Rabu, 22 Februari 2012

Parchim Class

Formasi Armada KRI TNI AL
  • Sejarah Parchim Indonesia
aat Jerman Timur bersatu dengan Jerman Barat, kapal-kapal buatan blok timurpun segera dipensiunkan oleh Jerman Timur. Saat itu Indonesia tertarik untuk membeli kapal-kapal eks. Jerman Timur tersebut untuk memenuhi kebutuhan minimum kapal perang TNI AL.

Bermula dari proposal Pak Habibie pada Tahun 1992, akhirnya sebanyak 39 kapal perang eks Jerman Timur yang disimpan dipelabuhan selama 3 tahun dibeli pemerintah Indonesia. Terdiri atas 16 korvet kelas Parchim, 14 LST kelas Frosch dan 9 kapal penyapu ranjau kelas Condor. 

Maret 1992 Jerman setuju menjual kapal-kapal perangnya kepada Indonesia. Harga-harga kapal saat itu, sbb :
Parschim 600.000 DM ( sekitar 378.000 Dollar)
Frosch 550.000 DM (sekitar 346.000 Dollar)
Condor 300.000 DM (sekitar 189.000 Dollar)
total pembelian 12.600.000 USD. Harga kapal baru saat itu rata-rata 30.000.000 USD sebuah.

Tapi ternyata kondisi kapal-kapal itu sangat parah, nyaris tinggal kerangka. Bagaimana pula membawa pulang ke Indonesia, kapal rongsokan seperti itu ?

Bukan Indonesia kalau tidak kreatif. Akhirnya digelontorkanlah anggaran untuk biaya perbaikan, repowering juga untuk membawanya ke Indonesia. Saat itu diketahui bahwa kondisi kapal-kapal tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu baru layak berlayar ke Indonesia. Biaya memperbaiki kapal justru lebih mahal, pertama kali Tim Pengadaan Kapal Jerman (TPKJ) mengajukan yakni:
Parschim 23.800.000 USD
Frosch 17.300.000 USD
Condor 14.900.000 USD

Berapa total biayanya ?
Paling tidak 757,1 juta dollar AS atau 60 kali lipat dari harga belinya. 
Konon pertama kali pengajuan anggaran itu langsung ditolak Menkeu. Lalu TPKJ mengajukan proposal baru :
Parschim 12.000.000 USD
Frosch 11.700.000 USD
Condor 4.000.000 USD
biaya lainnya 137.000.000 USD
Amunisi & suku cadang untuk 5 tahun 10.000.000 USD
Total seluruhnya 482.000.000 USD ditambah 151.000.000 USD permintaan TNI-AL untuk membangun pangkalan di Teluk Rantai, Lampung.

Lagi-lagi proposal kedua ditolak, Hanya tersedia dana 319.000.000 USD. TPKJ pun tak mau ambil resiko hanya dengan dana pas-pasan tidak mungkin ke 39 kapal eks Jerman Timur itu bisa beroperasi optimal di lautan. Ditambah lagi peralatan radar dan radio eks Rusia yang sudah kadaluarsa. Kapal-kapal bekas .Jerman Timur memakai sistem peralatan IFF (Indentification Friend or Foe) standar blok timur, berbeda dengan kapal-kapal TNI-AL yang sudah mengacu standar NATO. Belum lagi awalnya kapal-kapal itu beroperasi di wilayah laut Baltik yang amat berbeda kondisi lingkungannya dengan lautan Indonesia.

RBU 6000
Biaya yang membengkak seperti inilah yang akhirnya membawa kepada polemik nasional yang berkepanjangan saat itu. Bahkan sebagai buntutnya, majalah Tempo dan tabloid Detik akhirnya kena bredel karena berita investigasinya mengenai perkara ini.

Kabar baiknya, setelah dengan polemik panjang dan usaha yang sangat keras, semua kapal perang eks Jerman Timur itu akhirnya berhasil juga dibawa ke Indonesia.

Kapal ini dimodifikasi oleh TNIAL di PAL dengan menambahkan kapasitas BBM dan melakukan pergantian mesinnya dengan beberapa type mesin, salah satunya dari semula M504A3 buatan timur yang boros diganti menjadi mesin MTU-Detroit Type 4000 M90 16V. Mesin ini memiliki jadwal perawatan harian, setiap 250 jam, setiap 750jam, dan setiap 2.250jam. Konsumsi bahan bakarnya dapat ditekan dari 33.000 liter per hari menjadi separuhnya.

Untuk pertahanan terhadap serangan udara, kapal ini dilengkapi senjata AK-230 berlaras ganda dan rudal strela. Warna korvet ini pun terbilang unik. Berbeda dengan kebanyakan AL dunia yang sering mengadopsi warna abu-abu untuk kapal-kapal perangnya, TNI-AL melaburnya dengan loreng 4 warna yang khas, hanya beberapa negara di dunia yang mengecat kapal perangnya dengan kamuflase, diantaranya Swedia dan Firlandia. Dan sekarang sudah dioperasikan untuk menjaga kedaulatan negara.

16 kapal Korvet jenis Parchim aktif di TNI AL, yaitu :
















- Semua foto dari Formil kaskus -

No lambung kapal bisa brubah dari kepala 3 menjadi kepala 8 atau sebaliknya, dikarenakan kegunaan kapal tersebut sebagai kapal patroli atau sebagai kapal perang.

Spesifikasi :
  • Bobot : 793 ton standard, 854 ton beban penuh
  • Panjang : 75.2 m
  • Lebar : 9.8 m
  • Mesin : 3 shaft M504 Diesel, 14,250 hp
  • Kecepatan : 24.7 knot
  • Jarak : 2100 nm pada 14 knot
  • Kru : 57 -60 personel 

Desain Persenjataan (versi Jerman Timur) :
  • 2 - SA-N-5 SAM
  • 2 - 57 mm gun (1x2)
  • 2 -30mm gun (1x2) or 1 - AK-630
  • 2 - RBU-6000 -peluncur roket anti kapal selam
  • 4 - 400 mm tabung torpedo
  • 60 - ranjau


Sumber :
  1. Majalah Angkasa Edisi Koleksi No 61 Kapal Perang Indonesia 
  2. Conway's all the World's Fighting Ships 1947-1995
  3. Majalah Commando vol 1. no.2 September-Oktober 2004
  4. Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.