Selasa, 30 Oktober 2012

Bentrok Warga di Lampung

 Bentrok Warga di Lampung, Ini Instruksi SBY

Pencegahan bentrok warga tak bisa hanya diserahkan ke Polri dan TNI.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/10/30/177506_bentrok-antar-warga-di-lampung_209_157.jpgPolisi berusaha menghalau warga yang terlibat bentrok

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta segenap pemangku kepentingan turut bertanggung jawab mengatasi aksi kekerasan horizontal yg terjadi di beberapa tempat di Indonesia, termasuk yang terbaru di Lampung. Dia minta tanggung jawab itu tidak hanya dibebankan kepada aparat kepolisian dan TNI tetapi juga pemangku kepentingan lainnya.

"Saya menyerukan semua pihak harus ikut bertanggung jawab, semua pihak peduli, semua pihak bekerja," kata SBY di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 30 Oktober 2012.

Pencegahan optimal tidak bisa hanya diserahkan pada kepolisian dan TNI. "Jangan, sekali lagi, hanya menyerahkan kepada aparat kepolisian dan komando teritorial TNI. Hanya dengan cara itu kita bisa mencegah secara optimal dan efektif," kata SBY.

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan, maksud presiden itu agar seluruh pemangku kepentingan seperti kepala daerah, tokoh masyarakat, dan masyarakat sipil, ikut bersama-sama mencegah. "Poinnya adalah jangan semua diserahkan kepada TNI dan Polri. Semua tokoh masyarakat, pemda, gubernur, bupati, itu juga ikut dalam konteks itu," kata Djoko.

Kepala Kepolisian Jenderal Timur Pradopo mengatakan insiden serupa di Lampung sebenarnya sudah berkali-kali. Penyebabnya bisa hal sepele seperti seorang pemudi diganggu kemudian memicu kemarahan. "Sehingga kita harus lebih keras lagi terutama dalam pembinaan wilayah, artinya itu bagaimana mengelola wilayah itu, masyarakat, tokoh, ulama dan pemda harus sinergi," kata Timur.

Menurut Timur, Pemerintah daerah ditempatkan sebagai garda depan untuk menyelesaikan permasalahan di Lampung. "Dan untuk pelanggaran akan kita lakukan penegakan hukum," katanya.

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan pasukannya yang siaga  di Lampung ada 5 Satuan Setingkat Kompi. (umi)

 Konflik Berdarah, Ini Permintaan Kapolri untuk Kepala Daerah

Tujuh orang tewas akibat konflik antar warga di Lampung Selatan.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/10/30/177504_bentrok-antar-warga-di-lampung_209_157.jpgKepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Timur Pradopo, meminta kepala daerah berperan aktif dalam mengatasi konflik yang terjadi di Lampung Selatan. "Tentu saja kami akan kedepankan pemerintah daerah. Kami akan tegas demi hukum," kata Timur di Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Selasa 30 Oktober 2012.

Bukan hanya di Lampung, konflik yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia juga harus diselesaikan secara bersama-sama. Penegak hukum dan pemerintah daerah. "Tentu saja ada ciri khas masing-masing daerah. Ciri khas itulah yang harus dikedepankan masyarakat untuk tindakan preventif," kata Kapolri.

Sebagaimana luas diberitakan bahwa terjadi bentrokan antar warga yang memakan korban jiwa di Lampung Selatan. Bentrokan itu terjadi semenjak Minggu, 28 Oktober 2012. Antara warga Desa Balinuraga dan Desa Agom. Tiga orang tewas. Enam rumah terbakar.

Senin, 29 Oktober 2012, pecah bentrokan di Kalianda, juga di Lampung Selatan. Tujuh orang tewas. Setidaknya 16 rumah terbakar. Kebanyakan korban tewas ditemukan di areal perkebunan dan persawahan, dengan kondisi tubuh penuh luka bacokan.

Dengan demikian, total ada 10 korban tewas dalam peristiwa bentrok yang terjadi dua hari berturut-turut itu. Sebanyak 1.200 warga Desa Balinuraga terpaksa mengungsi. Mereka ditempatkan di tiga gedung yang sudah disediakan dan mendapat pengawalan ketat aparat.

