Last night, for the first time, French Air Force joined its Jordanian counterpart to air-drop seven tonnes of humanitarian medical aid to southern Gaza, for the Jordanian field hospital there. pic.twitter.com/I5jYDfTmSI
— Clash Report (@clashreport) January 6, 2024
Sabtu, 06 Januari 2024
French Air Force Joined Jordanian to Air Drop Seven Tonnes of Humanitarian Medical Aid to Southern Gaza
KRI Diponegoro Laksanakan Peran Jaga Perang
🛡 Selama melintas di Area Of Interest (AOI)KRI DPN 365 bersama KRI BON 907 [dispenal]
Guna merespon perkembangan situasi di sekitar perairan Teluk Aden, Bab El Mandeb dan Laut Merah, KRI Diponegoro-365 yang tergabung dalam Satgas MTF TNI Konga XXVIII-O UNIFIL di bawah komando Dansatgas Letkol Laut (P) Wirastyo Haprabu, melaksanakan Peran Jaga Perang selama melintas di Area Of Interest (AOI) dari tanggal 30 Desember 2023 s.d. 2 Januari 2024.
Dalam pelaksanaan lintas laut tersebut, KRI Diponegoro juga berusaha menjalin komunikasi dengan beberapa kapal perang asing yang tergabung di dalam CTF 151 (Counter Piracy) dan CTF 153 (Security Cooperation in Red Sea & Gulf of Aden) serta kapal perang maupun kapal sipil lainnya terutama berbendera Indonesia dalam rangka information-sharing dan memperbarui situasi terbaru.
“Kita berusaha untuk menjalin komunikasi dengan kapal-kapal perang lain untuk pertukaran informasi dan kapal-kapal komersil berbendera Indonesia untuk tetap berada di Internationaly Recomended Transit Corridor (IRTC) sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman” ungkap Dansatgas.
Hal ini dilaksanakan sesuai dengan perintah dari Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Muhammad Ali, agar setiap KRI meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan penjagaan guna mengantisipasi perkembangan situasi pada saat melintas di perairan tersebut.
Guna merespon perkembangan situasi di sekitar perairan Teluk Aden, Bab El Mandeb dan Laut Merah, KRI Diponegoro-365 yang tergabung dalam Satgas MTF TNI Konga XXVIII-O UNIFIL di bawah komando Dansatgas Letkol Laut (P) Wirastyo Haprabu, melaksanakan Peran Jaga Perang selama melintas di Area Of Interest (AOI) dari tanggal 30 Desember 2023 s.d. 2 Januari 2024.
Dalam pelaksanaan lintas laut tersebut, KRI Diponegoro juga berusaha menjalin komunikasi dengan beberapa kapal perang asing yang tergabung di dalam CTF 151 (Counter Piracy) dan CTF 153 (Security Cooperation in Red Sea & Gulf of Aden) serta kapal perang maupun kapal sipil lainnya terutama berbendera Indonesia dalam rangka information-sharing dan memperbarui situasi terbaru.
“Kita berusaha untuk menjalin komunikasi dengan kapal-kapal perang lain untuk pertukaran informasi dan kapal-kapal komersil berbendera Indonesia untuk tetap berada di Internationaly Recomended Transit Corridor (IRTC) sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman” ungkap Dansatgas.
Hal ini dilaksanakan sesuai dengan perintah dari Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Muhammad Ali, agar setiap KRI meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan penjagaan guna mengantisipasi perkembangan situasi pada saat melintas di perairan tersebut.
Jumat, 05 Januari 2024
Spesifikasi Rudal Pertahanan Pantai YJ-12E
Dirumorkan diminati TNI dan sudah disertifikasi
Uji coba penembakan rudal CM-302 (CJDBY) 🚀
Jelang tutup tahun 2023 ini, geliat pertahanan nasional kembali menggelora. Melansir dari laman indomiliter.com, TNI dikabarkan menaruh minat terhadap rudal pertahan pantai (Coastal Naval Defense Missile System) YJ-12E Buatan Tiongkok. Rudal yang juga memiliki kode nama CM-302 ini secara mengejutkan dirumorkan akan segera diakusisi oleh TNI guna menjadi rudal pertahan pantai di tubuh TNI-AL.
Tentunya kabar ini cukup mengejutkan mengingat dalam 3 tahun terakhir Kementerian Pertahan Republik Indonesia dan TNI-AL menyetujui pembelian Rudal pertahan pantai Neptune buatan Ukraina beserta kemungkinan adanya transfer of technology (TOT) dalam paket pembelian tersebut. Kemungkinan wacana mengakusisi rudal Neptune buatan Ukriana terancam batal karena kondisi saat ini negara tersebut tengah berperang dengan Rusia.
Bahkan, rumor ini dikuatkan oleh postingan dalan akun instagram Lembaga Keris (@lembagakeris) yang menyebut rudal YJ-12E telah mendapatkan sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Distlibangal) untuk proses akusisi dan kemungkinan produksi secara lokal.
Rudal yang dikembangkan dari versi anti-kapal YJ-12
Rudal jelajah anti kapal CASIC CM-302 (Asian Military Review) 🚀
Rudal pertahanan pantai YJ-12E sejatinya merupakan rudal yang dikembangkan dari rudal anti-kapal YJ-12 yang mulai memasuki dinas layanan angkatan laut Tiongkok pada tahun 2011 silam. Melansir dari laman militarytoday.com, rudal ini dikembangkan agar mampu diluncurkan dari platform darat semisal truk pengangkut atau silo peluncur di dalam tanah.
