Senin, 10 April 2023

[Global] Eropa Tak Boleh Jadi Pengikut AS atau China soal Taiwan

 Ungkap Marcon 
https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/dYPoSd-vgNnxLdkW5ZuO52OBFe8=/1024x964/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F08%2F04%2F643af79a-bb4e-4e7a-8214-9f4776e67984_jpg.jpgSimulasi latihan militer China kepung Taiwan (AFP)

P
residen Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Eropa tidak boleh menjadi "pengikut" Amerika Serikat atau China jika menyangkut Taiwan. Macron mengingatkan bahwa Eropa berisiko terjerat dalam "krisis yang bukan milik kita".

Dilansir kantor berita AFP, Senin (10/4/2023), komentarnya berisiko membuat marah Washington dan menyoroti perpecahan di Uni Eropa tentang cara mendekati China, seiring Amerika Serikat meningkatkan konfrontasi dengan saingan terdekatnya itu, dan Beijing semakin dekat ke Rusia setelah invasi ke Ukraina.

"Hal terburuk adalah berpikir bahwa kita orang-orang Eropa harus menjadi pengikut dan menyesuaikan diri dengan ritme Amerika dan reaksi berlebihan China," kata Macron dalam wawancara dengan harian bisnis Prancis, Les Echos usai kunjungan ke Beijing.

Pemimpin Prancis itu mengatakan bahwa "kita harus jelas di mana pandangan kita tumpang tindih dengan AS, tetapi apakah itu tentang Ukraina, hubungan dengan China atau sanksi, kita memiliki strategi Eropa."

"Kami tidak ingin masuk ke logika blok versus blok," imbuhnya, seraya mengatakan Eropa "tidak boleh terjebak dalam kekacauan dunia dan krisis yang bukan milik kita".

Diketahui bahwa China memandang Taiwan yang demokratis dan berpemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya. Beijing bahkan telah berjanji untuk merebutnya suatu hari nanti, bahkan dengan paksa jika perlu.

Marah dengan pertemuan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy minggu lalu, Beijing meluncurkan latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan, segera setelah Macron berangkat ke Prancis, termasuk simulasi serangan di wilayahnya.

Sebelumnya, Macron membahas isu Taiwan dengan Presiden China Xi Jinping pada hari Jumat lalu, selama kunjungan kenegaraan tiga hari.

Kantor kepresidenan di Istana Elysee mengatakan pembicaraan itu "padat dan jujur". Disebutkan bahwa Macron khawatir tentang "ketegangan yang meningkat di kawasan itu" yang dapat menyebabkan "kecelakaan yang mengerikan". (ita/ita)

  ★ detik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.