Rabu, 25 Oktober 2023

TNI AL Kembangkan "Drone Kamikaze" sebagai Senjata Andalan

https://asset.kompas.com/crops/dreoTBpeqg062EKv3hqOQUmSnSE=/0x0:0x0/750x500/data/photo/2023/10/24/65376e06c681b.jpeg(Dispenal)

K
epala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menyebutkan, TNI AL sedang mengembangkan kemampuan drone Kamizake untuk digunakan sebagai senjata matra laut. Hal itu diungkapkan KSAL Ali saat meninjau IT Exhibition seminar akhir perwira siswa (Pasis) pendidikan reguler (Dikreg) Sekolah Staf dan Komando TNI AL angkatan ke-61 tahun 2023 di Auditorium Gedung Yos Soedarso, Markas Komando (Mako) Seskoal, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (23/10/2023).

Dalam seminar akhir ini, ada hal luar biasa yang dibangun oleh Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-61 yaitu mereka menciptakan drone kamikaze. Maritime drone Kamikaze ini nantinya bisa dimanfaatkan dan dikembangkan kemampuannya untuk bisa digunakan sebagai salah satu senjata andalan bagi TNI AL,” kata Ali dalam siaran pers Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal), Selasa (24/10/2023).

Maritime drone kamikaze adalah drone aspek laut yang diciptakan oleh salah satu Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-61, yakni Mayor Laut (T) Cahya Kusuma.

Cahya merupakan perwira menengah alumni S1 Teknik Mesin UGM, dan menuntaskan studi S2 dan S3 di Teknik Sistem Perkapalan ITS.

Drone kamikaze itu sedang dalam proses hak paten dengan nomor paten IPP0000056939.

Siaran pers Dispenal menyebutkan, drone kamikaze merupakan drone multiguna yang dapat digunakan sebagai unsur bantu patroli pantai di Pos TNI AL (Posal) maupun Pangkalan TNI AL (Lanal).

Drone kamikaze dapat digunakan sebagai sasaran tembak dalam latihan serangan bahaya udara dan anti-drone.

Dalam kesempatan itu, KSAL Ali juga mengatakan bahwa TNI AL ingin memaksimalkan drone atau kendaraan nirawak dan alat-alat siber untuk menghadapi ancaman hibrida.

Peralatan-peralatan siber yang ada di kapal maupun di pasukan marinir, juga unmanned system (kendaraan nirawak) juga penting karena dengan unmanned ini risiko terhadap manusia nol, tapi lebih efektif dan efisien. Dari penggunaan anggaran jauh lebih efisien dibandingkan dengan manned system,” kata Ali.

Ali mengatakan bahwa ancaman hibrida yang muncul saat ini mencakup penggunaan kombinasi kekuatan militer, politik, ekonomi, informasi, dan faktor-faktor non-militer.

Hal ini dilaksanakan untuk menciptakan kekacauan, memengaruhi opini publik, serta merusak stabilitas keamanan suatu negara atau wilayah,” ujar Ali.

Dengan demikian, lanjut dia, maka pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi menjadi suatu keharusan.

Bukan penambahan pasukan yang diutamakan, tapi penggunaan alat-alat baru, modern, alat-alat anti drone, alat-alat siber, itu yang paling diutamakan,” ucap Ali.

  ★
Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.