Kamis, 10 Februari 2022

[Global] Sejarah dan Penyebab Rusia Invasi Ukraina di Crimea Tahun 2014

https://pict-b.sindonews.net/dyn/480/content/2014/03/07/41/841988/yOdDIaf15n.jpgDPR Crimea & Sevastopol pilih gabung dengan Rusia [ist]

Penyebab kenapa Rusia menginvasi Ukraina di Crimea pada 2014 adalah krisis domestik di wilayah itu.

Krisis Crimea kemudian mengundang konflik antara negara-negara Uni Eropa dengan Rusia.

Situasi diperparah dengan pengumuman presiden Ukraina kala itu, Viktor Yanukovych, bahwa negaranya mundur dari perjanjian Uni Eropa pada November 2013.

  Di mana Crimea ? 

Crimea adalah semenanjung di kawasan Laut Hitam. Selama 1921-1945 Crimea merupakan milik Uni Soviet dan selanjutnya dikuasi Ukraina.

Namun, letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.

Dikutip dari BBC (11/3/2014), Crimea adalah pusat sentimen pro-Rusia yang saat itu dapat berubah menjadi separatisme.

Crimea dihuni 2,3 juta orang, mayoritas mengidentifikasi dirinya sebagai etnis Rusia dan berbahasa Rusia.

Rusia memang dominan di Crimea sejak mencaplok wilayah itu pada 1783. Saat semenanjung tersebut diserahkan Moskwa ke Ukraina tahun 1954, banyak etnis Rusia di sana yang memandangnya salah langkah.

Sementara itu, etnis Muslim Tatar Crimea yang merupakan minoritas terbesar di sana, mengeklaim pernah menjadi penduduk mayoritas tetapi sebagian besar dideportasi oleh diktator Soviet Joseph Stalin pada 1944.

Alasan Stalin mendeportasi bangsa Tatar Crimea adalah dugaan mereka bersekongkol dengan penyusup Nazi di Perang Dunia II.

Bangsa Tatar kembali ke Crimea setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991, dan sejak saat itu hubungannya tegang dengan etnis Rusia atas hak kepemilikan tanah.

Pada pemilihan presiden Ukraina 2010 mayoritas warga Crimea memilih Viktor Yanukovych yang pro-Rusia, dan ketika lengser banyak orang di sana meyakini dia menjadi korban kudeta.

Separatis di parlemen Crimea kemudian memilih bergabung dengan Federasi Rusia pada 6 Maret 2014 dan melakukan referendum pemisahan diri yang dijadwalkan pada 16 Maret 2014.

Langkah itu dipuji oleh Rusia, tetapi dikecam secara luas oleh negara-negara Barat.

  Aneksasi Crimea oleh Rusia 
https://asset.kompas.com/crops/cffhqLkihQdxVaxXXxfcriJyxN8=/0x0:1023x682/750x500/data/photo/2022/01/19/61e7a051205ee.jpgSebuah konvoi kendaraan lapis baja Rusia bergerak di sepanjang jalan raya di Crimea, Selasa, 18 Januari 2022. (AP PHOTO)

Dikutip dari Encyclopaedia Britannica, ketika pengunjuk rasa pro-Rusia menjadi semakin keras di Crimea, sekelompok pria bersenjata yang seragamnya tidak memiliki tanda pengenal yang jelas mengepung bandara di Simferopol dan Sevastopol.

Orang-orang bersenjata bertopeng menduduki gedung parlemen Crimea dan mengibarkan bendera Rusia.

Anggota parlemen pro-Rusia kemudian membubarkan pemerintahan yang sedang menjabat dan mengangkat Sergey Aksyonov, pemimpin Partai Persatuan Rusia, sebagai Perdana Menteri Crimea.

Jaringan suara dan data antara Crimea dan Ukraina pun terputus. Pihak berwenang Rusia lalu mengakui mereka telah mengerahkan pasukan ke wilayah tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutnya sebagai upaya melindungi warga Rusia dan aset militer di Crimea.

Aksyonov lalu menyatakan, yang memimpin pasukan polisi dan militer Ukraina di Crimea adalah dia, bukan pemerintah di Kiev.

Aneksasi Rusia di Crimea selesai pada 21 Maret 2014 setelah ratifikasi perjanjian oleh parlemen Rusia. Putin menandatangani UU yang secara resmi mengintegrasikan Crimea ke wilayah Rusia.

Perang Rusia Ukraina di Crimea menewaskan 14.000 orang, termasuk 298 penumpang pesawat Malaysia Airlines MH17 yang diduga jatuh karena salah ditembak separatis pada 17 Juli 2014.

Namun, aneksasi Crimea oleh Rusia tidak diakui oleh PBB yang menyebutnya ilegal.

 ♖ Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.