Senin, 06 Mei 2024

Destroyer Untuk Indonesia

⚓️ 2 Negara telah tawarkan kerjasamanya Gambaran usulan sejumlah alutsista TNI AL dalam paparan Kasal (Dispenal)

Dalam paparan alutsita yang akan diakuisisi TNI AL pada periode kedepan, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menyampaikan gambaran sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dibutuhkan dalam rencana pembangunan postur kekuatan TNI AL 2025-2044.

Dalam 20 tahun ke depan, Indonesia akan diperkuat alutsista, di antaranya kapal selam Scorpene, kapal patroli multiguna atau Offshore Patrol Vessel (OPV) PPA dari Italia hingga rencana penambahan kapal perusak (destroyer).

Dalam Kunjungannya ke China, Kasal mendapatkan penjelasan tentang kemampuan industri pertahanan strategis China antara lain Destroyer kelas 052D, kapal selam S26, pesawat Maritime Patrol Aircraft, helikopter Anti Kapal Selam (AKS), Unmanned Aerial Vehicle (UAV) maupun rudal dan meriam anti udara.

Berikut tawaran kapal Perusak yang beredar di media.

 Destroyer Type 052D 
Destroyer Type 052D (Flickr)
Dari Indomiliter, Destroyer China type 052D bisa terealisasi karena China merupakan investor kedua terbesar di Indonesia yang kuat menggelontorkan pinjaman modal untuk NKRI.

Destroyer Type 052D merupakan generasi terbaru yang dikembangkan pada tahun 2010-an oleh China Shipbuilding Industry Corporation (CSIC) dan China State Shipbuilding Corporation (CSSC).

Pengembangan destroyer Type 052D merupakan bagian dari upaya Cina untuk meningkatkan kemampuan pertahanan lautnya. Kapal ini diklaim sebagai kapal perang tercanggih yang pernah dibangun oleh Cina pada saat itu.

Type 052D mengusung bobot 7.500 ton (beban penuh), kapal perusak ini memiliki panjang 157 meter, lebar 17,2 meter, draft 6,2 meter dan awak 280 pelaut.

Type 052D Kunming-class (sebutan NATO: Luyang III) adalah salah satu generasi terbaru dari kapal perusak berpeluru kendali (DDG) Angkatan Laut Cina. Jenis perusak ini didasarkan pada pendahulunya, Type 052C DDG dan kemungkinan memiliki lambung yang sama. Namun Type 052D menggabungkan banyak perbaikan dalam hal desain serta sensor dan senjata. Type 052D dianggap setara dengan kapal perusak AEGIS Amerika Serikat (Arleigh Burke Class)

Type 052D dilengkapi dengan total 64 sel sistem peluncuran vertikal (VLS) untuk rudal hanud HHQ-9, torpedo ASW yang didorong roket Yu-8 dan rudal jelajah anti kapal YJ-18.

Empat modul ditempatkan di depan kapal di depan suprastruktur, empat lainnya di belakang, di depan hanggar helikopter. Kapal perusak ini juga dipersenjatai dengan meriam utama H/PJ-45A 130mm, CIWS H/PJ-12 30mm (8 kapal pertama di kelasnya dilengkapi dengan varian yang lebih lama: H/PJ11), SAM jarak pendek HQ-10 dan dua kapal perusak. peluncur tiga torpedo.

Rangkaian sensor yang kuat terdiri dari radar Type 346A, Type 364, Type 366, Type 517B dan Type 760, sonar yang dipasang di lambung SJD-9 dan sonar kedalaman variabel SJG-311.

Destroyer Type 052D
Selain destroyer Type 052D, ada juga Type 052DL. Varian “DL” yang baru memiliki fitur lambung yang diregangkan dan semua kapal perusak Tipe 052 baru diharapkan akan dibuat dalam varian “DL”.

Varian “DL” diperkenalkan dari kapal ke-14 di kelasnya, Zibo dengan nomer lambung 156. Lambung Type 052DL lebih panjang sekitar 4 meter dibanding Type 052D, panjang ekstra ini terutama untuk kebutuhan hanggar dan dek helikopter di buritan kapal. Modifikasi diperkenalkan untuk mengakomodasi helikopter Z-20 baru.