Rudal pertahan pantai yang dikembangkan oleh Tiongkok atau China ini kemudian diberi nama YJ-12B dan untuk varian ekspor diberi nama YJ-12E. Rudal ini disebutkan mampu membawa hulu ledak seberat 200-500 kg tergantung kebutuhan yang diinginkan. Sistem pelacakan rudal ini mampu mencapai target sejauh 250-400 km menggunakan sistem pelacakan radar dan inertial guidance. Namun, kemungkinan untuk varian ekspor rudal ini akan memiliki jarak dibawah yang dioperasikan oleh militer China sendiri.
Dibawa menggunakan truk pengangkut
Sertifikasi Dislitbangal untuk CM-302 Coastal Defense Missile Weapon System (Lembaga Keris) ★
Apabila dikemudian hari TNI mengakusisi rudal ini, kemungkinan besar rudal tersebut akan diletakkan ke dalam truk Wanshan WS-2600 yang juga buata China, Truk berpenggerak 5x5 ini memang dirancang sebagai truk angkut kelas berat yang mampu membawa berbagai muatan seperti tank, kendaraan tempur ringan, rudal anti pesawat dan juga rudal balistik.
Namun, apabila pembelian ini jadi terlaksana, tentunya hal ini akan cukup unik bagi pihak TNI yang kini tengah mewaspadai gerak-gerik Tiongkok yang kian menunjukkan kedigdayaan militernya di kawasan Laut China Selatan yang notabene dekat dengan wilayah teritorial Indonesia saat ini.
Uji coba penembakan rudal CM-302 (CJDBY) 🚀
Jelang tutup tahun 2023 ini, geliat pertahanan nasional kembali menggelora. Melansir dari laman indomiliter.com, TNI dikabarkan menaruh minat terhadap rudal pertahan pantai (Coastal Naval Defense Missile System) YJ-12E Buatan Tiongkok. Rudal yang juga memiliki kode nama CM-302 ini secara mengejutkan dirumorkan akan segera diakusisi oleh TNI guna menjadi rudal pertahan pantai di tubuh TNI-AL.
Tentunya kabar ini cukup mengejutkan mengingat dalam 3 tahun terakhir Kementerian Pertahan Republik Indonesia dan TNI-AL menyetujui pembelian Rudal pertahan pantai Neptune buatan Ukraina beserta kemungkinan adanya transfer of technology (TOT) dalam paket pembelian tersebut. Kemungkinan wacana mengakusisi rudal Neptune buatan Ukriana terancam batal karena kondisi saat ini negara tersebut tengah berperang dengan Rusia.
Bahkan, rumor ini dikuatkan oleh postingan dalan akun instagram Lembaga Keris (@lembagakeris) yang menyebut rudal YJ-12E telah mendapatkan sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Distlibangal) untuk proses akusisi dan kemungkinan produksi secara lokal.
Rudal yang dikembangkan dari versi anti-kapal YJ-12
Rudal jelajah anti kapal CASIC CM-302 (Asian Military Review) 🚀
Rudal pertahanan pantai YJ-12E sejatinya merupakan rudal yang dikembangkan dari rudal anti-kapal YJ-12 yang mulai memasuki dinas layanan angkatan laut Tiongkok pada tahun 2011 silam. Melansir dari laman militarytoday.com, rudal ini dikembangkan agar mampu diluncurkan dari platform darat semisal truk pengangkut atau silo peluncur di dalam tanah.
Rudal pertahan pantai yang dikembangkan oleh Tiongkok atau China ini kemudian diberi nama YJ-12B dan untuk varian ekspor diberi nama YJ-12E. Rudal ini disebutkan mampu membawa hulu ledak seberat 200-500 kg tergantung kebutuhan yang diinginkan. Sistem pelacakan rudal ini mampu mencapai target sejauh 250-400 km menggunakan sistem pelacakan radar dan inertial guidance. Namun, kemungkinan untuk varian ekspor rudal ini akan memiliki jarak dibawah yang dioperasikan oleh militer China sendiri.
Dibawa menggunakan truk pengangkut
Sertifikasi Dislitbangal untuk CM-302 Coastal Defense Missile Weapon System (Lembaga Keris) ★
Apabila dikemudian hari TNI mengakusisi rudal ini, kemungkinan besar rudal tersebut akan diletakkan ke dalam truk Wanshan WS-2600 yang juga buata China, Truk berpenggerak 5x5 ini memang dirancang sebagai truk angkut kelas berat yang mampu membawa berbagai muatan seperti tank, kendaraan tempur ringan, rudal anti pesawat dan juga rudal balistik.
Namun, apabila pembelian ini jadi terlaksana, tentunya hal ini akan cukup unik bagi pihak TNI yang kini tengah mewaspadai gerak-gerik Tiongkok yang kian menunjukkan kedigdayaan militernya di kawasan Laut China Selatan yang notabene dekat dengan wilayah teritorial Indonesia saat ini.
🚀 Suara
Kamis, 04 Januari 2024
[Video] Indonesia Punya Pabrik Drone Pertama di Asia Tenggara
Diposkan Popsains Channel
Multicopter Drone (PT Farmindo Inovasi Teknologi) ★
Pembangunan pabrik drone di Sentul, Bogor, menandai langkah maju Indonesia dalam industri teknologi dan penerbangan tanpa awak. Inisiatif untuk memproduksi beragam jenis drone tidak hanya untuk pasar konsumen, tetapi juga untuk kebutuhan militer dan operasi SAR (Search and Rescue), menunjukkan adaptasi yang luas terhadap tren penggunaan drone yang semakin meningkat di Indonesia..
Dengan adanya sekolah khusus penerbangan untuk calon pilot drone, langkah ini juga mendukung pengembangan sumber daya manusia yang ahli dalam mengoperasikan teknologi drone secara profesional. Hal ini penting karena penggunaan drone tidak hanya dalam ranah komersial tetapi juga di sektor-sektor kritis seperti keamanan dan pertolongan dalam situasi darurat.
