Kamis, 08 Desember 2022

i-22 Sikatan Infoglobal

Cita-cita Besar Perusahaan Avionik Indonesia
Mockup i-22 Sikatan (GBP)

PT. Infoglobal Teknologi Semesta (Infoglobal) membuat kejutan di ajang Indo Defence 2022 yang baru lewat. Selama pameran pertahanan itu, perusahaan avionik yang berkantor pusat di Surabaya itu menampilkan mockup pesawat tempur bermesin ganda hasil rancangannya.

Hal ini tak ayal menimbulkan berbagai pertanyaan, terlebih ketika mengetahui bahwa Infoglobal berniat untuk benar-benar membuat pesawat tempur yang jika berhasil, maka akan menjadi pesawat tempur pertama yang dirancang-bangun seluruhnya oleh putra-putri Indonesia.

Berikut adalah kutipan wawancara penulis dengan Adi Sasongko, CEO PT Infoglobal Teknologi Semesta.

 Awal mula rencana untuk membuat pesawat tempur?

Saya dulu ingin gabung tim K-FX tapi semakin lama oportunity-nya semakin tidak jelas padahal kami punya mimpi yang sangat besar, lompatan yang sangat tinggi, tapi kelihatannya kok tak terdukung. Kami, dalam bidang avionik ada subsistem yang sangat tergantung dari platform. Mau jualan subsistem kalau platformnya tidak ada bagaimana?

Akhirnya kami memberanikan diri untuk memulai. (Awalnya) mau bikin drone. Harapannya itu (jadi) platform yang di dalamnya ada avioniknya. Tapi terlalu minor. Kenapa kita tidak melompatlah?

Lalu saya ketemu dengan beberapa teman yang mau mewujudkan disitu, saya ketemu dengan orang-orang “gila” yang mau diajak berpikir. “Gila” dan optimis (tentunya). Kalau gila dan pesimis banyak.

 Prosesnya bagaimana?

Kebetulan kami dapat project di Hawk (Hawk MK109/209 TNI-AU -red) dan di dalamnya ada pekerjaan engine. “Wih, kenapa kita gak bikin engine ya, someday? Coba kita cari tahu!” Ternyata, “Loh, engine itu tidak (terlalu) complicated kok. Itu sangat mungkin kalau kita buat sendiri.” Mulailah kita melakukan reverse engineering kecil-kecilan.

Kalau engine jadi, avionik jadi, jualnya kemana? Oke, kita melompat kemana? Mau pesawat yang sama dengan PTDI? Jangan dong. PTDI punya pasar, kita tidak usah ambil segmen-nya PTDI. Kita ambil segmen yang lain.

Saya ketemu dengan orang-orang yang optimis, yang cara berpikirnya simpel. Akhirnya keberanian itu semakin tumbuh yang akhirnya kita, “wis ayuk bikin mockup pesawat tempur.” Dan itu kejadiannya simpel.

Kalau kita punya mimpi, harus diwujudkan. Kalau cuma jadi omongan, itu jadi mimpi di siang bolong. Dengan pengalaman yang sangat minim, kita carilah informasi sebanyak-banyaknya, maka kita siap untuk bikin mockup.

 Itu kalau untuk mockup. Kalau untuk pesawatnya sendiri bagaimana?

Kita lihat ada (Hawk) TNI-AU yang pesawatnya nyungsep itu (Pekanbaru, 23 Agustus 2022 -red), lalu kita cari. Kita pelajari teknologinya (untuk) reverse engineering, dan seterusnya. Jadi semakin hari, semakin kita percaya diri bahwa ini bisa kita lakukan.

Pada waktu kita mencetuskan ide itu, saya bikin proposal dan saya sampaikan ke pak menteri (Prabowo Subianto). Pak menteri tertarik walaupun timbul pertanyaan siapa yang mendanai? Tapi sekali lagi saya yakin: “Pak ini biayanya sangat murah karena kita akan bekerja sangat efisien, dan saya yakin dengan konsep saya ini, ini bisa terwujud dalam waktu sembilan tahun. Tiga tahun pertama menjadi pesawat latih, tiga tahun berikutnya jadi demonstrator, tiga tahun terakhir kita wujudkan jadi full system.”

Yang menarik pesawat ini adalah pesawat double-seat.

 Jadi dari awal direncanakan double-seat?

Double-seat. Termasuk double-engine. Terus double-engine kita gunakan sekelas engine-nya Hawk. Kita sehari-hari sudah bergelut dengan mesin Hawk dan kita akan “kloning”. Mengingat engine-nya sudah berumur lebih dari limabelas tahun, maka royaltinya adalah nol.

 Kenapa namanya Sikatan?

(Pertama) Sikatan itu adalah burung asli Indonesia. Yang kedua, nama Sikatan itu adalah nama yang sudah sangat familiar buat TNI-AU. Ada latihan “Sikatan Daya”, benar ya? Burungnya kecil, lincah, suaranya merdu. Low profile.

