Sabtu, 19 Februari 2022

PTDI Tawarkan Pesawat Patroli Maritim Ke Filipina

Dengan opsi kerjasama dengan perusahaan industri lokal https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUo5xHisIQRKMEAE4CQ8qE9AQ9qhdLMl0GzuMq75i_8i_O4Lq6C0KvWPXcfWViR5k__U9M1K3HtZYpwSyg26JTb-EW8D8X9xlHhp_EBmt-5OtCzQqmMNSwf_cw-G5UwTmtBXy1D9-DPz5j/s280/Prime+Kurniawan.jpgCN235 MPA TNI AL [Prime Kurniawan] 🛩
PTDI
, pabrikan pesawat milik negara Indonesia menawarkan dua platform pesawat patroli maritim (MPA) dengan bekerja dengan pemain industri lokal dalam proyek tersebut.

Mengutip Jane's, seorang perwakilan PTDI mengatakan bahwa perusahaan telah gagal dalam mengajukan penawaran dalam program beberapa kali sejak 2014, tetapi sekarang akan mengubah strateginya ke pendekatan yang lebih langsung.

Mengingat proses tender yang berkali-kali gagal karena alasan teknis, PTDI mengharapkan Departemen Pertahanan (DND) Filipina mulai mendekati vendor terpilih secara langsung. Untuk mengantisipasi hal tersebut, PTDI telah mulai menyusun proposal yang dapat diambil dengan perusahaan Filipina jika terpilih untuk program tersebut.

Rincian proposal ini tidak dapat diungkapkan karena masalah kerahasiaan, kata perwakilan tersebut. Namun, pesawat yang akan ditawarkan untuk program Long Range Patrol Aircraft (LRPA) masih merupakan varian pesawat patroli maritim (MPA) dari CN235, yang merupakan jenis pesawat yang sama yang telah diajukan ke DND pada upaya penawaran sebelumnya.

  Garuda Militer  

Jumat, 18 Februari 2022

Kikav 8/KSC/2 Kostrad Terima Ranpur Badak 6×6 Kanon

♞ Buatan PT. PindadBadak FSV Pindad

Didampingi oleh Tim Pusbekangad, Tim Paldam V/Brw dan Denpal Divif 2 Kostrad, 2 Ranpur Badak 6×6 Kanon mendarat di Satuan Kikav 8/KSC/2 Kostrad (17/02).

Setibanya kedua Ranpur tersebut turun dari Kendaraan transporter langsung dilaksanakan pemeriksaan fisik, materiil dan alat perlengkapan dari kedua Ranpur Badak 6×6.

Pengecekan dilaksanakan menyeluruh diharapakan kedua Ranpur tersebut dapat beroperasi dengan baik untuk mendukung tugas pokok satuan Kikav 8/KSC/2 Kostrad.

Ranpur Badak 6×6 dibuat oleh PT. Pindad berdasarkan kebutuhan TNI khususnya untuk mendukung satuan Kavaleri.

Kendaraan ini memiliki bobot 16,5 ton, dilengkapi dengan turet kaliber 90 mm serta senapan mesin kaliber 7,62 mm untuk daya gempur maksimal dan dioperasikan oleh 3 orang personel.

Mesin diesel 340 HP yang dilengkapi dengan Turbo Charge Inter Cooler mampu membawa kendaraan ini pada top speed 80 Km/h dengan daya jelajah sejauh 600 km.

Badak juga dilengkapi body protection baja anti peluru dan memiliki proteksi stanag level 3.
 

 
Divif 2 Kpstrad  

[Video] Pemasangan Mesin OPV 60 M CMS

⚓ Diposkan Bonisti⚓ Desain PC 60 [CMS]

Proses pemasangan mesin diesel generator pada pembangunan kapal patroli pesanan TNI Angkatan Laut.

Mesin ini di pasang juga pada kapal KRI Marlin 874 dan KRI Lumba-Lumba 875.

Genset menggunakan mesin diesel CUMMINS 20 KVA.

Pemasangan dilakukan di workshop PT. Caputra Mitra Sejati, Banten.
 


  🔅 Youtube  

Arah Politik Indonesia Sebagai Penentu Pemilihan Rafale

Posisi tawar Prancis di kancah internasional dan politik luar negerinya yang relatif lebih netral dibandingkan dengan negara Eropa membuat Prancis menjadi satu pilihan sumber pengadaan alutsista bagi Indonesia. Rafale [Dassault]

Indonesia memastikan akan mendatangkan 6 dari total 42 pesawat jet tempur buatan Prancis Rafale, setelah Menhan Prabowo mengumumkannya pekan lalu. Hal ini sekaligus menjawab banyak pertanyaan mengenai teka-teki pembelian jet tempur RI, pasalnya Prabowo telah melakukan kunjungan ke banyak negara.

Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya TNI Donny Ermawan Taufanto mengungkapkan bahwa alasan pemilihan Rafale Prancis memiliki dasar kuat, salah satunya faktor arah politik Indonesia di dunia internasional.

"Terkait sumber pengadaan alutsista, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif mengharuskan Indonesia untuk tidak mengikatkan diri secara apriori pada kekuatan dunia manapun. politik bebas aktif ini tercermin pada kebijakan pengadaan alutsista saat ini yang tidak berasal dari satu negara atau satu blok saja," katanya dalam Diskusi Menyongsong Pesawat Rafale yang diadakan Pusat Studi Air Power Indonesia, dikutip Jumat (18/2/22).

Pertimbangan geopolitik, geostrategi juga menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam pengadaan alutsista, selain pertimbangan faktor teknis. Karenanya, pemilihan Rafale ini sudah melalui pertimbangan yang matang, termasuk menyisihkan pengadaan alutsista dari negara adidaya lainnya.

"Di tengah kesulitan untuk mendapatkan alutsista dari Rusia, Prancis merupakan salah satu sumber pengadaan alutsista yang layak untuk dipertimbangkan," ujar Donny.

Hubungan Indonesia-Prancis yang relatif tidak banyak mengalami pasang surut juga menjadi faktor yang dipertimbangkan. Posisi tawar Prancis di kancah internasional dan politik luar negerinya yang relatif lebih netral dibandingkan dengan negara Eropa membuat Prancis menjadi satu pilihan sumber pengadaan alutsista bagi Indonesia.

"Produk industri pertahanan Perancis juga nggak kalah dibandingkan dengan produk AS dan negara Eropa lainnya, bahkan kandungan lokal dalam negeri Perancis di produk alutsista sangat tinggi," ujar Donny. (dce/dce)

 
CNBC  

Analis Militer Ungkap Keuntungan Kemenhan Beli Rafale Ketimbang Sukhoi atau F-16

Rafale [Dassault]

Analis militer dari Lab 45, Andi Widjajanto, menilai pembelian 42 pesawat tempur Rafale dari Dassault Aviation, Prancis, oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sudah tepat. Salah satunya karena produsen ini bersedia melakukan transfer teknologi ke Indonesia sesuai amanat UU Industri Pertahanan, hal yang tidak disediakan dalam pembelian produk terbaru pesawat F-16 dari Amerika Serikat maupun Sukhoi dari Rusia.

"Rafale memungkinkan itu," kata mantan Sekretaris Kabinet Presiden Joko Widodo atau Jokowi ini saat dihubungi, Selasa, 15 Februari 2022.

Sebelumnya, kesepakatan pembelian 42 pesawat tempur Rafale resmi diteken Kementerian Pertahanan dengan Dassault Aviation dari Prancis pada 10 Februari. Tahap awal ada enam pesawat, dan sisanya 36 lagi akan datang bertahap.

Meski demikian, Andi menyebut Dassault memberi syarat transfer teknologi baru bisa dilakukan kalau Kementerian Pertahanan atau Kemenhan sudah membeli 3 skuadron lebih. Mulai dari pendirian fasilitas perawaran hingga pemeliharaan. Tapi di tahap awal, Kemenhan baru membeli 6 pesawat saja.

Sehingga, kata Andi, transfer teknologi ini baru akan aktif kalau Kemenhan sudah menyelesaikan sisa 36 pembelian lainnya. "Jadi saat ini baru pengadaan murni, tanpa offset transfer teknologi," kata dia.

Sementara kalau pembelian bisa mencapai 100 unit pesawar tempur, kata Andi, maka Dassault bahkan bisa menyediakan langsung fasilitas produksi di negara pembeli. Salah satu negara yang dikabarkan mau memboyong 100 pesawat ini adalah India.

  Pengalaman India 
Rafale melakukan air refueling [Wiki]

Pada 2016, India sudah membeli 36 pesawat tempur Rafale. Lalu pada 2019, media lokal Hindustan Times juga sempat memberitakan bahwa Dassault menyatakan butuh pembelian 100 unit agar fasilitas produksi Rafale bisa dibangun langsung di India.

Di sisi lain, Indonesia saat ini punya pesawat tempur F16 dan Sukhoi. Masalahnya, kata Andi, produsen kedua pesawat tidak menyediakan kesempatan transfer teknologi ketika Indonesia ingin memberi produk terbaru yaitu F-16 Block 72 Viper maupun Sukhoi Su-35.

"Jadi itu beli aja, tidak akan ada transfer teknologi. Sukhoi juga paling dapat imbal dagang, barter," kata dia.