Julius Agus Salim, sebagai Direktur Utama PT Farmindo Inovasi Teknologi, menegaskan bahwa pabrik ini merupakan respons atas permintaan yang terus meningkat terhadap penggunaan drone di Indonesia. Ini menunjukkan kesadaran perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar dan memanfaatkan peluang dalam industri yang sedang berkembang.
Berikut video dari Youtube :
Multicopter Drone (PT Farmindo Inovasi Teknologi) ★
Pembangunan pabrik drone di Sentul, Bogor, menandai langkah maju Indonesia dalam industri teknologi dan penerbangan tanpa awak. Inisiatif untuk memproduksi beragam jenis drone tidak hanya untuk pasar konsumen, tetapi juga untuk kebutuhan militer dan operasi SAR (Search and Rescue), menunjukkan adaptasi yang luas terhadap tren penggunaan drone yang semakin meningkat di Indonesia..
Dengan adanya sekolah khusus penerbangan untuk calon pilot drone, langkah ini juga mendukung pengembangan sumber daya manusia yang ahli dalam mengoperasikan teknologi drone secara profesional. Hal ini penting karena penggunaan drone tidak hanya dalam ranah komersial tetapi juga di sektor-sektor kritis seperti keamanan dan pertolongan dalam situasi darurat.
Julius Agus Salim, sebagai Direktur Utama PT Farmindo Inovasi Teknologi, menegaskan bahwa pabrik ini merupakan respons atas permintaan yang terus meningkat terhadap penggunaan drone di Indonesia. Ini menunjukkan kesadaran perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar dan memanfaatkan peluang dalam industri yang sedang berkembang.
Berikut video dari Youtube :
⏁ Youtube
Drone Elang Hitam Kembali Muncul dengan Tes Taxi
✈ Dan Akan Difokuskan pada Aerial Surveillance ✈ drone Elang Hitam (Ist)
Indonesia kembali menjadi sorotan internasional dengan kemunculan Drone Elang Hitam, sebuah pesawat nir awak buatan dalam negeri.
Sebelumnya, proyek versi kombatannya sempat dihentikan, tetapi kini drone tersebut muncul kembali untuk menjalani serangkaian uji coba.
Informasi ini dikonfirmasi melalui unggahan akun Instagram @defenceview yang membagikan gambar dan video drone tersebut di sebuah lapangan udara.
Drone Elang Hitam yang baru saja menjalani taxi test terlihat memukau dengan warna putihnya yang dihiasi stiker Elang Hitam di bagian depan.
Meskipun masih dalam tahap uji, drone ini sudah dilengkapi dengan mesin Rotax 915 dan menggunakan baling-baling dua bilah untuk meningkatkan performanya dalam kegiatan pengawasan udara.
Menurut keterangan yang diunggah oleh akun @defenceview, drone ini masih dalam tahap belajar untuk melakukan taxi tests dan tes kompas.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa saat ini Elang Hitam belum dilengkapi senjata dan difokuskan untuk keperluan sipil, terutama dalam bidang aerial surveillance.
"Elang Hitam masih difokuskan untuk aerial surveillance sehingga untuk saat ini belum bisa bawa senjata," tulis akun @defenceview.
Reaksi dari para netizen pun bermacam-macam.
Beberapa di antaranya terkejut dengan keberadaan Elang Hitam yang kembali muncul, dengan komentar seperti "Giliran mau pemilu baru dikeluarin..." dan "Mantap, drone goib."
Meskipun ada juga yang menyebutnya "Mau pilpres nongol," namun akun tersebut menegaskan bahwa drone ini saat ini masih dalam pengembangan dan belum memiliki kemampuan kombat.
Drone Elang Hitam sebelumnya mengalami perubahan signifikan pada tahun 2022.
Awalnya, proyek ini difokuskan untuk kepentingan kombatan di medan perang, namun setelah berbagai uji coba dan kendala terbang, proyek ini diubah ke versi sipil dan kehilangan kemampuan kombatannya.
Pada awalnya, drone ini direncanakan memiliki jangkauan operasi 23.000 kilometer non-stop, ketahanan terbang 30 jam siang dan malam, dengan bentang sayap 16 meter dan dapat beroperasi dalam radius 250 km dengan kecepatan 235 km/jam.
Meskipun proyek Elang Hitam mengalami penyesuaian, tetap menjadi bagian dari kebanggaan anak bangsa karena kemampuannya membuat pesawat nir awak.
Jika proyek ini berhasil, Indonesia dapat memproduksi drone ini secara mandiri untuk memperkuat pertahanan negara.
Indonesia kembali menjadi sorotan internasional dengan kemunculan Drone Elang Hitam, sebuah pesawat nir awak buatan dalam negeri.
Sebelumnya, proyek versi kombatannya sempat dihentikan, tetapi kini drone tersebut muncul kembali untuk menjalani serangkaian uji coba.
Informasi ini dikonfirmasi melalui unggahan akun Instagram @defenceview yang membagikan gambar dan video drone tersebut di sebuah lapangan udara.
Drone Elang Hitam yang baru saja menjalani taxi test terlihat memukau dengan warna putihnya yang dihiasi stiker Elang Hitam di bagian depan.
Meskipun masih dalam tahap uji, drone ini sudah dilengkapi dengan mesin Rotax 915 dan menggunakan baling-baling dua bilah untuk meningkatkan performanya dalam kegiatan pengawasan udara.