 Kenapa dirancang kecil?

Sebenarnya (skala mockup-nya) bukan 1:1 tapi 0.9. Kenapa? Karena biar bawanya gampang dari Surabaya. Karena kalau 1:1 itu, (meskipun) sayapnya sudah dilepas, lebar bodinya sudah melebihi truk trailer. Bisa bayangkan resikonya kecantol di tol?

Nanti mungkin dua tahun lagi akan kita tunjukkan mockup-nya yang lebih serius dengan full cockpit, (agar) orang jadi lebih yakin.

Kenapa kecil? Kita (rancang sebagai) pesawat tempur taktis. Attack. Jangan bayangkan untuk dipakai patroli jarak jauh. Kalau untuk patroli (pakai) pesawat tempur lain.

 Kapan prototipe pertama diluncurkan?

Saya berharap dengan event ini, ada pembicaraan lebih lanjut dengan bapak-bapak itu (para petinggi kementerian dan TNI -red), tapi kalaupun nantinya disetujui dengan budget yang sangat minimal pun kita siap.

Berapa waktunya? Tiga tahun.

 TNI-AU Berminat? Reaksi dari pihak lain?

Belum secara resmi, tapi sudah ada yang tertarik. (Tapi di sisi lain) ada juga pihak-pihak lain yang mencaci-maki dengan ini. Mencaci-maki itu enak, modalnya cuma mulut doang. Tapi apa yang sudah mereka hasilkan?

Tapi saya sudah siap. Even hari ini pesawatnya bisa terbang dan meliuk-liuk di angkasa, apakah haters itu (akan jadi) nol?

Kemudian ada (juga) yang tanya, ini nanti memang negara kita mau beli? Loh saya buatnya di Indonesia, yang saya tawarkan pertama ya [ke] Indonesia, dalam hal ini TNI-AU. Tapi kalau bapak gak mau beli, ya gak apa-apa. Saya (bisa) coba tawarkan ke negara lain.

 Bagaimana dengan roadmap Sikatan? Next step-nya apa?

Kita mau apa dengan pesawat tempur itu? Kita buat dengan kelas dibawahnya K-FX, supaya tidak terkesan kita menyaingi K-FX. In case, kalau K-FX itu sukses, maka kita bisa tahu dong teknologinya apa, kita bisa nyontek disitu untuk memperkaya usaha kita. Kalau K-FX gagal, maka itu sebagai obat pelipur lara.

Kita berencana bangun workshop baru yang lebih besar dengan luas sekitar tiga hektar. Buat jadi one-stop workshop dari avionik, reverse engineering dan sebagainya. Lokasinya sudah ada, di dekat bandara (Juanda, Surabaya).

 Bagaimana dengan kurangnya “political will”?

Ya oke, omong politik. Mungkin ada pihak-pihak yang merendahkan dan memandang remeh karena mereka tidak tahu. Tapi bisa saya buktikan.

Hari ini kita tidak perang, tapi (coba) bayangkan kalau hari ini kita perang. Dan ini terjadi di negara sebelah.

Walaupun kita tidak pernah mendeclare ingin perang, tapi kalau suatu saat perang itu terjadi, pernah kan merasakan bagaimana embargo? Bagaimana suasananya? Pesawat-pesawat TNI-AU kesiapannya menurun (kan?). kita ini punya sumber daya manusia yang luar biasa, 270 juta. Kemudian sumber daya alam yang begitu besar. Tapi kita tidak pernah memanfaatkan secara maksimal.

Ibarat saya mau bikin engine, tanah di belakang (sumber dayanya) ada. Dan itu bisa, SDM dan SDA-nya. Tinggal satu yang belum: kemauan. Kemampuan ada, kemauan yang tidak (ada).

Sama seperti avionik. Saya ingat Indo Defence 2010 atau 2012, saya ngomong ngoceh-ngoceh soal avionik dengan audience yang sedikit. Tapi hari ini sudah ada 220-sekian (produk-produk) avionik Infoglobal.

Secara value, nilai avionik lebih besar dari airframe. Walaupun avionik itu bobotnya cuma segitu tapi harganya tinggi.

 Tantangan-tantangan lain?

Satu hal begini, (ada juga) orang yang bersikap seperti ini: Ah elu. (Buat barang-barang) militer. Manfaat ekonominya sejauh mana?

Soal manfaat ekonomi, kalau semua kita produksi dalam negeri, berapa company yang (bisa terlibat)? Saya sudah hitung, ada sekitar 400. Mungkin downline-nya lebih banyak lagi.

Pernah dengar proyek Eurofighter mau dibatalkan? Proyeknya merugi, pembelinya sedikit karena dia memang high-cost. Tapi akhirnya parlemen ketok palu, kenapa? Karena dalam proyek itu memperkerjakan 45.000 orang. Itu alasannya.

Kalau kita ini mau, berapa ribu yang akan ikut makan di proyek ini? Itu manfaat ekonominya disitu.

  ★
GBP  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.