 Korban Tewas Bentrok di Lampung Jadi 7 Orang

Polda Lampung masih menyelidiki penyebab bentrok antar warga

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/10/30/177507_bentrok-antar-warga-di-lampung_209_157.jpgBentrok warga yang terjadi di Lampung Selatan, Senin 29 Oktober 2012, memakan korban tujuh nyawa. Korban terakhir meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit.

"Semua korban laki-laki dan meninggal akibat bentrok. Tidak ada yang terbakar," jelas Kabid Humas Polda Lampung, AKBP Sulistyaningsih saat dihubungi VIVAnews, Selasa 30 Oktober 2012. Sebelumnya dilaporkan, sekitar 50 rumah di Desa Balinuraga dibakar setelah warga dari Kalianda menyerang.

Dia menambahkan, semua korban tewas sedang di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek, Lampung. "Mereka warga bertikai yang sedang berhadap-hadapan. Mereka lepas dari pengamanan kami karena massa ini mencapai 10 ribu dengan areal bentrok yang luas. Sampai ke sawah-sawah," jelas Kabid Humas.

Sejauh ini, Polda Lampung tengah menyelidiki penyebab bentrok warga yang kerap melanda wilayah tersebut. Hari Minggu lalu, imbuhnya, tiga warga juga tewas dalam bentrok desa yang sama. "Total sudah 10 orang yang tewas sejak hari Minggu," imbuhnya. Polisi kini masih mencari korban-korban lainnya.

Sebanyak 1.200 warga Desa Balinuraga terpaksa mengungsi menyusul bentrok yang terjadi, kemarin. Mereka ditempatkan di tiga gedung yang sudah disediakan dan mendapat pengawalan ketat aparat. (umi)

 Anggota DPR Sesalkan Meluasnya Bentrokan Lampung

Sepuluh warga tewas akibat bentrokan berdarah itu.

Ketua Komisi III Bidang Hukum DPR, Gede Pasek Suardika, menyesalkan bentrok antar kampung di Lampung Selatan yang meluas dan merembet menjadi bentrok antar suku.

Pasek menilai kepolisian harus ikut bertanggung jawab atas bentrokan itu karena tidak berhasil mencegah dan mengatasinya. “Aparat keamanan telah gagal melaksanakan tugasnya di Lampung sehingga bentrokan melebar dan menambah korban jiwa,” kata Pasek, Selasa 30 Oktober 2012.

Politisi Demokrat itu mengatakan, pemicu bentrok Lampung Selatan seringkali berawal dari hal-hal sepele. Namun akibat lengahnya deteksi dini aparat, maka semua hal dengan mudah tersulut menjadi besar. “Ini kan bukan kasus kekerasan pertama di Lampung. Dari kasus tanah sampai kasus antar suku selalu menghiasi Lampung menjadi sejarah kelam,” ujar Pasek.

Kasus kekerasan yang terus berulang di Lampung membuat Pasek berpendapat aparat benar-benar gagal memberikan jaminan rasa keamanan dan keadilan bagi kedua kelompok bertikai di Lampung. “Kalau saja rasa keadilan dan ketegasan untuk jaminan keamanan bisa diberikan aparat, saya yakin kedua belah pihak akan saling menghormati,” kata dia.

Komisi III DPR sendiri menurutnya sudah pernah membahas potensi konflik horizontal di Lampung secara khusus, dengan belajar dari kasus Sulawesi Tengah dan Sampang. “Tapi tampaknya rekomendasi kami untuk memberikan dukungan terhadap tindakan tegas tidak dilakukan,” ujar Pasek.

Akhirnya, imbuh Pasek, meski pemicu dan potensi konflik di Lampung sudah terang-benderang, bentrok tetap terjadi. Pasek pun mengimbau warga Lampung agar tidak terprovokasi dan bisa mengendalikan diri, karena bentrok yang terjadi akan merugikan kedua belah pihak.

“Kebersamaan dalam persaudaraan perlu terus dibangun dan dijadikan semangat untuk kemajuan Lampung. Yang bersalah biar diproses hukum secara proporsional. Jangan dengan cara emosional,” kata Pasek.