Menurut keterangan yang diunggah oleh akun @defenceview, drone ini masih dalam tahap belajar untuk melakukan taxi tests dan tes kompas.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa saat ini Elang Hitam belum dilengkapi senjata dan difokuskan untuk keperluan sipil, terutama dalam bidang aerial surveillance.
"Elang Hitam masih difokuskan untuk aerial surveillance sehingga untuk saat ini belum bisa bawa senjata," tulis akun @defenceview.
Reaksi dari para netizen pun bermacam-macam.
Beberapa di antaranya terkejut dengan keberadaan Elang Hitam yang kembali muncul, dengan komentar seperti "Giliran mau pemilu baru dikeluarin..." dan "Mantap, drone goib."
Meskipun ada juga yang menyebutnya "Mau pilpres nongol," namun akun tersebut menegaskan bahwa drone ini saat ini masih dalam pengembangan dan belum memiliki kemampuan kombat.
Drone Elang Hitam sebelumnya mengalami perubahan signifikan pada tahun 2022.
Awalnya, proyek ini difokuskan untuk kepentingan kombatan di medan perang, namun setelah berbagai uji coba dan kendala terbang, proyek ini diubah ke versi sipil dan kehilangan kemampuan kombatannya.
Pada awalnya, drone ini direncanakan memiliki jangkauan operasi 23.000 kilometer non-stop, ketahanan terbang 30 jam siang dan malam, dengan bentang sayap 16 meter dan dapat beroperasi dalam radius 250 km dengan kecepatan 235 km/jam.
Meskipun proyek Elang Hitam mengalami penyesuaian, tetap menjadi bagian dari kebanggaan anak bangsa karena kemampuannya membuat pesawat nir awak.
Jika proyek ini berhasil, Indonesia dapat memproduksi drone ini secara mandiri untuk memperkuat pertahanan negara.
Rabu, 03 Januari 2024
[Global] MURAD AESA Radar
from ASELSAN
MURAD AESA Radar (turkishdefencenews) ★
The MURAD AESA Radar developed by ASELSAN was integrated into the AKINCI Armed UAV and an unnamed jet aircraft. Flying tests are expected to gain momentum in 2024.
Work continues on the MURAD AESA Radar, which has been under development for platforms such as AKINCI Armed Unmanned Aerial Vehicle (UAV) and F-16 for some time. The radar, which was developed with national facilities, was integrated into AKINCI UAV and an unnamed jet platform.
Following optimization studies, flight tests of the MURAD AESA Radar are expected to be rapidly in 2024. It is emphasized that the experience to be gained in this field is also critical for platforms such as KIZILELMA, KAAN, HÜRJET, and ANKA-3.
Currently, the number of countries that can develop AESA Nose Radar does not exceed the fingers of one hand.
According to open sources, the functions and capabilities of the National AESA Radar are as follows.
AIR-TO-AIR FUNCTIONS
★ Long Range Search
★ Tracking While Searching
★ Multiple Target Tracking
★ Intermediate Stage Guidance
★ Weather Detection
★ Air Combat Manoeuvre
AIR-GROUND FUNCTIONS
★ Strip SAR
★ Point SAR
★ Location Mapping
★ Moving Ground Target Detection and Tracking
★ Maritime Exploration and ISAR
★ Air-Ground Distance Measurement
★ Doppler Beam Sharpening
★ Automatic Altitude Determination
CAPABILITIES
★ Multifunction Radar
★ Simultaneous Air-Air and Air-Ground Missions
★ Non-Collaborative Goal Setting
★ Automatic Target Recognition
★ Resistance to Stirring
★ Electronic Support
★ Electronic Attack
MURAD AESA Radar (turkishdefencenews) ★
The MURAD AESA Radar developed by ASELSAN was integrated into the AKINCI Armed UAV and an unnamed jet aircraft. Flying tests are expected to gain momentum in 2024.
Work continues on the MURAD AESA Radar, which has been under development for platforms such as AKINCI Armed Unmanned Aerial Vehicle (UAV) and F-16 for some time. The radar, which was developed with national facilities, was integrated into AKINCI UAV and an unnamed jet platform.
Following optimization studies, flight tests of the MURAD AESA Radar are expected to be rapidly in 2024. It is emphasized that the experience to be gained in this field is also critical for platforms such as KIZILELMA, KAAN, HÜRJET, and ANKA-3.
Currently, the number of countries that can develop AESA Nose Radar does not exceed the fingers of one hand.
According to open sources, the functions and capabilities of the National AESA Radar are as follows.
AIR-TO-AIR FUNCTIONS
★ Long Range Search
★ Tracking While Searching
★ Multiple Target Tracking
★ Intermediate Stage Guidance
★ Weather Detection
★ Air Combat Manoeuvre
AIR-GROUND FUNCTIONS
★ Strip SAR
★ Point SAR
★ Location Mapping
★ Moving Ground Target Detection and Tracking
★ Maritime Exploration and ISAR
★ Air-Ground Distance Measurement
★ Doppler Beam Sharpening
★ Automatic Altitude Determination
CAPABILITIES
★ Multifunction Radar
★ Simultaneous Air-Air and Air-Ground Missions
★ Non-Collaborative Goal Setting
★ Automatic Target Recognition
★ Resistance to Stirring
★ Electronic Support
★ Electronic Attack
Indonesian Navy Aims to Buy More Locally-Built Vessels
⚓ In 2024 Keel Laying Ceremony of TNI AL 105-metre hydro-oceanographic vessel. (Abeking & Rasmussen picture) ⚓
This month, the Indonesian Navy (TNI AL) received several domestically-built vessels as part of its modernisation programme. While none of these ships are major surface combatants, they play an important role in demonstrating TNI AL's commitment to use local products. This resonates with the government’s ambition to turn defence spending into defence investment and bolster confidence in private shipyards for naval vessel construction.