Dalam wawancara dengan Tempo pada tahun lalu, representatif Lockheed Martin, produsen F-16, menyatakan bahwa Indonesia memutuskan untuk menunda dulu pembelian jet tempur tersebut dan mengkaji opsi-opsi lain. Kabar yang mereka dengar, per wawancara, adalah Indonesia sudah melirik jet tempur buatan Eropa, yaitu Dassault Rafale serta Eurofighter.

Keduanya adalah pesawat jet multi peran. Walau begitu, Lockheed Martin berkeyakinan F-16 Block 72 tetaplah pesawat jet yang lebih pas untuk memperkuat TNI Angkatan Udara.

"Kami sudah menerima kabar dari Pemerintah Amerika bahwa Kementerian Pertahanan Indonesia menunda pengadaan F-16 Block 72. Kabar itu kami terima akhir Januari lalu dan yang kami paham Kementerian Pertahanan mengkaji alternatif lainnya," ujar F-16 Indonesia Business Development Director dari Lockheed Martin, Mike Kelley, pada Kamis pekan lalu, 25 Maret 2021.

Di luar F-16 dan Sukhoi-35, Andi menyebut Prabowo sudah mencoba melakukan pengadaan pesawat Eurofighter Thypoon, tapi tidak ada produk baru. Ada pula pesawat tempur Gripen dari Swedia, tapi hanya ada tipe light fighter dan tak cocok dengan Indonesia.

Pada 2020, Prabowo berniat memboyong 15 unit pesawat tempur Eurofighter Typhoon milik Angkatan Utara Austria. Tapi saat itu, muncul berbagai sorotan. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Diandra Megaputri Mengko misalnya, menilai Eurofighter Typhoon berkualitas lebih rendah dari yang sudah dimiliki Indonesia, yaitu Sukhoi seri Su-27 dan Su-30.

Kenapa membeli pesawat yang kualitas lebih rendah dari yang sudah kita punya,” kata Diandra dalam diskusi ICW, Senin, 27 Juli 2020. Walhasil, pilihan Kemenhan akhirnya jatuh ke Rafale dari Prancis.

  Nilai kontrak 
Rafale [Dassault]

Lembaga intelijen pertahanan, Janes, menyebutkan nilai kontrak 42 unit Rafale ini sekitar US$ 6,5 miliar atau setara Rp 93 triliun. Tapi sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Kemenhan soal total harga pembelian 42 pesawat tempur Rafale, dan jumlah 6 unit di tahap awal.

Dahnil Anzar Simanjuntak, juru bicara Prabowo mengatakan kontrak pembelian ini akan efektif bila sudah ada pembayaran uang muka oleh Kementerian Keuangan yang dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. "Prosedurnya tiga sampai enam bulan," kata dia saat dihubungi, Jumat, 11 Februari 2022.

Di tahap awal, pembelian baru akan dilakukan untuk enam unit jet tempur Rafale yang akan digunakan untuk TNI Angkatan Udara. Kemungkinan, kata Dahnil, pengiriman dari waktu pengaktifan kontrak untuk enam pesawat kurang lebih 56 bulan.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Rahayu Puspasari tidak memberikan informasi detail terkait berapa anggaran yang disiapkan Kemenkeu untuk pembayaran uang muka 6 pesawat Rafale ini. "Kemenkeu dalam hal perencanaan dan pelaksanaan, pihaknya akan mengikuti prinsip tata kelola yang baik sesuai UU yang berlaku," kata dia.

Ia memastikan bukan Kemenkeu yang langsung melakukan pembayaran uang muka, tapi Kemenhan. Tapi terkait uang muka ini, dokumen anggaran juga tidak memuat spesifik nama produk, nama lender, maupun jumlah unit.

Kemenkeu, kata dia, menetapkan alokasi anggaran yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri berdasarkan dokumen Blue Book, Green Book, Daftar Kegiatan dan Penetapan Sumber Pembiayaan. "Sedangkan untuk jenis barang beserta komponen di dalamnya ditentukan oleh Kementerian Pertahanan," kata dia.

 
Tempo  

C-130 Hercules A-1317 Skadron Udara 31 Mendarat Perdana di Saumlaki

 ✈️[TNI AU]

Pesawat C-130 Hercules bernomor ekor A-1317 dari Skadron Udara 31 mendarat di Bandara Mathilda Batlayeri, Saumlaki pada Senin, 14 Februari 2022.

Pesawat dengan kode penerbangan “Rajawali 17” itu diterbangkan oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Anjoe Manik.

Pesawat membawa 9 ton muatan berupa kendaraan truk, ambulance, dan peralatan lainnya.

Ini adalah pendaratan perdana pesawat Hercules di Bandara Mathilda Batlayeri sejak Lanud IG Dewanto di Kabupaten Saumlaki diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo pada 14 Januari 2022 lalu.

