Jumat, 25 Mei 2012

GPK Melarikan 30 Orang Irian Jaya

Kompas
Rabu, 22 Nopember 1995

 GPK Melarikan 30 Orang Irian Jaya

Yogyakarta, Kompas
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) ABRI Brigjen TNI Suwarno Adiwijoyo membenarkan berita yang menyatakan ada 30 anggota masyarakat Irian Jaya yang dibawa lari gerombolan pengacau keamanan (GPK). Bahkan, Kapuspen mengatakan dalam kontak senjata dengan aparat keamanan, seorang anggota ABRI tewas dan seorang lagi terluka.

Menurut Kapuspen yang dihubungi per-telepon dari Yogyakarta, Selasa (21/11) malam, berdasarkan laporan terakhir salah seorang yang dibawa lari itu, 19 November ditemukan tewas di perbatasan. Yang tewas diidentifikasi sebagai staf Bina Marga PU Irja bernama Danu Widayanto.

Panglima Kodam VIII/Trikora Mayjen TNI Dunidja D yang dihubungi secara terpisah membantah berita yang menyatakan GPK melakukan penyergapan dan membunuh 15 pekerja pembuatan jalan di daerah perbatasan yang dikawal empat anggota ABRI yang juga terbunuh. "Daerah di perbatasan sampai saat ini situasinya cukup aman dan terkendali. Jadi nggak ada apa-apa, kok. Nggak ada apa-apa," tuturnya Selasa malam per-telepon.

Pangdam yang baru saja selesai mengikuti acara apel Danrem-Dandim se-Indonesia di Bandung (Rabu, 22/11) mengatakan akan ke Timika, untuk melihat hasil kerja tim penyidik Kodam yang diketuai Danpomdam VIII/Trikora Kolonel CPM Sulaiman AB. Tim penyidik itu masuk dalam Tim Penyelesaian Kasus Timika (TPKT) Kodam VIII/Trikora yang diketua Brigjen TNI Amir Syarifudin, yang juga Kasdam VIII/Trikora.

 ⚔ Masih dikejar

Kapuspen menjelaskan, aksi GPK itu terjadi 8 November. Sekitar seminggu kemudian (14 November), pihak ABRI berhasil menemukan kelompok tersebut sehingga terjadi kontak senjata, satu dari anggota ABRI saat itu kemudian tewas.

"Kami masih terus melacak masalah ini," tuturnya. Yang jelas, katanya, begitu kejadian aparat langsung melakukan pengejaran dan melakukan pengamanan di berbagai desa sekitar itu.

Biasanya, kata Kapuspen, GPK tidak hanya melakukan 'penculikan' seperti itu di satu desa saja. Sebab itu, aparat keamanan segera melakukan pengamanan di tempat-tempat lain. Berkaitan dengan itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap tenang namun selalu meningkatkan kewaspadaannya.

Apa motivasi dari `penculikan' tersebut, Kapuspen memperkirakan karena GPK yang biasanya mendapat dukungan logistik dari masyarakat sekitar tidak suka kalau masyarakat menjadi pandai. "Kalau masyarakat sudah mulai semangat mengikuti pendidikan dan melakukan kegiatan yang sesuai dengan anjuran pemerintah, biasanya GPK akan ketakutan. Mereka takut masyarakat terkait tidak mau lagi memberi dukungan logistik padanya," ucapnya.

"Kejadian terakhir, ya yang terjadi di Kampung Iksan, Kecamatan Waropko, di Kabupaten Merauke.

Di mana salah satu anggota kita gugur, akibat kontak senjata dengan GPK," jelasnya.

Kejadian tersebut tidak jauh berbeda modus operandinya dengan yang terjadi di Kampung Sota, juga di Merauke. "Di mana warga desa dipaksa GPK untuk mengungsi ke sebelah (PNG - Red). Yang di kampung Iksan sana juga sama. Sekitar 50 kepala keluarga, dipaksa untuk mengungsi ke sebelah oleh GPK. Kejadiannya belum lama ini, sekitar awal minggu
lalu," jelasnya.

Hal serupa juga dikemukakan Kolonel (Inf) Maryoto, Asintel Kodam VIII/Trikora yang dihubungi Kompas di Timika. "Kejadian terakhir di perbatasan, ya cuma yang di Merauke itu. Lainnya masih belum ada," tuturnya. (nic/fan)


[sumber library.ohiou.edu]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.