Among the navy’s latest additions is the 60-metre fast patrol ship (PC) KRI Marlin (877) which has a displacement of 520 tons and is able to attain a speed of up to 28 knots. The ship can accommodate 50 crew with an endurance of five days. KRI Marlin has several machine gun mounts and is currently fitted with an old Bofors 40 mm L/70 gun which is likely to be upgraded with a modern 40mm Remote Weapons Station (RWS) later on.
In addition, TNI AL also received one special mission combat boat that has a STANAG Level 2 ballistic protection and a top speed of 47 knots. The boat was named Jefman, an island inside Indonesia’s top diving hotspot and marine habitats of Raja Ampat. To support its combat role, Jefman has three machine gun mounts, each fitted with bulletproof shields on its front and sides.
Both vessels were built by a Batam-based private shipyard, PT Palindo Marine Batam, and handed over to the navy on December 20. In its press releases, TNI AL stated that KRI Marlin will be attached to the 2nd Fleet Command, which is based in Surabaya, East Java, while Jefman will be sent to the 3rd Fleet Command in Sorong, Southwest Papua. It is also stated that the 3rd Fleet would need nine more of these special mission boats.
Additionally, on December 8, TNI AL received one 30-metre azimuth stern drive (ASD) harbour tug boat, TD Ranai, built by PT Noahtu Shipyard in North Jakarta. Capable of reaching a maximum speed of 12 knots, the tug has a total displacement of 750 tons, accommodations for 10 crew members, and an endurance of five days. In August, the shipyard delivered two similar tug boats, TD Umsini and TD Irau, which are now operated by the 3rd Fleet. Meanwhile, TD Ranai will be stationed at the 4th Naval Main Base in Batam. These tug boats are also equipped with fire fighting and oil spill dispersant systems.
The navy is said to have ordered a total of eight tug boats from the company. This procurement is based on TNI AL’s need to modernise and expand its tugboat fleet due to the increasing number of large vessels in its inventory.
KRI Marlin 877 (TNI AL picture)
Moreover, on December 4, another private shipyard in Batam, PT Citra Shipyard, delivered two 29-metre patrol boats, KAL Sembulungan and KAL Hinako, each equipped with 1x 20mm M71/08 cannon made by a Serbian state-owned company, Yugoimport–SDPR, in its forward deck. This type of boat is mainly used to patrol waters around naval bases/posts. Powered by 2x MAN V12-1900 diesel engines with a top speed of 28 knots, the boats have the capacity to accommodate 15 crew members for three to four days at sea.
The last month of 2023 was also marked by the keel laying ceremony on December 14 for the TNI AL’s future 105-metre ocean-going hydro-oceanographic auxiliary ship. Expected to be delivered at the end of 2025, the ship is being built by PT Palindo Marine in its facility in Batam in cooperation with German shipyards, Abeking & Rasmussen and Fassmer GmbH & Co. KG.
Abeking & Rasmussen stated that once the pre-outfitted hull is completed, the ship will be sent to Weser River in Germany for final outfitting. Previous reports suggest that this cooperation is part of the technology transfer originating from the purchase of two mine countermeasures vessels (MCMV), KRI Pulau Fani (731) and KRI Pulau Fanildo (732), for TNI AL.
The ship will have a maximum top speed of 16 knots, accommodate 90 crew, and be equipped with various devices, including Autonomous Mine Detector (AUV), Conductivity, Temperature, Depth (CTD) Rosette, Light Detection and Ranging (LiDAR) Drone, Magnetometer, Multibeam Echosounder, Remotely Operated Vehicle (ROV), Side Scan Sonar, and Towed Streamer Seismic. According to TNI AL, this ship will have more sophisticated technology than any hydro-oceanographic vessel it currently operates.
More Locally-Built Vessels for TNI AL
Special mission combat boat Jefman. (TNI AL picture)
TNI AL already announced that it will order more patrol ships and special mission boats next year. In fact, according to current plans, there will be a substantial increase in naval shipbuilding activities in Indonesia in the next few years.
This expectation is based on the upcoming presidential election on February 14, 2024, where all candidates have pledged to fortify the nation’s defence, including in the domains of blue-water navy and A2/AD capabilities, as well as an increased maritime defence budget. A similar trend will happen should Indonesia accept France’s proposal for full domestic construction of two Scorpene Evolved submarines in Surabaya.
This month, the Indonesian Navy (TNI AL) received several domestically-built vessels as part of its modernisation programme. While none of these ships are major surface combatants, they play an important role in demonstrating TNI AL's commitment to use local products. This resonates with the government’s ambition to turn defence spending into defence investment and bolster confidence in private shipyards for naval vessel construction.
Among the navy’s latest additions is the 60-metre fast patrol ship (PC) KRI Marlin (877) which has a displacement of 520 tons and is able to attain a speed of up to 28 knots. The ship can accommodate 50 crew with an endurance of five days. KRI Marlin has several machine gun mounts and is currently fitted with an old Bofors 40 mm L/70 gun which is likely to be upgraded with a modern 40mm Remote Weapons Station (RWS) later on.
In addition, TNI AL also received one special mission combat boat that has a STANAG Level 2 ballistic protection and a top speed of 47 knots. The boat was named Jefman, an island inside Indonesia’s top diving hotspot and marine habitats of Raja Ampat. To support its combat role, Jefman has three machine gun mounts, each fitted with bulletproof shields on its front and sides.
Both vessels were built by a Batam-based private shipyard, PT Palindo Marine Batam, and handed over to the navy on December 20. In its press releases, TNI AL stated that KRI Marlin will be attached to the 2nd Fleet Command, which is based in Surabaya, East Java, while Jefman will be sent to the 3rd Fleet Command in Sorong, Southwest Papua. It is also stated that the 3rd Fleet would need nine more of these special mission boats.
