Jumat, 30 September 2022

✩ Pierre Tendean, Mengenal Sosok Pahlawan Revolusi dan Kisahnya

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2022/09/25/pierre-tendean-mengenal-sosok-pahlawan-revolusi-dan-kisahnya_169.jpeg?w=700&q=90Pierre Tendean, Mengenal Sosok Pahlawan Revolusi dan Kisahnya | Foto: Kapten Pierre Tendean (Dok. Ilustrator detikcom)

Pierre Tendean adalah salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia. Kapten Pierre Tendean termasuk daftar tokoh yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal G30S/PKI.

Untuk mengenal lebih lanjut tentang sosok Pierre Tendean, simak informasi lengkapnya berikut ini.

  Biografi Kapten Pierre Tendean 

Pierre Tendean lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Jakarta. Dikutip dari buku 'Wajah dan sejarah perjuangan pahlawan nasional' oleh Departemen Sosial R.I. Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, ia adalah anak bungsu di antara tiga bersaudara. Ayahnya, dr. A.L. Tendean berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara dan ibunya, Cornell M. E, seorang keturunan darah Perancis.

Pierre Tendean menempuh pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik. Semasa masih menjalani pendidikan di Koprak Taruna, Pierre Tendean pernah turut dalam operasi militer untuk menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.

Setelah lulus dari Akmil pada tahun 1962, Pierre Tendean menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Setahun kemudian dirinya dipanggil untuk mengikuti pendidikan intelijen. Pada 1963, Pierre Tendean pun turut bertugas menyusup ke daerah Malaysia ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

Pada tanggal 15 April 1965, Pierre Tendean diangkat menjadi ajudan Jenderal A.H Nasution yang kala itu menjadi Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab).Dalam menjalankan tugasnya sebagai ajudan, Letnan Satu Pierre Tendean harus gugur karena dibunuh dalam peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September 1965 oleh orang-orang PKI.

  Kisah Pierre Tendean dalam Tragedi G30S/PKI 

Pemberontakan G30S/PKI dimulai pada tanggal 30 September 1965 dengan menculik dan kemudian membunuh petinggi-petinggi TNI Angkatan Darat untuk melumpuhkan angkatan. Kejadian tersebut berlangsung selama dua hari sampai tanggal 1 Oktober 1965.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan G30S/PKI mendatangi kediaman Jenderal A.H. Nasution di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Pasukan Cakrabirawa berhasil memasuki rumah tersebut dan melepaskan sejumlah tembakan hingga mengenai, anak Jenderal Nasution bernama Ade Irma Suryani. Atas desakan isterinya, Jenderal Nasution pun berhasil lolos.

Mendengar keributan dan tembakan, Pierre Tendean yang tertidur pun terbangun. Mengetahui kejadian pasukan Cakrabirawa yang tengah menembak ke arah Nasution yang sedang berlari, Tendean pun berusaha menolong sang Jenderal. Akhirnya Pierre Tendean pun ditangkap oleh pasukan tersebut karena dikira dirinya adalah Jenderal Nasution.

Bersama dengan perwira TNI Angkatan Darat lainnya, Pierre Tendean diculik dan kemudian dibunuh oleh PKI. Setelah mengalami siksaan yang cukup berat, Pierre Tendean ditembak. Jasadnya lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di kawasan Pondok Gede, Jakarta, yang dikenal dengan sebutan Lubang Buaya.

  Pierre Tendean, Sosok Pahlawan Revolusi 

Akibat peristiwa pemberontakan G30S/PKI, Kapten Pierre Tendean harus gugur bersama para petinggi TNI Angkatan Darat dan beberapa korban lainnya. Mereka yang gugur dalam peristiwa tersebut pun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

Pahlawan Revolusi adalah salah satu gelar kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada sejumlah perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang telah gugur dalam peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September 1965.

Sebagaimana dilansir situs Kemdikbud, mereka ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan beberapa Keputusan Presiden pada tahun 1965. Selanjutnya, sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, gelar Pahlawan Revolusi pun diakui sebagai Pahlawan Nasional. (wia/imk)

 ✩
detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.