Jumat, 14 Juli 2023

[Global] Rusia Siap Pajang Senjata Barat yang Hancur

 Di Luar Kedubes Pendukung UkrainaTank-tank yang dipasok Barat ke Ukraina hancur dalam perang melawan Rusia. (Foto/The Russian Defense Ministry) ★

R
usia dapat memamerkan perangkat keras militer yang hancur dalam perang di luar kedutaan besar (kedubes) negara-negara Barat yang memasoknya ke Ukraina.

Gagasan itu diajukan di majelis rendah parlemen Rusia, Duma Negara, pada Rabu (12/7/2023).

Ketua Duma Vyacheslav Volodin telah menugaskan Komite Pertahanan parlemen untuk mendiskusikan gagasan tersebut dengan Kementerian Pertahanan untuk menyelesaikan rincian potensi 'pameran'.

Proposal untuk menempatkan perangkat keras (militer) yang terbakar di dekat kedutaan negara-negara yang mengirimkannya ke Ukraina sangat menarik,” ujar Volodin.

Idenya mengingatkan pada tindakan Ukraina, yang telah mengadakan pameran permanen di Kiev tentang perangkat keras militer yang dihancurkan, yang diklaimnya milik Rusia.

Ukraina juga mengirimkan tank-tank yang terbakar dalam tur ke berbagai kota di Eropa, termasuk ibu kota Jerman, Berlin.

Upaya terakhir tampaknya menjadi bumerang secara spektakuler, dengan pajangan ditutup lebih cepat dari jadwal setelah penduduk setempat berulang kali membawa bunga ke tank.

Ukraina dilaporkan mengalami kerugian besar pada peralatan yang dipasok Barat dalam sebulan terakhir.

Beberapa kendaraan tempur infanteri Bradley buatan AS dan pengangkut personel lapis baja M113 telah dihancurkan, serta modifikasi buatan Belanda, YPR-765, dan tank Leopard 2 buatan Jerman.

Kerugian terjadi saat Kiev meluncurkan serangan balasan yang telah lama digembar-gemborkan pada awal Juni. Menurut Moskow, operasi tersebut gagal mencapai keuntungan besar.

Rusia telah berulang kali meminta Barat berhenti "memompa" Ukraina dengan berbagai macam persenjataan, memperingatkan itu hanya akan memperpanjang permusuhan daripada mengubah hasil akhir mereka.

Pejabat senior di Moskow juga menegaskan memasok Kiev dengan persenjataan yang semakin canggih meningkatkan risiko konflik langsung antara Rusia dan NATO. (sya)

 
sindonews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.