Senin, 17 Desember 2012

RBS-70 : Rudal Pencegat Supersonik Jarak Dekat

rbs70-tni-ad.jpgKehadiran elemen artileri pertahanan udara (Arhanud) mutlak diperlukan untuk melindungi obyek-obyek penting negara. Salah satu arsenal Arhanud milik Indonesia adalah rudal RBS-70. Meski bukan produk baru, rudal ini masih jadi tulang punggung pertahanan udara, selain rudal Grom. Sampai saat ini RBS-70 dioperasikan oleh Batalyon Arhanud Kodam dan Kostrad. Sifatnya yang mobile, alias mudah dipindahkan dan dirakit membuat rudal buatan Saab Bofors Dynamics, Swedia ini banyak dipakai oleh militer di banyak negara. Untuk gelar operasinya, RBS-70 umumnya dipadukan dengan radar Giraffe sebagai pemandu target.

Dalam konsep rancangannya, RBS-70 dikembangkan sebagai senjata pertahanan udara yang mudah digunakan dan dapat dioperasikan dengan biaya perawatan rendah. Rudal ini mulai diproduksi pada tahun 1977. Meski masuk dalam kelas Manpads (man portable), tapi rudal ini dalam pengoperasiannya tidak bisa dipanggul, peluncur RBS-70 berikut alat bidik berupa teropong monoculer hanya bisa diletakkan pada dudukan peyangga berupa tripod yang memiliki berat 24 kg. Dengan desain model penyangga maka RBS-70 sangat ideal ditempatkan pada jip model Land Rover, seperti yang biasa digunakan oleh Arhanud TNI AD.

RBS-70 Arhanud TNI-AD
Ada 2 tipe RBS-70 yang dimiliki TNI AD, yakni RBS-70 MK-1 dan MK-2. Keduanya sama-sama berpengendali sinar laser, yang membedakan terletak pada kemampuan jarak tembaknya, MK-1 dapat menghajar target mulai dari 500 – 5.000 meter, sedangkan MK-2 bisa mengenai target mulai dari 200 – 7.000 meter. Ketinggian yang bisa dicapai pun berbeda, RBS-70 MK-1 bisa melesat hingga ketinggian 3 km, dan MK-2 hingga 4 km. Beratnya pun berbeda sedikit, bila MK-1 punya bobot 24 kg, maka MK-2 beratnya 26,5 kg.

Selain dari bentuk tabung peluncurnya, yang unik dari rudal ini adalah adanya alat bidik berupa teleskop monoculer yang memiliki pembesaran (zooming) hingga 7x. Dengan material yang sifatnya mudah dibongkar pasang, RBS-70 dapat disiapkan dalam waktu tempur sekitar 30 detik, dan waktu isi ulang 10 detik. Bahkan waktu reaksinya mencapai 8,5 detik. Dengan kecepatan luncur mencapai 1,6 Mach, RBS-70 MK-2 mempunyai kemungkikan perkenaan pada target antara 70 – 90 persen.

Dengan beragam kehandalannya, RBS-70 terbilang rudal SHORAD yang laris dipasaran, tercatat ada 18 negara yang menggunakan rudal ini, yakni Swedia, Australia, Argentina, Bahrain, Brazil, Czech, Finlandia, Jerman, Indonesia, Iran, Irlandia, Latvia, Noorwegia, Pakistan, Singapura, Thailand, Tunisia, dan Uni Emirate Arab. Dilihat dari populasinya, RBS-70 masuk kategori rudal ASEAN, sebab banyak digunakan oleh negara-negara tetangga, mirip dengan Rapier yang juga dimiliki oleh Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam.

Di lingkungan TNI AD, setidaknya ada dua satuan yang mengoperasikan RBS-70, yakni Yon Arhanudse 15/Dahana Bhaladika Yudha, merupakan satuan bantuan tempur yang berada di lingkungan Kodam IV/Diponegoro, berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah. Lalu ada lagi Yon Arhanudri 2 Divisi Infantri 2 Kostrad yang berkedudukan di Malang, Jawa Timur. 

Gelar Operasi RBS-70 

Unit peluncur RBS-70 dapat dioperasikan secara mandiri, atau bisa pula di setting dalam konfigurasi dengan beberapa unit peluncur, yakni membentuk beterai anti pesawat dengan dukungan radar Giraffe. Konsep gelar operasi ini juga umum digunakan oleh Arnanud TNI AD. Umumnya konfigurasi ini mencakup sembilan peluncur RBS-70 dengan rentang jarak antar peluncur sekitar 4 km yang dapat melindungi area selular 175 km2. Fungsi radar Giraffe disini untuk men-supplay data-data dan informasi target ke setiap unit peluncur.(Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Bofors RBS-70 :


Panjang rudal : 1,32 meter
Panjang tabung rudal : 1,735 meter
Diamter tabung : 0,152 meter
Diameter rudal : 0,106 meter
Berat
Rudal tipe MK-1 : 24 kg
Rudal tipe MK-2 : 26,5 kg
Pengendalian : berkas sinar laser
Hulu ledak : MK-1, pecahan impact dan proximity fuze
Kecepatan : supersonik
Jarak Capai
MK-1 : 200 – 5000 meter
MK-2 : 200 – 7000 meter
Ketinggian
MK-1 : 3000 meter
MK-2 : 4000 meter
Alat bidik
Teleskop : monoculer
Pembesaran : 7x
Bidang panjang : 90
Tanki pendingin : 0,7 liter
Berat : 36 kg
Penyangga
Berat : 24 kg
Pengaturan kerataan : max 40
Batasan kerja
Azimuth : 3600
Elevasi : 100 s/d 450
Jumlah awak : 7 orang
Pabrik pembuat : Bofors – Swedia

© Indomiliter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.