Helikopter
Super Puma milik TNI yang akan mengevakuasi delapan jenazah tentara
yang tewas tertembak di Papua ditembaki oleh kelompok bersenjata, Jumat
22 Februari 2013. Sehingga, proses evakuasi jenazah delapan prajurit itu
harus ditunda.
"Kami harus menunda proses evakuasi, karena helikopter Super Puma yang digunakan untuk mengevakuasi ditembaki oleh kelompok pengacau keamanan," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Iskandar Sitompul, saat berbincang dengan VIVAnews.
Menurut Iskandar, kaca helikopter
pecah diterjang peluru para penyerang. Selain itu, satu kru helikopter
juga terluka. "Kru helikopter atas nama Letnan Amang jari tangan kirinya
terkena tembakan," kata dia.
Untuk sementara, helikopter itu
masih berada di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua. TNI belum bisa
memastikan kapan proses evakuasi jenazah ke Mulia akan dilakukan.
"Kami menunggu
situasi aman. Kami tidak ingin jatuh korban lagi, karena evakuasi ke
Mulia yang jaraknya 80 kilometer dari Sinak, satu-satunya cara
menggunnakan helikopter," kata dia.
Pada Kamis kemarin, kelompok
bersenjata melakukan penyerangan di dua tempat. Serangan pertama terjadi
di Distrik Tingginambut, Puncak Jaya. Serangan ke dua terjadi di
Distrik Sinak, Puncak. Delapan prajurit TNI gugur dalam serangan itu.
Ditembaki, Helikopter TNI di Papua Masih Bisa Terbang
Kodam
Cenderawasih mengerahkan tiga unit helikopter jenis Puma untuk
mengevakuasi 8 jenazah prajurit TNI yang tewas tertembak di Distrik
Tingginambut Puncak Jaya dan Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Jumat 22
Febuari 2013. Dalam perjalanannya, heli ini ditembaki orang tak dikenal.
Juru
bicara Kodam 17 Cenderawasih Letkol Inf Jansen Simanjuntak menuturkan,
salah satu dari 3 helikopter yang melakukan evakuasi, ditembaki saat
berada di Sinak. "Memang sempat ditembaki, tapi masih bisa terbang,"
kata Jansen.
Jansen mengakui pihaknya mengalami kesulitan saat
proses evakuasi dari Puskesmas Sinak menuju Bandara Sinak karena hanya
bisa dilalui dengan jalan kaki. "Tidak ada lapang terbuka di sekitar
puskesmas. Jalan kaki sangat memakan waktu," jelasnya.
Evakuasi yang sebelumnya dijadwalkan tiba pukul 08.00 WIT, masih tertunda akibat cuaca di lokasi kejadian masih berkabut.
Para
korban gugur tersebut akan diterbangkan ke ke Jayapura dan disemayamkan
di Makodam Cenderawasih di Polimak. "Ini untuk upacara terakhir sebelum
jenazah diberangkatkan ke kota asal masing-masing," terangnya.
Setelah
itu, rencananya jenazah akan diterbangkan ke sejumlah daerah yakni
Makassar, Jakarta, Sidoarjo, Kupang dan Nabire. "Yang tewas diterbangkan
ke kampung asalnya, sementara Lettu Reza yang mengalami luka tembak di
lengan kiri akan dievakuasi ke Rumah Sakit TNI Marthen Indey di
Jayapura.
Tiga awak heli TNI luka-luka
Tiga
awak heli TNI jenis MI 17 terluka, Jumat pagi sekitar pukul 08.25 WIT,
ketika ditembak kelompok sipil bersenjata saat hendak mengevakuasi
anggota TNI yang ditembak di Sinak, Kabupaten Puncak.
Sumber
ANTARA di Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya, mengungkapkan ketiga
awak heli itu yakni Lettu Amang mengalami luka tembak di jari kelingking
sebelah kiri. Sedang Mayor Asep terkena rekoset hingga menyebabkan
memar di paha bagian kanan serta Kapten Tata mengalami memar di lengan
kanan akibat terkena serpihan.