Komandan Lanud IG Dewanto Letkol Pas Yohanes M. Paulus menyambut kedatangan pesawat C-130 dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta tersebut.

Untuk diketahui, Lanud IG Dewanto berada di Kabupaten Saumlaki, Kepulauan Tanimbar, Maluku.

Kabupaten ini berada di pulau terluar perbatasan negara yang berhadapan langsung dengan Australia.

TNI AU melalui pemberitaannya menyebutkan, kedatangan pesawat Hercules A-1317 di Bandara Mathilda Batlayeri sekaligus merupakan komitmen TNI AU, khususnya Lanud IG Dewanto bersama pemerintah daerah setempat untuk mendukung pembangunan Kabupaten Kepulauan Tanimbar dari sisi penerbangan.

Pembangunan Pangkalan TNI Angkatan Udara (lanud) di Saumlaki merupakan implementasi dari Rencana Strategis (Renstra) TNI AU dalam menindaklanjuti komitmen pembangunan pertahanan di wilayah timur Indonesia.

Keberadaan Lanud IG Dewanto di Saumlaki di bawah Kendali Koopsau III dinilai sangat strategis untuk pertahanan negara dilihat dari segi geografisnya.

Lanud IG Dewanto secara posisi berdekatan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III yang harus diamankan.

Kawasan ini merupakan alur bebas baik dari segi laut maupun udara sehingga rawan akan terjadinya tindak pelanggaran.

Saat ini TNI AU sudah menggelar Satuan Radar 245 Saumlaki sebagai alat pertahanan udara. -RNS-
 

 
Airspace Review  

Pembelian Jet Rafale Disebut Tak Bisa Dibandingkan dengan Proyek KFX/IFX

Ungkap Tenaga Ahli PT DI Membandingkan Kecanggihan Jet Tempur Dassault Rafale dan F-15EX [Tempo]

Tenaga Ahli Bidang Pengembangan Pesawat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Andi Alisjahbana menilai kerja sama pengadaan jet tempur Dassault Rafale dari Perancis tak bisa disamakan dengan proyek pesawat tempur KFX/IFX yang merupakan proyek kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan.

Hal ini menyusul pernyataan Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas yang meminta Pemerintah cermat dalam mengelola kontrak pengadaan 42 jet tempur Dassault Rafale agar tidak terjerumus ke dalam permasalahan seperti yang terjadi pada proyek KFX/IFX.

Peringatan dari Anton juga termasuk dengan rencana Indonesia membeli 36 pesawat F-151D dari Amerika Serikat.

"Takutnya di mana? Ini nggak bisa apple to apple. Kontrak KFX/IFX dan kontrak Rafale itu totally berbeda. Program Rafale adalah murni pembelian alutsista pesawat tempur dengan pelatihan dan offset industri," ungkap Andi Alisjahbana dalam perbincangan dengan Kompas.com, Senin (14/2/2022).

Berbeda dengan pengadaan Rafale, kontrak KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan adalah kontrak pengembangan. Proyek KFX/IFX menurut Andi adalah program perancangan alutsista pesawat tempur yang melibatkan industri Indonesia.

"Pengadaan KFX/IFX kita belum pernah ada tanda tangan beli. Yang kita ada kita mengembangkan bersama. Kalau program pengadaan Rafale adalah murni pembelian sehingga uang keluar," jelasnya.

Dalam proyek KFX/IFX, Indonesia memang mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Namun hal itu disebut sebagai partisipasi sebagai modal atau saham.

Sebagain besar modal tersebut pun nantinya akan kembali lagi ke Indonesia untuk membiayai hasil kerja insinyur-insinyur Indonesia dan komponen IFX yang dibuat oleh industri Indonesia.

"Dan harus dipahami program pengadaan persenjataan yang strategis seperti pesawat tempur, kapal selam, kapal fregat, helicopter tempur itu adalah program multiyears. Malah bisa sampai puluhan tahun," terang Andi.

Mantan Direktur Pengembangan Teknologi PT DI ini juga mengungkap adanya perbedaan lain yang cukup signifikan dari proyek Rafale dan KFX/IFX. Menurut Andi, generasi kedua pesawat itu bukan berasal dari generasi yang sama dan masa penggunaannya pun berbeda.

"Rafale ini sudah didesain tahun 90-an, sama seperti ketika N250 malah. Sementara KFX ini baru dirancang mulai 2010 lah. Dan belum diproduksi, masih prototipe. Sebentar lagi masuk testing tapi testing juga lama bisa bertahun-tahun," katanya.

"KFX/IFX baru bisa mulai kita gunakan paling cepat 2030. Dan mungkin tahun 2030 cara perangnya udah beda juga, di mana mungkin KFX/IFX lebih cocok dibandingkan Rafale," sambung Andi.

