Rabu, 19 Juni 2024

Scytalys Menyerahkan Program System Interoperability Kodal (SIK) kepada TNI

Pada tanggal 18 Juni 2024, perusahaan Yunani Scytalys, penyedia Sistem Interoperabilitas Pertahanan dan anggota EFA Group, berhasil menyerahkan program System Interoperability Kodal (SIK) kepada TNI setelah selesainya program senilai $ 49 juta. kontrak yang diberikan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia. Hal ini menandai tonggak penting dalam peta jalan modernisasi TNI, yaitu pembentukan Kerangka Kerja Interoperabilitas yang komprehensif dan dapat disesuaikan di seluruh sektor TNI. Dikembangkan oleh Scytalys, kerangka kerja ini memungkinkan Mabes TNI (MABES TNI) menciptakan lingkungan Interoperabilitas Network-Centric Warfare (NCW), yang memastikan kelancaran arus informasi taktis di seluruh TNI.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwIL2utgSojfOdrFwN-Xhxu7BIieca8AKdhr_6BTGRfPdWR9tSlZJKc0l1jlwbaveMqekp_FpfFOUfuu2DM8wguR3trT0NpiMl-wunIJ88RN-YNI_Y8OE6iQwDyeFmqY51CRrTmfr1sO-c4NpTu3cJ17Rzp6VO-W_ixudlcAUa93IqQE68mVN35QAv1Xg_/s828/1718791980968.jpeg (Scytalys) 🛰

Upacara peresmian resmi program SIK berlangsung pada 12 Juni 2024. Kanella Petrakou, Insinyur Senior (Integrasi & Verifikasi) Scytalys, menyatakan bahwa proyek ini merupakan momen penting dalam kolaborasi antara Scytalys dan TNI. Dimitris Karantzavelos, Presiden Scytalys, menekankan prospek masa depan perusahaan, dengan menunjukkan bahwa pencapaian mereka di Indonesia menunjukkan keahlian global Scytalys dalam inovasi pertahanan. Beliau juga menyoroti hubungan antara Yunani dan Indonesia, yang mencerminkan komitmen bersama mereka terhadap perdamaian, keamanan, dan kemajuan, yang tahun ini dirayakan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Yunani.

Program System Interoperability Kodal (SIK) berfokus pada penciptaan lingkungan Network-Centric Warfare dan mencakup pengembangan dan integrasi sistem Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (C4ISR). Inti dari program strategis ini adalah Pusat Komando dan Kontrol (C2), sebuah pusat terpusat yang menjadi tuan rumah Kerangka Interoperabilitas yang dikembangkan oleh Scytalys. Fasilitas ini mengintegrasikan berbagai sistem pertahanan untuk mendukung komunikasi dan koordinasi seluruh cabang TNI.

Komponen penting lainnya dari Program SIK adalah Standar Tautan Data Nasional Indonesia (INDL), sebuah protokol tautan data canggih yang meningkatkan interoperabilitas di antara berbagai cabang Angkatan Bersenjata Indonesia. Teknologi INDL meningkatkan kesadaran situasional dan kesiapan operasional, memberikan kedaulatan data link kepada Indonesia. Gambaran Operasional Umum (COP) dihasilkan melalui pertukaran data yang lancar antara markas besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pertahanan Udara, menggunakan produk MIMS C2 dan ULS milik Scytalys.


https://armyrecognition.com/templates/yootheme/cache/e2/Greek%20company%20Scytalys%20completes%20System%20Interoperability%20Kodal%20SIK%20program%20for%20Indonesian%20Armed%20Forces%20925%20003-e2f91d7f.webp(Scytalys) 🛰

Scytalys juga telah mendirikan Stasiun Pengawasan dan Pemantauan Terpadu di Natuna, yang terletak di Laut Cina Selatan, yang secara signifikan meningkatkan kesadaran situasional di wilayah maritim yang penting ini. Program ini juga menekankan transfer teknologi dan keterampilan kepada personel dan industri pertahanan Indonesia: Scytalys telah memberikan kursus pelatihan ekstensif di Yunani dan Indonesia, memastikan bahwa Angkatan Bersenjata Indonesia dapat sepenuhnya memanfaatkan solusi yang diterapkan.

Kepulauan Natuna memiliki kepentingan strategis bagi Indonesia karena lokasinya di Laut Cina Selatan dan lingkungannya yang kaya sumber daya. Pulau-pulau tersebut terletak dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia sebagaimana didefinisikan dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS), yang memberikan hak eksklusif kepada Indonesia untuk mengeksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut. Wilayah ini terkenal dengan kekayaan perikanan dan cadangan energi yang signifikan, termasuk salah satu ladang gas terbesar di dunia di blok East Natuna.

Pentingnya strategis Natuna semakin terlihat dari kedekatannya dengan wilayah maritim yang disengketakan. Klaim sembilan garis putus-putus Tiongkok tumpang tindih dengan ZEE Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna, sehingga sering terjadi pertemuan antara kapal Indonesia dan Tiongkok, termasuk kapal penangkap ikan dan kapal penjaga pantai. Interaksi ini memerlukan kehadiran Indonesia yang kuat untuk melindungi kedaulatan dan sumber dayanya.

Baca artikel lebih lanjut : Army Recognition

  📡 Army Recognition  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.