Sepuluh Tewas

Senin, 29 Oktober 2012, pecah bentrok susulan antarwarga di Kalianda, Lampung Selatan. Dalam aksi tersebut, 7 orang tewas dan 16 rumah terbakar. Kebanyakan korban tewas ditemukan di areal perkebunan dan persawahan, dengan kondisi tubuh dipenuhi luka bacokan. Dua korban yang saat ini sudah bisa diidentifikasi merupakan warga Desa Balinuraga.

Sehari sebelumnya, Minggu 28 Oktober 2012, bentrokan juga pecah antara warga Desa Balinuraga dan Desa Agom, yang mengakibatkan 3 orang tewas dan 6 rumah terbakar. Bentrokan bermula ketika dua gadis asal Desa Agom yang mengendarai sepeda motor diganggu oleh pemuda asal Desa Balinuraga hingga jatuh dan mengalami luka-luka.

Meski Kepala Desa Agom dan Balinuraga telah mengadakan perjanjian damai, namun keluarga kedua gadis itu tak terima. Mereka lantas mendatangi Desa Balinuraga untuk menemui pemuda yang mengganggu itu. Namun setibanya di Desa Balinuraga, mereka langsung diserang warga setempat dengan senjata api. (sj)

 Kapolri: Bentrok Lampung Berawal dari Soal Sepele

Berawal dari dua gadis yang diganggu, merembet menjadi bentrok besar.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/10/30/177505_bentrok-antar-warga-di-lampung_209_157.jpgRibuan massa berjalan usai menyerang Desa Balinuraga di Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan, Senin 29 Oktober 2012.

Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo menyatakan, bentrok antarwarga yang terjadi di Lampung Selatan sesungguhnya berawal dari masalah sepele.

Timur mengatakan, akar persoalan dapat dirunut “mulai dari kelompok yang mengganggu kegiatan pemudi.” Seperti diketahui, Minggu 28 Oktober 2012, dua gadis asal Desa Agom yang mengendarai sepeda motor diganggu oleh pemuda asal Desa Balinuraga hingga jatuh dan mengalami luka-luka.

Meski Kepala Desa Agom dan Balinuraga telah mengadakan perjanjian damai, namun keluarga kedua gadis itu tak terima. Mereka lantas mendatangi Desa Balinuraga untuk menemui pemuda yang mengganggu itu. Namun setibanya di Desa Balinuraga, mereka langsung diserang warga setempat dengan senjata api.

“Masalah sepele ini mempengaruhi dan melatar belakangi semua,” kata Kapolri di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 30 Oktober 2012, ketika mengantar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertolak ke Inggris untuk menghadiri pertemuan puncak The Asia-Europe Meeting (ASEM).

Oleh sebab itu Kapolri meminta tokoh-tokoh masyarakat Lampung, ulama setempat, dan pemerintah daerah, bisa ikut meredam bentrok antarwarga di Lampung yang dalam dua hari ini telah menelan 10 korban jiwa dan menyebabkan 22 rumah warga terbakar.

Kapolri mengakui peristiwa bentrok antarwarga di Lampung Selatan bukan terjadi kali ini saja. “Ini sudah terjadi berkali-kali. Artinya kita harus lebih keras lagi, terutama dalam membina dan mengelola wilayah itu. Masyarakat, tokoh, ulama, dan pemda harus bersinergi,” ujar Timur.

Senin, 29 Oktober 2012, pecah bentrok susulan antarwarga di Kalianda, Lampung Selatan. Dalam aksi tersebut, 7 orang tewas dan 16 rumah terbakar. Kebanyakan korban tewas ditemukan di areal perkebunan dan persawahan, dengan kondisi tubuh dipenuhi luka bacokan. Dua korban yang saat ini sudah bisa diidentifikasi merupakan warga Desa Balinuraga.

Sehari sebelumnya, Minggu 28 Oktober 2012, bentrokan juga pecah antara warga Desa Balinuraga dan Desa Agom, yang mengakibatkan 3 orang tewas dan 6 rumah terbakar. Dengan demikian, total ada 10 korban tewas dalam peristiwa bentrok yang terjadi dua hari berturut-turut tersebut.(umi)
© VIVA.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.