Lebih lanjut, Andi mengungkap persoalan militer tak bisa dilihat dari kacamata sipil. Sebab ada banyak pertimbangan di luar persoalan untung-rugi dari sisi keuangan.

"Barang militer ini bukan keputusan biasa. Bukan keputusan kita pakai logika untung rugi atau cost benefit aja. Pertimbangannya pasti ada masalah-masalah keamanan. Kadang itu nggak bisa dilihat dari harga karena keamanan itu tidak ternilai," paparnya.

Andi mengatakan, ada pertimbangan masalah ancaman pertahanan yang harus dilihat di balik keputusan pembelian atau pengadaan alutsista, termasuk pesawat tempur. Ia memberi contoh soal pembelian jet tempur Rafale, atau rencana Pemerintah Indonesia membeli pesawat F-151D.

"Mungkin soal threat, kapan pesawat datangnya, apakah bisa dalam satu tahun sudah datang. Karena mungkin dari TNI AU dan Kementerian Pertahanan bisa memprediksi masalah dalam 4-5 tahun ke depan (yang akan dihadapi)," sebut Andi.

Suami eks Menteri PPN/Bappenas Armida Alisjahbana itu mengingatan, Pemerintah pasti memiliki pertimbangan untuk memutuskan proyek strategis pertahanan. Termasuk, kata Andi, kerja sama KFX/IFX yang bisa dianggap sebagai proyek untuk masa depan.

"Pemerintah punya judgment. Kita nggak bisa tahu semua reasonnya dan tidak bisa dinilai dengan logika sipil biasa," tukas dia.

"KFX/IFX kalau kita beli pun nantinya, tebakan kita baru akan ada di tahun 2030. Itu pun kalau sesuai jadwal. Bisa saja Korea mengalami suatu isu dan dia mau mempercepat. Tapi karena masalahnya keamanan, bukan sifatnya yang kita ketahui. Nggak seperti komersial," imbuh Andi.

Sebelumnya, Anton Aliabbas yang juga merupakan pengamat pertahanan mengingatkan Pemerintah agar pembelian jet tempur Rafale tidak berujung seperti proyek KFX/IFX.

"Mengingat besarnya biaya pembelian puluhan alutsista ini maka mekanisme dan prosedur pembayaran kontrak harus dapat diatur agar kendala dalam pembayaran kontrak pengadaan KFX/IFX dengan Korea Selatan tidak terulang kembali," kata Anton dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (14/2/2022).

  Persoalan proyek jet KFX/IFX 
Proses pembuatan prototipe KF21 Boramae Korea Selatan (ist)

Kerja sama KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan merupakan program nasional yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Proyek ini dimulai tahun 2014 di mana kerja sama berkaitan dengan kesepakatan pembagian ongkos produksi KFX/IFX. Perjanjian juga meliputi kerja sama rekayasa teknik dan pengembangan.

Kemudian di tahun 2016, Pemerintah Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI) meneken kesepakatan pembagian tugas.

Kesepakatan itu mengatur tentang porsi keterlibatan PT DI dalam program jet tempur terkait dengan desain, data teknis, spesifikasi, informasi kemampuan, pengembangan purwarupa, pembuatan komponen, serta pengujian dan sertifikasi.

Dalam kontrak kerja sama tersebut dipaparkan bahwa Pemerintah Korea Selatan menanggung 60 persen pembiayaan proyek, kemudian sisanya dibagi rata antara Pemerintah Indonesia dan Korea Aerospace Industries (KAI) masing-masing 20 persen.

Dari persentase itu, Indonesia menanggung beban pembiayaan sebesar Rp 20.3 triliun. Dari jumlah itu, Indonesia masih menunggak Rp 7.1 triliun.

Indonesia sejak masa Menhan Ryamizard Ryacudu sudah mengajukan renegosiasi meminta penurunan pembagian ongkos program menjadi 15 persen. Sementara itu pemerintah Korsel hanya menyetujui renegosiasi pembagian ongkos kontrak di angka 18,8 persen.

Masalah lain muncul ketika para insinyur PT DI yang dikirim ke Korea Selatan untuk menjadi bagian tim proyek mengeluh tidak diberi akses, termasuk dalam hal teknologi tingkat tinggi yang sensitif. Penyebab akses terhadap teknologi itu terhambat disebabkan oleh urusan diplomatik.

Korea Selatan menyatakan, Pemerintah Indonesia tidak mempunyai perjanjian akses teknologi tingkat tinggi atau sensitif dengan Amerika Serikat. Sebab, Korsel mendapatkan panduan tentang teknologi itu sebagai bagian dari kontrak pembelian jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin.