Additionally, on December 8, TNI AL received one 30-metre azimuth stern drive (ASD) harbour tug boat, TD Ranai, built by PT Noahtu Shipyard in North Jakarta. Capable of reaching a maximum speed of 12 knots, the tug has a total displacement of 750 tons, accommodations for 10 crew members, and an endurance of five days. In August, the shipyard delivered two similar tug boats, TD Umsini and TD Irau, which are now operated by the 3rd Fleet. Meanwhile, TD Ranai will be stationed at the 4th Naval Main Base in Batam. These tug boats are also equipped with fire fighting and oil spill dispersant systems.
The navy is said to have ordered a total of eight tug boats from the company. This procurement is based on TNI AL’s need to modernise and expand its tugboat fleet due to the increasing number of large vessels in its inventory.
KRI Marlin 877 (TNI AL picture)
Moreover, on December 4, another private shipyard in Batam, PT Citra Shipyard, delivered two 29-metre patrol boats, KAL Sembulungan and KAL Hinako, each equipped with 1x 20mm M71/08 cannon made by a Serbian state-owned company, Yugoimport–SDPR, in its forward deck. This type of boat is mainly used to patrol waters around naval bases/posts. Powered by 2x MAN V12-1900 diesel engines with a top speed of 28 knots, the boats have the capacity to accommodate 15 crew members for three to four days at sea.
The last month of 2023 was also marked by the keel laying ceremony on December 14 for the TNI AL’s future 105-metre ocean-going hydro-oceanographic auxiliary ship. Expected to be delivered at the end of 2025, the ship is being built by PT Palindo Marine in its facility in Batam in cooperation with German shipyards, Abeking & Rasmussen and Fassmer GmbH & Co. KG.
Abeking & Rasmussen stated that once the pre-outfitted hull is completed, the ship will be sent to Weser River in Germany for final outfitting. Previous reports suggest that this cooperation is part of the technology transfer originating from the purchase of two mine countermeasures vessels (MCMV), KRI Pulau Fani (731) and KRI Pulau Fanildo (732), for TNI AL.
The ship will have a maximum top speed of 16 knots, accommodate 90 crew, and be equipped with various devices, including Autonomous Mine Detector (AUV), Conductivity, Temperature, Depth (CTD) Rosette, Light Detection and Ranging (LiDAR) Drone, Magnetometer, Multibeam Echosounder, Remotely Operated Vehicle (ROV), Side Scan Sonar, and Towed Streamer Seismic. According to TNI AL, this ship will have more sophisticated technology than any hydro-oceanographic vessel it currently operates.
More Locally-Built Vessels for TNI AL
Special mission combat boat Jefman. (TNI AL picture)
TNI AL already announced that it will order more patrol ships and special mission boats next year. In fact, according to current plans, there will be a substantial increase in naval shipbuilding activities in Indonesia in the next few years.
This expectation is based on the upcoming presidential election on February 14, 2024, where all candidates have pledged to fortify the nation’s defence, including in the domains of blue-water navy and A2/AD capabilities, as well as an increased maritime defence budget. A similar trend will happen should Indonesia accept France’s proposal for full domestic construction of two Scorpene Evolved submarines in Surabaya.
Selasa, 02 Januari 2024
Anggaran Besar Prabowo
Dibelanjakan hingga kapal selamOPV ITS Francesco Morosini (P431) merupakan kapal yang diminati Indonesia untuk dibeli, karena ditawarkan telah diproduksi baru siap pakai (TNI AL) ☆
Belanja modal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2023 mencapai Rp 307,3 triliun. Terbesar ada pada dua instansi, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, Selasa (2/1/2024).
"Untuk belanja modal yang sering muncul kalau kita lihat Rp 307,3 triliun naik cukup drastis 27,7% dari tahun lalu belanja modalnya karena 2023 kita ingin selesaikan banyak PSN (Proyek Strategis Nasional) yang sebisa mungkin diselesaikan sebelum pemerintahan ini selesai untuk belanja bendungan, jaringan, irigasi, jembatan dan jalan," paparnya.
Belanja modal dari Kementerian PUPR yang dipimpin oleh Menteri Basuki Hadimuljono mencapai Rp 103,6 triliun atau tumbuh 33,5%. Tujuannya yaitu membangun bendungan selesai 7 unit dan lanjutan 18 unit, irigasi baru 3.455 ha dan rehabilitasi irigasi 74.560 ha.
Selanjutnya jalan sepanjang 377,5 km dan jalan tol 217,8 km, jembatan 5.956,8 m, perumahan yang meliputi rumah susun 2.477 unit, rumah khusus 1.104 unit dan swadaya 140.593 unit.
Sementara itu Menteri Prabowo Subianto membelanjakan Rp 70,9 triliun atau naik 36%. "Untuk Kemenhan terutama untuk alutsista, sarpras dari alat angkut kapal perang, angkutan laut kendaraan tempur, rudal pesawat udara dan kapal selam ini belanja modal dari Kemenhan," pungkasnya. (mij/mij)
Belanja modal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2023 mencapai Rp 307,3 triliun. Terbesar ada pada dua instansi, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, Selasa (2/1/2024).
"Untuk belanja modal yang sering muncul kalau kita lihat Rp 307,3 triliun naik cukup drastis 27,7% dari tahun lalu belanja modalnya karena 2023 kita ingin selesaikan banyak PSN (Proyek Strategis Nasional) yang sebisa mungkin diselesaikan sebelum pemerintahan ini selesai untuk belanja bendungan, jaringan, irigasi, jembatan dan jalan," paparnya.
