Kamis, 14 Februari 2013

Baret Kena Lemparan Telur, TNI Bubarkan Unjuk Rasa

 Malang  Ratusan mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Komite Mahasiswa dan Masyarakat Anti-Mafia Hukum (Kommah) Malang, Jawa Timur, menggelar aksi unjuk rasa di depan Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Malang, Rabu 13/2/2013). Namun, aksi demo menolak makelar kasus tersebut berakhir ricuh. Ironisnya, massa dibubarkan oleh beberapa anggota TNI yang berseragam.

Awalnya, aksi massa berlangsung tertib. Mahasiswa dan masyarakat secara bergantian berorasi menuntut Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kota Malang, Weny Gustiati, dicopot dari jabatannya karena tidak bisa menyelesaikan beberapa kasus korupsi yang ditanganinya.


"Kasus korupsi tak bisa ditanganinya karena diduga pihak Kejari di bawah kendali markus (makelar kasus, red). Dari itu, kita menuntut Kajari Kota Malang harus dicopot," ujar Wawan Eko, koordinator aksi dalam orasinya, Rabu (13/2/2013).


Dalam aksinya, demonstran sempat mencoba menerobos barisan personel kepolisian yang berjaga di depan pintu pagar masuk halaman kantor Kejari. Akibatnya, terjadi aksi saling dorong antara massa dan personel kepolisian.


Massa tetap memaksa masuk ke halaman Kejari, tetapi gagal. Massa pun emosi, lalu melemparkan tomat dan telur ke halaman Kejari. Sementara di depan ratusan massa juga ikut serta mengamankan beberapa anggota TNI yang bersatu dengan barisan polisi.


Lemparan telur tersebut mengenai baret Serka Suwendi, salah satu anggota TNI dari Koramil Kecamatan Blimbing. Serka Suwendi dan teman-temannya pun emosi dan mengamuk hendak membubarkan unjuk rasa.


Akibatnya, terjadi aksi saling kejar antara beberapa anggota TNI dan mahasiswa demonstran. Massa terpaksa mundur. Pihak kepolisian terlihat tak bisa berbuat banyak.


"Bubar, bubar. Aksi ini harus bubar. Saya Babinsa, saya pakai baju loreng. Lemparan telur mengenai baret TNI. Ini harga diri TNI," teriaknya sembari mendorong massa agar membubarkan diri.


Sementara itu, Ketua Kommah, Sahmawi alias Awing, kepada Kompas.com menyatakan bahwa TNI tidak berwenang ikut campur mengamankan aksi dan membubarkan demonstran. "Apalagi saat itu anggota TNI berada di depan massa. Itu sudah tidak benar," kata Awing.


Menurut Awing, tujuan aksi tersebut hanya untuk mengingatkan pihak kejaksaan agar profesional dalam mengungkap kasus korupsi.


"Selama ini, tak ada satu pun kasus yang bisa dituntaskan. Makanya, kami mendesak Kajari segera dicopot," ujarnya.


Awing menambahkan, banyak kasus di Kejari yang ditunggangi oleh oknum mafia hukum dan "makelar" kasus. Salah satunya adalah kasus sengketa PT Hardlent.


"Saya yakin, kalau Kajari masih dijabat Weny Gustiati, institusi Kejari akan hancur dan tidak akan dipercaya masyarakat," kata Awing.


Massa yang berunjuk rasa tidak ditemui oleh Kajari Weny Gustiati karena yang bersangkutan sedang berada di luar kota. "Katanya Kajari tidak ada di tempat, sedang ada di luar kota. Kami tidak mau kalau tidak ditemui langsung oleh Kajari," katanya.


Kajari Kota Malang Weny Gustiati beberapa kali dihubungi Kompas.com untuk dimintai konfirmasi, tetapi telepon selulernya sedang tidak aktif.

  ● Kompas  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.