Akan tetapi, AS tidak memberikan beberapa teknologi tinggi pada jet F-35 kepada Korsel. Teknologi yang dirahasiakan itu ada pada jajaran radar pindai elektronik aktif (AESA), perangkat pencari dan pemburu inframerah (IRST), targeting pod optik elektronik (perangkat identifikasi dan pemandu amunisi presisi udara ke darat), dan perangkat pengacak frekuensi radio.

Terlepas dengan masih adanya berbagai persoalan itu, besar kemungkinan proyek KFX/IFX akan tetap berjalan. Sebab dampak kerugian finansial yang dialami bisa sangat besar jika Indonesia menarik diri dari program tersebut.

 
Kompas  

Kamis, 17 Februari 2022

Kodam hingga Lanud Baru akan Dibangun di IKN

   Ungkap Panglima TNI 
https://foto.kontan.co.id/zpMniJMxodNUBT9KNDX0ma-iaAM=/smart/2019/08/27/1479993572p.jpgIlustrasi desain IKN Nusantara [Kontan]

P
anglima TNI Jenderal Andika mengatakan, TNI akan membangun Markas Komando Daerah Militer (Kodam), Pangkalan Udara (Lanud), dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) baru di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.

Andika menjelaskan, secara keseluruhan, Kodam, Lanal, dan Lanud akan dibangun di atas lahan seluas 4.500 hektare.

"Kira-kira total semuanya darat, laut, udara itu 4.500-an hektare," ujar Andika dalam rekaman suara Penerangan Kodam (Pendam) VI/Mulawarman, Kamis (17/2/2022).

Secara lebih rinci, Andika mengungkapkan bahwa dari 4.500 hektare tersebut, 800 hektare di antaranya akan dialokasikan untuk TNI AD.

Misalnya, pembangunan Kodam baru yang juga sudah termasuk dengan para perangkatnya.

Sementara, ada 2.700 hektare yang akan dialokasikan untuk TNI AU. Jumlah lahan yang akan dialokasikan itu sudah termasuk pembangunan Lanud.

"Untuk Angkatan Udara tadi seperangkatkan termasuk Lanud 2.700 hektare, kemudian Angkatan Laut di situ ada Lanal, Armada, Pangkalan Angkatan Laut," kata Andika.

Ia berharap, pembangunan tersebut dapat berada di kawasan perluasan IKN.

"Yang di kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) ini kami alokasinya kami 300-an (hektare) ya, 380-an (hektare) kalau misalnya masih ada ruang," ungkap Andika.

Sejalan dengan pembangunan itu, Andika akan mengajukan penambahan prajurit ke Kementerian Pertahanan untuk mengisi tempat penugasan baru di IKN.

Nantinya, prajurit tersebut akan diambil dari satuan TNI yang tersebar di seluruh Tanah Air untuk bertugas di IKN.

"Kita akan ambil dari seluruh satuan di seluruh Indonesia, darat, laut, udara. Penggantinya itulah yang kita ambil dari rektrutmen-rekrutmen baru," imbuh dia.

  ★ Kompas  

Infoglobal Jajaki Kerjasama

@ Singapore Air Show 2022Dalam rangka realisasi program upgrade pesawat Hawk 100/200, Infoglobal menghadiri Singapore Air Show 2022 yang digelar pada 15-18 Februari 2022 di Changi Exhibition Center, Singapore.

Kehadiran Infoglobal dalam gelaran ini untuk melakukan penjajakan kerjasama dengan Rolls Royce terkait dengan engine Adour yang digunakan pada pesawat Hawk 100/200.

Selain dengan Rolls Royce, Adi Sasongko selaku CEO Infoglobal juga melakukan beberapa meeting penting dengan pelaku industri pertahanan global untuk memperkuat kemitraan dalam bisnis pertahanan.

Di antaranya dengan PTDI untuk menggarap pesawat N219 MPA dan Amphibious N219, serta Hensoldt untuk National Surveillance System.

Dengan penjajakan kerjasama ini, diharapkan ke depan rencana pekerjaan yang dilakukan Infoglobal dapat tersinkronisasi dan terealisasi dengan baik.
 

  🛩
Infoglobal Avionics  

[Video] 14 Manuver JAT Beri Warna Beda Pada Opening Singapore Air Show 2022

✈️  Diposkan Airmen TV TNI AU✈️ Jupiter Team TNI AU [Caroline Chia/REUTERS]

Jupiter Aerobatik Team (JAT) tampil memukau pengunjung Opening Day Singapore Airshow 2022 yang berlangsung di _Changi Exhibition Center_, Selasa (15/2/2022).

Tampil pada sesi penutup demo udara, enam pesawat JAT melakukan 14 manuver udara selama 15 menit, dengan _leader_, Jupiter 1 Mayor Pnb Ripdho "Mohawk" Utomo dan Mission Comander Kolonel Pnb Feri Yunaldi.

