Sabtu, 13 Agustus 2022

[Global] Bagaimana Iran Bangkit jadi Begitu Kuat Meski Disanksi AS?

(via REUTERS/WANA NEWS AGENCY)

Iran menjadi sorotan usai mengecam tindakan Israel yang menyerang Gaza, Palestina beberapa waktu lalu. Mereka bahkan siaga, jika Tel Aviv semakin berulah.

"Para pejuang Hizbullah sedang membuat rencana meluncurkan pukulan terakhir terhadap rezim Zionis [Israel]," jelas Komandan Pasukan Al Quds Iran, Esmail Ghaani pada pekan lalu.

Ia kemudian berkata, "[Rencana ini] untuk merealisasikan keinginan Imam Khamenei, yakni benar-benar menghapus Israel dari peta dan muka Bumi."

Sikap Iran terhadap Israel, yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat mencerminkan mereka tampak sejajar. Bahkan program pengayaan nuklirnya membuat kedua negara itu cemas.

Imbas program nuklirnya itu, Iran harus menerima sanksi yang dijatuhkan AS.

Terlepas dari kecaman Teheran, mengapa Iran bisa menjadi negara kuat meski dihukum AS?

Di bawah pemerintahan Ali Khamenei, Iran berambisi melenyapkan Israel dari muka bumi. Mereka bahkan menyebut Tel Aviv sebagai Setan Kecil, dan AS sebagai Setan Besar.

Meski dihujani sanksi, Iran tak kekurangan membuat senjata militer canggih. Misalnya, mereka mengembangkan pesawat tak berawak yang mampu membawa hulu ledak Read 85. Drone ini juga dijuluki sebagai drone bunuh diri.

Pengamat dari Pusat Studi Kajian Strategis (CSIS), Anthony H Cordesman, berpendapat rudal balistik dan UAV bisa senjata efektivitas massal di tangan Iran, demikian dikutip ABC News Australia.

Strategi Iran meningkatkan kekuatannya juga tercermin dari kampanye solidaritas Syiah lintas batas dan ekonomi perlawanan.

  Menang Dominasi atas Irak 

Perang Iran-Irak yang berkecamuk pada 1980 hingga 1988 sempat membuat Iran luluh lantak.

Sejak saat itu, Iran mengembangkan hubungan politik, ekonomi dengan kelompok Syiah Irak. Motif lain dari relasi ini yakni menghilangkan ancaman Irak terhadap keamanan Teheran di masa depan.

Strategi itu tak sia-sia. Pada Pemilu 2010, partai dan kelompok politik Syiah yang didukung Iran muncul sebagai pemenang di Irak. Mereka sempat mengendalikan politik di Baghdad. Tujuan Teheran juga tercapai: mampu mengendalikan kelompok ekstremis Sunni yang mengancam Iran di masa depan.

  Perang Suriah Kesempatan Emas bagi Iran 
Iran mampu mengembangkan banyak drone canggih. (VIA REUTERS/WANA NEWS AGENCY)

Di tahun berikutnya, perang Suriah dan musim semi Arab atau kebangkitan dunia Arab membawa kesempatan tak terduga bagi Iran. Mereka memihak pemerintah sekuler di bawah pimpinan Bashar Al Assad dan mendukung pertumbuhan sekutu di Libanon, Hizbullah.

Pada saat yang sama, kemunculan berbagai kelompok garis keras Sunni, termasuk ISIS membuat peran Iran sebagai pembela Muslim Syiah di Timur Tengah semakin menonjol.

Terlebih, saat Rusia turun tangan dalam perang di Suriah, posisi ini menempatkan Iran dan Rusia sejajar sebagai kekuatan tandingan terhadap blok AS-Saudi.

Sementara itu, ekonomi perlawanan juga menjadi strategi cekatan Iran bertahan hidup di lingkungan ekonomi global yang tidak bersahabat.

Program ini mereka rancang untuk melawan efek negatif sanksi AS dan Uni Eropa. Iran berusaha mengurangi kerentanan guncangan ekonomi global dan regional melalui beragam cara.

Beberapa diantaranya pembangunan kapasitas domestik, mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan dan meningkatkan produksi industri dan daya saing teknologi.

Tujuan besar lain yakni untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas, selaku sumber utama pendapatan Iran.

