Selasa, 30 April 2024

Penjualan Produk Pindad Naik

 Jual Barang hingga ke Timteng 
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/6/6e/Logo_PT_Pindad_%28Persero%29.png(Pindad)

K
ondisi perpoltikan global sedang memanas seiring sejumlah konflik baik di benua Eropa maupun di Timur Tengah. Sejumlah negara pun mulai meningkatkan basis pertahanannya mengantisipasi eskalasi perang di sejumlah negara.

Di tengah persoalan ini, PT Pindad yang merupakan perusahaan milik negara mendapatkan banyak orderan alat utama sistem senjata (alutsista) yang menjadi elemen penting membuat kekuatan militer sebuah negara.

"Yang paling terasa adanya dampak global ini harga bahan baku memang naik. Tapi ini juga membuka peluang kita ada order datang dari luar yang tidak tahu apakan ini terkait dengan konflik atau tidak," kata Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose, Senin (29/4/2024).

  1. Sudah peroleh kontrak hingga Rp 25 triliun 

https://static.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/750x500/webp/photo/p1/673/2024/03/17/Maung-4X4-3183114921.jpgMaung V3 Pindad (Pindad)

Pada usia ke 41, Pindad saatt ini telah memperolehan kontrak yang mencapai Rp 25,8 triliun, dengan pertumbuhan 24.7 persen dari tahun sebelumnya. Sementara angka penjualan mampu meningkat hingga mencapai nilai Rp 7,98 triliun.

Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian industri pertahanan dalam negeri senantiasa meningkat melalui kontribusi Pindad dalam menyediakan alutsista. Raihan tersebut didapat atas komitmen Pindad beserta anak perusahaan dan afiliasinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mendorong ekspor serta menyerap tenaga kerja.

Berbagai inovasi pun dilakukan dari produk yang dihasilkan seperti kendaraan tempur medium tech, Harimau dan kendaraan taktis Maung yang sudah sampai ke varian tiga, teknologi remote control weapon juga sudah menyempurnakan Panser Anoa Pindad, serta Canon 90mm yang juga menjadi kehandalan Ranpur Badak PT Pindad.

"Pembicaraan bisnis dengan sebagian Asia, Timur Tengah untuk kendaraan tempur dan amunisi kita juga ekspor ke Amerika," kata dia.

  2. Penuhi alutsista dalam negeri dengan produk lokal 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7zGw2XOPRl2L3YA4VKHL3lteAG6nDl6uvxpzSG_oPpD0eiwM24QVQsaAneNnTGF3iMozCo26996rOqlkxguCBELIEouHh1v5K02JSOTWlHHrg75pOtS1KnbQ-cr1tpUHEL7CsakZetb0eOPRXa-DBNQ5JweP9-5MhfdNnzyESnUzrwlrV7v2mCaiT3V18/s1152/MT%20Harimau_AAbE3Se.jpgMT Harimau produk Pindad (Pindad)

Abraham menuturkan, saat ini mayoritas produk Pindad sudah digunakan untuk pertahanan dalam negeri. Bukan hanya produk jadi, BUMN ini pun berusaha agar tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bida dimaksimalkan dari hasil pabrik lokal.

Produk senjata Pindad telah teruji di berbagai medan, kini semakin disempurnakan dengan senjata amfibi, Senapan Serbu Kaliber 556 yang bisa digunakan di darat maupun di bawah air.

Senjata Armo-V3 Pindad telah terdaftar di Indonesia Peace and Security Center untuk kelas produksi. Sementara untuk mengisi kebutuhan kelas sport, Pindad juga memiliki produk ternama yaitu Profender Thunder dan Protektor yang telah diakui oleh Perbakin.

"Dari sektor bahan peledak, Pindad mewujudkan kemandirian produksi dalam negeri terhadap Eldeto atau Detonator Listrik maupun Buster pada 2023," ujarnya.

  3. Harus ada perbaikan SDM dan teknologi di Pindad 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3GZ4DSBJYpnHmrkBcgbgowJ7gFZXcGZDYo6Q5vdYYCLqwHDKUL3eigSd1nbrT7XvhxBGixP-awIYzszUcbsVBdFvKq2hqS4voRGNMiUhxpk5kP7_tIR0xkYsHcYKGAyrlk6hy89Lrn05bxIV-RkM-l4z2ieh9zgdMm5doESoH8DB2ftZbbVrSxw8k/s719/325707281_857630008685988_5586797173360937967_n.jpgBadak FSV Pindad (Pindad)

Sementara itu, Komisaris PT Pindad, Mayjen TNI (Purn.) Widhioseno menuturkan, perusahaan ini terlihat sangat berkembang. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan Pindad harus semakin maju, inovatif, go global, serta berkontribusi mendukung pembangunan nasional khususnya di bidang pertahanan menuju Indonesia Emas 2045.

Dia berharap Pindad bisa segera mencapai targetkan untuk bisa berada dalam Top 100 besar industri pertahanan global, dengan menawarkan solusi produk kualitas tinggi, maupun melalui inovasi dan kemitraan strategis.

"Namun kita ketahui sendiri bahwa masih banyak tantangan yang harus diatasi dalam membangun kemandirian industri pertahanan Indonesia. Salah satu tantangan terbesar adalah kekurangan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi yang memadai untuk menambahkan produksi peralatan pertahanan yang baik dan canggih," ujarnya.

Oleh karena itu diperlukan upaya yang lebih besar dalam meningkat kualitas SDM, serta kerja sama dengan negara-negara lain dalam hal transfer teknologi.

  ★ IDN Times  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.