Penampilan The Jupiters menjadi sesi demo udara yang sangat ditunggu-tunggu, karena manuver The Jupiters menjadi satu-satunya demo udara yang menampilkan formasi 6 pesawat propeler.

Acara @singaporeairshow 2022 ini dibuka oleh Menteri Pertahanan Singapura @Ng_Eng_Hen dan Menteri Transportasi Singapura @S.Iswaran.


  ✈️ Youtube  

Proses Pembelian 42 jet Rafale Merupakan Rekor Indonesia

Pasca 1965 Rafale [Redd.it]

Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal (Purn) Chappy Hakim menilai, pembelian 42 jet tempur Rafale pabrikan Dassault Aviation asal Perancis oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dilakukan di waktu yang tepat.

Menurutnya, pembelian jet tempur generasi 4,5 ini dianggap tepat lantaran perusahaan pesawat tempur di dunia sedang gencar melakukan cuci gudang.

"Sekarang adalah saat yang tepat untuk membeli pesawat fighter jet aircraft. Seluruh pabrik pesawat terbang tempur di permukaan bumi ini memang tengah cuci gudang alias menjual obral produknya," ujar Chappy dalam diskusi virtual bertajuk "Menyongsong Pesawat Rafale" yang diinisiasi Pusat Studi Air Power Indonesia, Kamis (17/2/2022).

Chappy menyebutkan, dalam dua dekade terakhir, para perancang atau pabrik pesawat tempur canggih saat ini dalam dua pilihan, terus mengembangkan pesawat tempur atau beralih ke wahana baru bernama drone atau pesawat tanpa awak.

Menurut Chappy, perkembangan drone juga menjadi daya pikat bagi perancang pesawat tempur canggih.

Di sisi lain, Chappy mengatakan, pembelian 42 jet Rafale merupakan sebuah rekor Indonesia dalam mendatangkan pesawat tempur dari luar negeri.

"Proses pembelian sekaligus jumlah 42 jet tempur canggih dapat dikatakan memecahkan rekor jumlah pembelian pesawat terbang tempur sepanjang sejarah Indonesia pasca 1965," ungkap Chappy.

Sejalan dengan pembelian itu, Chappy menggarisbawahi bahwa keberadaan pesawat tempur merupakan salah satu subsistem dari sistem pertahanan udara yang menjadi bagian dari integral sistem pertahanan negara.

Dengan demikian, kata dia, proses pengadaan pesawat tempur pada hakikatnya sebuah upaya meningkatkan kemampuan sistem pertahanan udara nasional.

"Dalam hal ini unsur pesawat terbang tempur sekali lagi hanya merupakan salah satu saja dari sub-sub sistem pertahanan udara nasional lainnya," tegas dia.

Diketahui, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berencana memborong 42 jet tempur Rafale.

Enam di antaranya telah resmi diakuisisi. Sedangkan 36 jet tempur Rafale diklaim akan segera menyusul dalam waktu dekat.

Adapun enam unit Rafale itu sah dibeli Indonesia melalui penandatanganan yang dilakukan Kemenhan dengan pihak Dassault Aviation di Jakarta.

 
Kompas  

TNI AU Tampilkan 14 Manuver Aerobatik

✈️  Pada Singapore Air Show 2022✈️ Jupiter Team TNI AU [Caroline Chia/REUTERS]

Jupiter Aerobatic Team (JAT) milik TNI AU tampil memukau dalam ajang Singapore Air Show, Rabu 16 Februari 2022. Di hari pertama gelaran internasional itu, The Jupiters, julukan JAT l, tampil pada sesi penutup demo udara.

Sebanyak enam unit pesawat lepas landas dari Lanud Hang Nadim Batam menuju warming up area. JAT memasuki display area setelah penampilan pesawat F-35B US Marine dengan tanda panggilan Profane.

Meski langit di Changi Exhibition Center berawan, 14 manuver udara yang ditampilkan JAT berlangsung sempurna. Tim itu pun mendapat apresiasi serta decak kagum para pengunjung SAS 2022.

Diawali dengan manuver Jupiter Roll, 6 pesawat JAT melintas di depan pengungjung SAS 2022. Manuver pembuka ini sekaligus sebagai ungkapan rasa hormat The Jupiters kepada seluruh pengunjung.

Supervisor JAT tahun 2011, Marsda TNI Anang Nurhadi Susilo mengapresiasi seluruh manuver udara yang ditampilkan oleh JAT meski kondisi cuaca kurang bersahabat. Keberhasilan itu, bagi dia, menjadi bukti profesionalitas penerbang TNI AU.