Berkat langkah tersebut, Teheran kini mampu mengganggu harapan AS untuk menciptakan tatanan regional yang pro-Amerika, mempertahankan akses yang aman ke minyak Teluk Persia dan membela sekutu tradisional Arab.

Invasi AS ke Irak pada 2003 lalu, menjadi titik balik bagi Iran. Perang melawan terorisme yang digaungkan eks Presiden George Bush secara tak sengaja berkontribusi besar terhadap keuntungan Teheran.

Dua musuh Iran, Taliban di Afghanistan dan rezim Saddam Hussein di Irak mengantongi kecaman dari Washington. Dengan demikian, risiko Iran mendapat serangan dari timur dan barat berkurang.

  Meningkatkan Program Pengayaan Uranium 
Rudal Sejjil Iran. (AP/Vahid Salemi)

Selain itu, pendudukan AS di Irak juga memicu program pengayaan uranium Iran yang berpotensi jadi senjata nuklir.

Selama beberapa tahun terakhir, Iran tampaknya muncul lebih kuat dan memperluas pengaruh di kawasan Teluk dan Syams. Salah satu aset Teheran selama satu dekade ini adalah pengembangan militer.

Di pasar senjata kawasan, peran Iran patut diperhitungkan. Pasalnya, pemerintah dan kelompok milisi dari Lebanon dan Suriah membeli senjata dari Teheran.

Pasukan Garda Revolusi Nasional Iran (IRGC) bahkan mampu memproyeksikan kekuatan di Timur Tengah. Mereka mengirim penasihat militer, sukarelawan, dan pelatih ke Irak dan Suriah, termasuk ke kelompok milisi.

Menurut pejabat Israel, Teheran juga membangun pabrik dan situs di Suriah dan Libanon.

Pada 2020 lalu, Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat, Vincent R Stewart sampai- sampai mengidentifikasi Iran sebagai salah satu dari lima ancaman militer utama yang dihadapi negara itu. Ia juga menerangkan kunci kekuatan militer Iran adalah persenjataan rudal.

Di tahun yang sama, Iran berhasil menguji rudal balistik jarak jauh, tank tempur utama, dan kendaraan udara tak berawak. Mereka juga sukses mengetes kapal selam dan kapal serang buatan negeri.

Menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, Iran memiliki persenjataan rudal terbesar dan paling beragam di Timur Tengah.

Tercatat, Teheran memiliki 3.000 rudal, mulai dari rudal jelajah, rudal jarak pendek hingga menengah. Beberapa peluru kendalinya bahkan memiliki jangkauan 2.000 hingga 3.000 km yang jika diluncurkan bisa mencapai Israel.

  Posisi Militer Iran 

Di samping soal kebangkitan Iran, dari sisi peringkat kekuatan militer dunia Teheran menduduki posisi ke-14. Mereka melampaui Jerman, Australia, Spanyol dan Israel.

Teheran memiliki 1 juta lebih personel militer. Dari jumlah ini sekitar 575 ribu personel aktif, dan 350 ribu personel cadangan, demikian dikutip Global Fire Power.

Dari segi alat utama sistem pertahanan (Alutsista) Iran juga tak kalah dengan negara lain.

Total pesawat yang mereka miliki sebanyak 543 unit. Lebih rinci, Angkatan Udara Iran memiliki 96 jet pelatih, 12 helikopter penyerang, 197 pesawat tempur, pesawat khusus 9 unit, pesawat penyerang khusus 23 unit, pesawat transportasi 85 unit, kapal tanker tujuh unit, dan helikopter 126 unit.

Sementara itu, untuk Angkatan Darat Iran mempunyai proyektor roket 2.845 unit, kendaraan lapis baja 7.600 unit, artileri self propelled 1.030 unit, serta artileri tembak 2.108 unit.

Angkatan Laut Iran juga tercatat memiliki tujuh fregat, 66 kapal patroli, 19 kapal selam, satu kapal perang ranjau, dan kapal korvet tiga unit.

Iran menjadi negara terbesar ke-17 di dunia, dengan luas 1.6 juta kilometer persegi. Artinya, wilayah ini lebih besar dari gabungan Prancis, Jerman, Belanda, Belgia, Spanyol, dan Portugal, demikian dikutip National Interest. (isa/bac)

 ðŸ’‚  CNN  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.