Belanja modal dari Kementerian PUPR yang dipimpin oleh Menteri Basuki Hadimuljono mencapai Rp 103,6 triliun atau tumbuh 33,5%. Tujuannya yaitu membangun bendungan selesai 7 unit dan lanjutan 18 unit, irigasi baru 3.455 ha dan rehabilitasi irigasi 74.560 ha.
Selanjutnya jalan sepanjang 377,5 km dan jalan tol 217,8 km, jembatan 5.956,8 m, perumahan yang meliputi rumah susun 2.477 unit, rumah khusus 1.104 unit dan swadaya 140.593 unit.
Sementara itu Menteri Prabowo Subianto membelanjakan Rp 70,9 triliun atau naik 36%. "Untuk Kemenhan terutama untuk alutsista, sarpras dari alat angkut kapal perang, angkutan laut kendaraan tempur, rudal pesawat udara dan kapal selam ini belanja modal dari Kemenhan," pungkasnya. (mij/mij)
☆ CNBC
Pengadaan Jet Tempur Mirage 2000-5 eks Qatar Akhirnya Ditunda
Anti Klimaks Pesawat tempur Mirage 2000 Angkatan Udara Qatar (FlightGlobal) ☆
Pengadaan 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 yang dibeli bekas pakai dari Qatar akhirnya mencapai anti klimaks, yakni dengan pernyataan Juru bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, yang menyebut rencana pembelian satu skadron Mirage 2000-5 dari Qatar telah ditunda. Pernyataan tersebut disampaikan Dahnil dalam acara Kabar Petang di TV One (1/1/2023).
Lewat beberapa ‘drama’, termasuk penolakan dari Komisi I DPR RI, Menhan Prabowo Subianto pada jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (6/7/2023), menjelaskan bahwa 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 yang dibeli dari Qatar, baru mempunyai jam terbang (flying hours) 30 persen, yang dikatakan 70 persen sisa jam terbang masih dapat digunakan oleh Indonesia. “Tapi sebetulnya, jam terbangnya masih lama, jadi Mirage 2000-5 ini masih punya usia pakai kira-kira 15 tahun lagi,” kata Prabowo, dikutip dari Suara.com.
Pengadaan jet tempur bekas pakai Negeri Gurun itu dimaksudnya untuk mengisi kekosongan (gap) sementara TNI AU menunggu kedatangan jet tempur Dassault Rafale, yang batch pertama baru akan tiba di Indonesia pada tahun 2026.
Salah satu penyebab ditundanya pengadaan Mirage 2000-5 adalah prioritas anggaran pertahanan, termasuk belum adanya persetujuan dari pihak Kementerian Keuangan RI. Dengan tidak datangnya Mirage 2000-5, Dahnil menyebuat Kementerian Pertahanan akan mengoptimalkan program retrofit pada armada jet tempur TNI AU, seperti F-16 dan Sukhoi Su-27/Su-30.
Terlepas dari masalah anggaran yang mendera, rencana pembelian Mirage 2000-5 sempat menjadi bola panas, setelah Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldy meminta pemerintah mengkaji ulang rencana pembelian 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Kerajaan Qatar. Menurut Bobby, langkah tersebut diperlukan agar pemerintah tidak menyalahi Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Ia menegaskan bahwa pembelian pesawat tempur seharusnya juga merujuk pada UU Industri Pertahanan. Bobby menjelaskan bahwa UU Pertahanan telah mewajibkan dalam pembelian alutsista menyertakan imbal dagang, kandungan lokal, serta beberapa persyaratan lainnya.
“Pembelian pesawat tempur harusnya mengikuti UU Nomor 16 Tahun 2012, Pasal 43 Ayat 5 tentang Indhan (industri pertahanan) yang mewajibkan pembelian alutsista menyertakan imbal dagang, kandungan lokal dan ofset yang sangat sulit bila barang bekas,” katanya. Ia juga menyarankan agar pemerintah sebaiknya membeli alutsista baru. “Sudah benar yang beli yang baru,” ujar Bobby.
Juga dalam tayangan Kabar Petang di TV one, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa yang kini menjadi Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, mengatakan bahwa rencana pembelian Mirage 2000-5 memang tidak tepat.
“Saya pernah berbicara dengan pihak pabriknya (Dassault Aviation), bahwa Mirage 2000-5 sudah tidak diproduksi, yang artinya akan ada tantangan pada aspek pemeliharaan dengan sulitnya mendapatkan suku cadang,” ujar Andika. Ia menambahkan, “suku cadang Mirage 2000-5 nantinya hanya bisa didapatkan dari negara yang masih mengoperasikan, atau dari black market, ujung-ujungnya malah menambah beban pada anggaran.” (Gilang Perdana)
Pengadaan 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 yang dibeli bekas pakai dari Qatar akhirnya mencapai anti klimaks, yakni dengan pernyataan Juru bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, yang menyebut rencana pembelian satu skadron Mirage 2000-5 dari Qatar telah ditunda. Pernyataan tersebut disampaikan Dahnil dalam acara Kabar Petang di TV One (1/1/2023).
Lewat beberapa ‘drama’, termasuk penolakan dari Komisi I DPR RI, Menhan Prabowo Subianto pada jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (6/7/2023), menjelaskan bahwa 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 yang dibeli dari Qatar, baru mempunyai jam terbang (flying hours) 30 persen, yang dikatakan 70 persen sisa jam terbang masih dapat digunakan oleh Indonesia. “Tapi sebetulnya, jam terbangnya masih lama, jadi Mirage 2000-5 ini masih punya usia pakai kira-kira 15 tahun lagi,” kata Prabowo, dikutip dari Suara.com.