"Penampilan full manuver, enam pesawat dengan 14 manuver pada cuaca berawan menujukan perfoma terbaik Jupiters pada hari ini. Hal ini menunjukkan profesionalitas penerbang TNI Angkatan Udara yang tidak diragukan lagi," ujar Anang.

Apresiasi yang sama turut disampaikan oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo. Dia merasa bangga atas apa yang telah ditampilkan.

Menurut dia, Singapura memberikan kehormatan yang luar biasa kepada Indonesia. "Hal ini merupakan sebuah pengakuan yang sangat luar biasa," ujar Suryo.

Ditambahkannya, ekspos media Singapura sejak JAT melakukan latihan masuk dalam liputan utama foto di media Screat Time. Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa kehadiran team aerobatik kebanggaan Indonesia di air show menjadi sangat penting.

"Sejak kemarin saya terus mendapatkan banyak pujian dan kekaguman para pejabat dan staf Kementerian Perhubungan Singapura. Meraka mengirimkan foto pada saat Jupiters sedang latihan demo udara, mereka kagum dan memuji kehebatan penerbang TNI AU," pungkasnya. (mhd)

  ✈️ sindonews  

[Global] Rudal Blue Spear

➶ Buatan Israel dan SingapuraRudal anti kapal IAI-ST Eng Blue Spear (Aviation Week) ★

Untuk pertama kalinya rudal canggih generasi kelima buatan perusahaan pertahanan Israel dan Singapura diperlihatkan di Singapore Airshow. Senjata ini bernama Blue Spear 5G SSM.

Video yang dirilis oleh Proteus Advanced Systems—terdiri dari Israel Aerospace Industries (IAI) dan ST Engineering Land Systems —menyatakan bahwa profil penerbangan dan eksekusi misi Blue Spear dapat diprogram oleh operatornya tetapi juga bisa sangat otomatis, tergantung pada persyaratan misi.

IAI mengatakan rudal surface-to-surface [permukaan-ke-permukaan] generasi kelima ini dirancang untuk menang dalam situasi yang diperebutkan, padat dan kompleks, bahkan ketika diadu melawan tindakan pencegahan yang semakin canggih.

Berbicara kepada Defense News di Singapore Airshow, Ron Tryfus, manajer umum Proteus Advanced Systems, mengatakan tautan data canggih Blue Spear 5G SSM dapat digunakan dalam mode fire-and-update [tembak-dan-perbarui] selain mode fire-and-forget [tembak-dan-lupakan].

Tautan data onboard juga memungkinkan rudal dilacak dalam penerbangan oleh operator.

Namun, Tryfus menolak untuk menjawab secara langsung apakah rudal tersebut dapat diprogram ulang untuk menyerang target yang berbeda ketika sudah dalam penerbangan.

Blue Spear 5G SSM, rudal canggih generasi kelima buatan perusahaan pertahanan Israel dan Singapura. [Proteus Advanced Systems]

Sebagai gantinya, dia mengatakan kepada Defense News bahwa pelanggan akan dapat menentukan jenis pembaruan di tengah jalan yang mampu dilakukan rudal saat digunakan dalam mode fire-and-update.

Dia juga menyinggung hubungan antara rudal Blue Spear dan Sea Serpent; yang terakhir adalah varian khusus yang ditawarkan oleh IAI dan Thales untuk rudal anti-kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Tryfus mengatakan IAI mengambil bagian dalam kompetisi Inggris atas nama Proteus.

Brosur produk mengonfirmasi bahwa rudal Blue Spear lebih dari sekadar senjata anti-kapal dan dapat digunakan melawan target darat di lingkungan pesisir, laut terbuka, dan darat.

Estonia memilih Blue Spear untuk pertahanan pesisir dan akan memasang sistem tersebut pada truk yang membawa kotak peluncuran rudal dalam kontainer 20 kaki. Tryfus mencatat tidak ada rencana untuk varian yang diluncurkan di udara.

Dalam rilis beritanya, IAI mengatakan bahwa sistem rudal tersebut memberikan kemampuan anti-kapal dan serangan darat gabungan yang lincah, sangat penetratif, dengan jangkauan 290 kilometer (180 mil) pada kecepatan subsonik, meskipun tinggi.

Rudal itu menyebarkan pencari pelacak radar aktif dan sistem kontrol senjata canggih untuk memberikan deteksi dan keterlibatan target yang tepat. Itu juga dapat beroperasi siang atau malam dalam semua kondisi cuaca.

Defense News dalam laporannya yang dilansir Kamis (17/2/2022) mengatakan bahwa divisi sistem darat ST Engineering bertanggung jawab atas desain, pengembangan, dan produksi subsistem utama seperti motor booster dan hulu ledak amunisi tidak sensitif, yang memiliki bobot 150 kilogram (330 pon). (min)

  sindonews