Minggu, 15 Januari 2023

Silas Papare, Pernah Jadi Intel Belanda

☆ Akhirnya Berjuang untuk Indonesia(Sumber: lanud-silaspapare.tni-au.mil.id)

Lahir dari keluarga sederhana tidak membuat Silas Papare menjadi pemuda yang biasa-biasa saja. Kegigihannya memperjuangkan pengembalian Papua dalam pangkuan NKRI, membuat nama Papare tak hanya melegenda, tapi juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Melansir Kompas, Silas Papare lahir tahun 1918 di Serui, Papua. Saat berusia sembilan tahun, Papare menempuh pendidikan di Sekolah Desa (Volkschool) selama tiga tahun. Setamatnya dari sana, ia tak langsung melanjutkan pendidikannya. Papare mengambil jeda untuk membantu keluarganya.

Setahun kemudian, ia memutuskan kembali ke bangku pendidikan di sekolah juru rawat di Serui. Meski tidak pernah spesifik mengenyam pendidikan militer, kelihaiannya menyerap ilmu dan menguasai medan menarik perhatian Belanda. Papare kemudian direkrut menjadi tenaga intelijen Belanda.

Bekerja sebagai intel, Silas Papare dikenal berprestasi. Mengutip Tirto, karir cemerlang Papare bahkan pernah diganjar penghargaan oleh pemerintah Belanda dan militer AS.

Salah satu kapal perang bernama Silas Papare (TNI AL)

Sekian lama berkiprah sebagai intel Belanda, Papare menanggalkan profesinya saat mendengar Indonesia merdeka. Kala itu, ia berbalik melawan Belanda untuk memperkuat pertahanan NKRI. Hingga pada Desember 1945, Papare bersama pemuda Irian Barat bergabung dalam Batalyon Papua merencanakan pemberontakan.

Namun, informasi itu bocor dan gagal dilaksanakan. Papare ditangkap dan dipenjara oleh Belanda. Setelah bebas, ia kembali merencanakan pemberontakan. Upayanya kembali gagal dan dia diasingkan. Kemudian pada November 1946, Papare mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Aksi tersebut membuatnya kembali ditahan Belanda. Hingga pada Oktober 1949, Papare berhasil melarikan diri ke Yogyakarta dan membentuk Badan Perjuangan Irian.

Impian terbesar Silas Papare adalah mengakhiri kekuasaan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan tanah leluhurnya. Pada 15 Agustus 1962, Papare dipercaya mewakili RI menandatangangi persetujuan New York. Akhirnya, Irian Barat resmi menjadi wilayah Republik Indonesia pada 1 Mei 1963.

Tanggal 7 Maret 1978, Silas Papare meninggal dunia. Untuk mengenang jasanya, pemerintah mengeluarkan Keppres No 77/TK/1993 untuk menganugerahinya gelar Pahlawan Indonesia pada 14 September 1993. Kini nama Silas Papare diabadikan menjadi nama pangkalan udara di Jayapura, Papua. (un)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.