Pengadaan jet tempur bekas pakai Negeri Gurun itu dimaksudnya untuk mengisi kekosongan (gap) sementara TNI AU menunggu kedatangan jet tempur Dassault Rafale, yang batch pertama baru akan tiba di Indonesia pada tahun 2026.
Salah satu penyebab ditundanya pengadaan Mirage 2000-5 adalah prioritas anggaran pertahanan, termasuk belum adanya persetujuan dari pihak Kementerian Keuangan RI. Dengan tidak datangnya Mirage 2000-5, Dahnil menyebuat Kementerian Pertahanan akan mengoptimalkan program retrofit pada armada jet tempur TNI AU, seperti F-16 dan Sukhoi Su-27/Su-30.
Terlepas dari masalah anggaran yang mendera, rencana pembelian Mirage 2000-5 sempat menjadi bola panas, setelah Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldy meminta pemerintah mengkaji ulang rencana pembelian 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 bekas Angkatan Udara Kerajaan Qatar. Menurut Bobby, langkah tersebut diperlukan agar pemerintah tidak menyalahi Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Ia menegaskan bahwa pembelian pesawat tempur seharusnya juga merujuk pada UU Industri Pertahanan. Bobby menjelaskan bahwa UU Pertahanan telah mewajibkan dalam pembelian alutsista menyertakan imbal dagang, kandungan lokal, serta beberapa persyaratan lainnya.
“Pembelian pesawat tempur harusnya mengikuti UU Nomor 16 Tahun 2012, Pasal 43 Ayat 5 tentang Indhan (industri pertahanan) yang mewajibkan pembelian alutsista menyertakan imbal dagang, kandungan lokal dan ofset yang sangat sulit bila barang bekas,” katanya. Ia juga menyarankan agar pemerintah sebaiknya membeli alutsista baru. “Sudah benar yang beli yang baru,” ujar Bobby.
Juga dalam tayangan Kabar Petang di TV one, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa yang kini menjadi Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, mengatakan bahwa rencana pembelian Mirage 2000-5 memang tidak tepat.
“Saya pernah berbicara dengan pihak pabriknya (Dassault Aviation), bahwa Mirage 2000-5 sudah tidak diproduksi, yang artinya akan ada tantangan pada aspek pemeliharaan dengan sulitnya mendapatkan suku cadang,” ujar Andika. Ia menambahkan, “suku cadang Mirage 2000-5 nantinya hanya bisa didapatkan dari negara yang masih mengoperasikan, atau dari black market, ujung-ujungnya malah menambah beban pada anggaran.” (Gilang Perdana)
Minggu, 31 Desember 2023
Spanish UAV Manufacturer Expands Regional Footprint with Indonesian Partner
The Alpha 900 UAV seen here in BAKAMLA livery at Indo Defence 2022. (Janes/Ridzwan Rahmat)
Madrid-based Alpha Unmanned Systems (AUS) has established a licensed manufacturing partnership with Indonesian company PT Indadi Venyro in a bid to expand the former's footprint across Southeast Asia.
The partnership agreement was established in April 2023 after PT Indadi Venyro agreed to invest in AUS as a minority equity partner, said the companies in a joint statement provided to Janes on 20 April.
Besides licensed manufacturing, the agreement would allow PT Indadi Venyro to provide local maintenance and support for AUS products in the region, the statement added.
The Alpha 900 UAV BAKAMLA (Bakamla)
AUS has supplied a maritime variant of its Alpha 900 rotor-wing unmanned aerial vehicle (UAV) to the Indonesian Maritime Security Agency (BAKAMLA).
These UAVs are in operation on the service's largest vessels – the 110 m patrol vessel KN Tanjung Datu (1101), and the 80 m Pulau Nipah-class patrol boat KN Pulau Marore (322).
The Alpha 900 has a maximum take-off weight of 25 kg and a maximum cruise speed of 100 km/h. At the cruising speed of 60 km/h on its full payload, the UAV has an endurance of up to 2.2 hours. The UAV has a helicopter-like configuration with a tail and main rotors.
In BAKAMLA service, the Alpha 900 has been equipped with the Epsilon 140LC dual-sensor surveillance system from Octopus ISR Systems. The surveillance system's camera sensor has a 30x optical zoom while its infrared sensor has a 4x digital zoom.
Madrid-based Alpha Unmanned Systems (AUS) has established a licensed manufacturing partnership with Indonesian company PT Indadi Venyro in a bid to expand the former's footprint across Southeast Asia.
The partnership agreement was established in April 2023 after PT Indadi Venyro agreed to invest in AUS as a minority equity partner, said the companies in a joint statement provided to Janes on 20 April.
Besides licensed manufacturing, the agreement would allow PT Indadi Venyro to provide local maintenance and support for AUS products in the region, the statement added.
The Alpha 900 UAV BAKAMLA (Bakamla)
AUS has supplied a maritime variant of its Alpha 900 rotor-wing unmanned aerial vehicle (UAV) to the Indonesian Maritime Security Agency (BAKAMLA).
These UAVs are in operation on the service's largest vessels – the 110 m patrol vessel KN Tanjung Datu (1101), and the 80 m Pulau Nipah-class patrol boat KN Pulau Marore (322).
The Alpha 900 has a maximum take-off weight of 25 kg and a maximum cruise speed of 100 km/h. At the cruising speed of 60 km/h on its full payload, the UAV has an endurance of up to 2.2 hours. The UAV has a helicopter-like configuration with a tail and main rotors.
In BAKAMLA service, the Alpha 900 has been equipped with the Epsilon 140LC dual-sensor surveillance system from Octopus ISR Systems. The surveillance system's camera sensor has a 30x optical zoom while its infrared sensor has a 4x digital zoom.
🚁 Jane's