Type 052DL mengusung bobot 7.700 ton (beban penuh), kapal perusak ini memiliki panjang 162 meter, lebar 17,2 meter, draft 6,2 meter dan diawaki 280 pelaut.

Seperti kapal perang lainnya, destroyer Type 052D juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan yang dapat disebutkan antara lain:

1. Radar

Meskipun destroyer Type 052D dilengkapi dengan radar canggih, namun radar tersebut masih memiliki kelemahan pada jarak pendek dan pengenalan objek. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan kapal dalam menghadapi serangan dari musuh.

2. Senjata anti-kapal selam

Meskipun destroyer Type 052D dilengkapi dengan torpedo dan beberapa senjata anti-kapal selam lainnya, namun kapal ini dianggap masih kurang efektif dalam menghadapi kapal selam modern yang dilengkapi dengan teknologi canggih.

3. Kapasitas bahan bakar

Kapasitas bahan bakar destroyer Type 052D tergolong kecil dibandingkan dengan kapal perang sekelasnya. Hal ini dapat membatasi jangkauan kapal dan mengurangi kemampuan operasionalnya di laut.

4.Biaya produksi

Produksi destroyer Type 052D membutuhkan biaya yang cukup besar. Hal ini dapat membatasi jumlah kapal yang diproduksi dan juga mempengaruhi kemampuan Cina dalam memperkuat armada lautnya.

 Destroyer F110 
Ilustrasi Destroyer Navatia dengan system AEGIS
Dari media barat ANK, diberitakan Indonesia ditawarkan kapal frigate kelas Bonifaz atau di sebut F110.

Baru-baru ini Indonesia mendapat tawaran dari Navantia, Spanyol. Dari Zona Jakarta pula memberitakannya sebagai berikut:

Navantia menawarkan pembuatan kapal destroyer F110 yang saat ini tengah tahap produksi.

"Galangan kapal Navantia di Ferrol menjadi tuan rumah peletakan lunas fregat F110 yang pembangunannya dimulai pada April 2022 dan merupakan yang pertama dari lima fregat kelas F110 untuk Angkatan Laut Spanyol," jelas Naval News pada 17 Agustus 2023.

Navantia nampaknya mempercepat pembangunan F110.

Sebab AL Spanyol punya kebutuhan kapal perang yang amat banyak.

"Navantia telah mengaktifkan rencana untuk mempercepat program konstruksi, yang dimulai dengan menyempurnakan sistem produksi dengan blok percontohan dan terwujud seiring dengan kemajuan peletakan lunas ini. Pembangunan F110 unit kedua akan dimulai sebelum akhir tahun," jelasnya.

F110 (Naval News)
Kepala Staf AL Spanyol Laksamana Pineiro menjelaskan bahwa program F110 menjadi kapal perang pengganti fregat Santa Maria class.

Sehingga setelah 2030 Santa Maria class semuanya sudah dipensiunkan.

Program F-110 adalah proyek penting bagi Angkatan Laut, yang menyediakan pengganti fregat kelas Santa María yang diperlukan, sekaligus melengkapi kapasitas F-100 kami sebagai elemen dasar untuk pengembangan kemampuan armada lainnya.

Transisi ini dimungkinkan berkat kolaborasi luar biasa antara Angkatan Laut dan Navantia, yang telah berkembang selama beberapa dekade demi kepentingan bersama dalam mencari keunggulan dalam pembuatan kapal,
" jelas Pineiro.

Dan Navantia terus menjajaki kemungkinan ekspor bagi F110. Indonesia bisa jadi pelanggan pertama F110.

"F110 adalah lompatan kualitatif dalam hal kemampuan angkatan laut serta potensi industri dan teknologi Navantia dan seluruh industri yang berkolaborasi dengannya.

Dengan demikian, hal ini berkontribusi terhadap otonomi strategis Spanyol dan basis industri dan teknologi mutakhir, sehingga membuka peluang ekspor baru,
" jelasnya.

F110 merupakan kapal fregat namun setara destroyer.

 ⚓️ 
Garuda Militer  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.