control radar, turret with FLIR, TV, laser rangefinder serta helmet mounted sight (HMS).

Persenjataannya digantung pada stubwing dengan pilihan berupa pod roket atau senapan mesin, rudal antitank HJ-8, dan rudal antipesawat TY-90.

https://www.indomiliter.com/wp-content/uploads/2020/08/i7IRg68M60l3JSMUKQjfipEaeoKRJGpED6YuKtubeyP2gjftR4cfKI1Epd8NkxxfYtoqKPOZ4sKO311q7W4uu8N_7Au6uxuZemt8meLPzVhXnzGdtMFY7-GlK7GVcszX.jpgTak seperti pada umumnya heli serang yang dibekali kanon di dagunya, maka pada Z-19 tak tersedia. Hal ini serupa dengan heli Kawasaki OH-1 dari Jepang.

Mengenai spesifikasinya, Z-19 berdimensi panjang 12 m, tinggi 4,01 m, diameter rotor utama 11,93 m dan berat lepas landas maksimum (MTOW) 4.250 kg.

Sebagai penggeraknya berupa sepasang mesin turboshaft buatan lokal WZ-8C, masing-masing berdaya 700 kW (940 hp).

Heli dapat terbang dengan kecepatan maksimum 280 km/jam, ketinggian terbang hingga 6.000 m, serta jangkauan operasi sejauh 700 km.

Sampai saat ini Z-19 baru digunakan Militer China, namun Harbin sendiri telah membuat versi ekspor disebut sebagai Z-19E yang sukses mengudara pertama pada Mei 2017. -RBS-

  ★ Airspace Review  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.