Jumat, 25 Mei 2012

Jet Tempur Buatan RI-Korea Diproduksi 2020

 Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$ 8 miliar.

Ilustrasi KFX/IFX
VIVAnews - Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan kembali melakukan pertemuan bilateral guna membahas kerja sama dalam bidang industri pertahanan.

Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dan Kemhan Republik Korea yang diwakili oleh delegasi Defense Industry Cooperation Committee (DICC) mengadakan pertemuan di Gedung Kemhan, Jakarta, Kamis 24 Mei 2012.

Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) mengenai DICC antara Kemhan RI dengan Kemhan Korea.

Sekretaris Jenderal Kemhan RI, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, mengatakan, kedua negara memang memiliki kegiatan kerja sama dalam bidang industri pertahanan. "Ini pertemuan pertama kali antara Kemhan dengan perwakilan dari Korea," kata Eris.

Pertemuan kedua negara ini dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan peluang terlibat secara aktif dalam kerja sama produksi dan alih teknologi alutsista untuk mendukung pertahanan negara.

Dalam pertemuan itu juga dibahas kebijakan Indonesia dalam melokalisasi industri pertahanan serta finalisasi kerja sama pesawat latih T-50 dan kapal selam 209 class. Tak hanya itu, kedua pihak juga membahas mengenai joint development medium tank dan radio set cooperation project serta hellicopter joint production project.

"Kita membahas juga mengenai cooperation armor vehicle and propellant project serta marine patrol ship project," katanya.

Selain itu, pertemuan ini juga sekaligus melakukan pemasaran produk pertahanan bersama dengan mekanisme Transfer of Technology (ToT). Namun, belum ada pembahasan mengenai pelatihan bersama.
 Pembuatan Jet Tempur KFX/IFX

Pada kesempatan yang sama, Eris mengatakan, pembuatan pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang dilakukan bersama Korsel terus mengalami perkembangan. Hingga saat ini, tim dari kedua negara tengah mengerjakan Technical Development Test (TDT) dan diharapkan prototype pesawat tersebut telah jadi pada 2013.

"Kerja sama KFX sudah masuk pada fase Technical Development Test, dan akan berakhir tahun ini. Hingga saat ini TDT berjalan baik, dan tak mundur dari waktu yang ditentukan. Kalaupun mundur akan kami kejar," kata Eris.

Selanjutnya, para teknisi yang mengerjakan pembangunan pesawat tersebut akan memasuki Engineering Manufacturing Development (EMD). Sesuai rencana, fase EMD ini akan dikerjakan pada 2013.

"Pada 2013 akan memasuki fase Engineering Manufacturing Development, sehingga di tahun itu telah ada 6 buah prototipe pesawat KFX/IFX," katanya.

Untuk mengerjakan pembangunan pesawat dengan skema joint production ini, Indonesia telah mengirimkan 40 orang teknisinya ke Korea pertengahan tahun lalu. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$ 8 miliar. Indonesia mendapat porsi anggaran sebanyak US$ 1,6 miliar.

Pengembangan teknologi ini akan berlangsung selama delapan tahun hingga 2020. Persiapan produksi pesawat jet tempur baru dilakukan setelah 2020. (VIVAnews)
 Teknisi Indonesia Imbangi Skill Teknisi Korsel dalam Alih Teknologi Pesawat Tempur

Jakarta, InfoPublik - Teknisi Indonesia, yang dikirim ke Korea Selatan untuk alih teknologi pesawat tempur KFX/IFX, bisa mengimbangi para teknisi negeri ginseng yang merancang pesawat itu.

"Awalnya teknisi kita memang agak kesulitan mengimbangi teknisi mereka. Tapi, saat ini mereka sudah bisa mengimbangi," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Eris Herryanto usai menerima kunjungan delegasi Komite Kerjasama Industri Pertahanan (DICC) Korea Selatan, di Kantor Kemhan, Kamis (24/5).

Menurut Eris, sekitar tujuh bulan lalu, Kemhan telah mengirimkan 37 teknisi untuk tahap awal proses alih teknologi. Mereka terdiri dari enam pilot pesawat tempur TNI Angkatan Udara, tiga orang dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan, 24 teknisi dari PT Dirgantara Indonesia, dan empat dosen teknik penerbangan dari Institut Teknologi Bandung. Sepanjang 2012 ini, para teknisi diharapkan bisa menguasai pengembangan teknis pesawat KFX.

"Sampai sekarang pengembangan teknis sudah berjalan sesuai rencana. Kalau pun mundur, akan kita upayakan untuk dikejar," kata Eris.

Pada 2013, kata Eris, para teknisi harus sudah beralih pada pencapaian berikutnya, yakni pengembangan mesin dan manufaktur. Diharapkan pada tahap ini sudah bisa dibuat enam buah prototipe pesawat KFX.

Untuk mempersiapkan para teknisi, Kemhan akan mempersiapkan sarana dan prasana, sumber daya manusia, serta manajemen yang baik. "Biasanya kita akan meminta kepada pihak Korea, pengembangan apa yang bisa dilakukan lebih awal. Kita berupaya melengkapi sesuai keinginan mereka agar alih teknologi berjalan sebaik-baiknya," tambah Eris.

Khusus untuk SDM, Kemhan akan mencari teknisi yang bisa mengimbangi para teknisi Korea agar tak ada kendala dalam alih teknologi. Ke depan, Kemhan akan membagi mana yang bisa dilibatkan dalam proses alih teknologi ini, baik dari kalangan industri, akademisi, maupun dari pihak pemerintah.

Eris mengaku sebenarnya ada sedikit perbedaan yang memantik diskusi panjang dengan delegasi DICC Korea, yakni soal perbedaan sistem antara industri pertahanan dalam negeri dan di sana. "Industri pertahanan di korea murni swasta, sedangkan di Indonesia di bawah BUMN," katanya. Untuk itu, dalam kerjasamanya perlu ada beberapa poin yang harus didiskusikan.

Namun demikian, Kemhan berkomitmen bahwa alih teknologi ini tak berfokus pada hasil, melainkan pada proses. "Ini penting agar proses alih teknologi benar-benar berjalan sempurna dan Indonesia bisa segera mampu membuat pesawat tempur sendiri," kata Eris.

Pesawat tempur KFX adalah pesawat tempur generasi 4,5 atau setingkat dengan pesawat F-18 milik Amerika Serikat. Artinya, pesawat ini lebih canggih dari pesawat tempur yang dimiliki Indonesia, termasuk pesawat F-16 dan Sukhoi.

Rencananya, proyek alih teknologi ini akan berlangsung hingga 2020. Total pesawat yang akan dibuat adalah 150 unit. Indonesia akan mendapatkan sebanyak 50 unit. Total anggaran untuk pengembangan pesawat ini ditaksir sebesar 8 miliar dolar Amerika. Namun, karena Indonesia hanya mendapatkan 50 unit, maka hanya dibebankan biaya sebesar 20 persen dari total anggaran atau sebesar US$ 1,6 miliar(bipnews)

1 komentar:

  1. tahun 2020 masih lama ya .... pengen lihat pesawat tempur kita yang buatan sendiri.... hebat pisan euyyy Indonesia....

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.