Ketiga awak saat ini sudah
mendapat pertolongan pertama di RS Mulia. Heli TNI ditembak kelompok
sipil bersenjata saat hendak mengevakuasi tujuh anggota TNI yang tewas
di Sinak, sekitar 10 menit terbang dari Mulia hingga menyebabkan heli
kembali ke Mulia.
Delapan anggota TNI, Kamis (21/2) tewas akibat
ditembak kelompok sipil bersenjata di dua lokasi berbeda yakni di
Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya dan di Sinak, Kabupaten Puncak.
Kedelapan
anggota TNI yang tewas di Sinak yakni Sertu Ramadhan, Sertu M Udin,
Sertu Frans, Pratu Mustofa, Pratu Edi, Praka Jojo Wiharjo, dan Praka
Wempi.
Sedangkan yang tewas di Tingginambut adalah Pratu Wahyu Wibowo.
Helikopter Super Puma tidak Bisa Balas Serangan saat Ditembaki di Papua
Helikopter Super Puma milik TNI tidak bisa membalas tembakan oleh orang
tidak dikenal yang terjadi saat hendak mengevakuasi tujuh prajurit
TNI-AD yang gugur akibat di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua.
"Super Puma memang tidak mempunyai senjata yang melekat. Kami memang belum punya helikopter serbu seperti Helikopter Hawk yang sedang kami pesan," papar Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul di Jakarta, Jumat (22/2).
Dia menjelaskan, upaya pengamanan terhadap helikopter yang mendarat di daerah itu hanya bisa mengandalkan personel di darat. Padahal, kondisi lapangan terbang itu masih dikitari oleh hutan belantara yang mengharuskan upaya evakuasi melalui jalur udara. "Jarak 100 meter sudah hutan lebat. Sedangkan pelakunya menembak dari dalam hutan. Dan mereka berasal dari kelompok militan dan terlatih yang menggunakan senjata laras panjang," kata Iskandar.
Akibatnya, lanjut Iskandar, penembakan yang terjadi di lapangan terbang Distrik Sinak itu pun mengakibatkan jari tangan kru teknik helikopter Lettu Amang terluka dan kaca helikopter pecah. Padahal, helikopter itu hendak mengevakuasi tujuh jasad prajurit TNI-AD yang menjadi korban penembakan pada Kamis (21/2) ke Mulia.
Adapun dua anggota TNI yang menjadi korban penembakan di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, telah dievakuasi ke Jayapura. Dalam penembakan yang terjadi di Distrik Tingginambut, seorang prajurit TNI tewas dan seorang terluka.(Hnr)
Korban tewas akibat penembakan kelompok bersenjata di Papua bertambah. Penembakan terhadap helikopter Super Puma yang bermaksud mengevakuasi jasad 8 prajurit TNI yang gugur, menyebabkan 4 warga sipil tewas.
"Korban keseluruhan menjadi 12 orang. 8 Prajurit TNI, 4 masyarakat sipil," kata Kabag Penum Polri Kombes Agus Ruianto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Jumat (22/2/2013).
Sedangkan korban luka ada 5 orang yaitu 1 personel TNI dan 4 warga sipil. Agus menambahkan, korban yang berada di Tinggi Nambut sudah dievakuasi ke Jayapura. Sementara itu, belum ada informasi mengenai korban yang berada di Sinak.
Polda Papua menginformasikan, hari ini dikirimkan satu SSK Brimob dari Jayapura. Namun, hingga kini pasukan masih tertahan di Timika karena cuaca buruk. "Apabila cuaca memungkinkan mereka akan bergeser ke Puncak," lanjutnya.
Upaya-upaya pengejaran pelaku penembakan masih terus dilakukan oleh personel TNI. "Kita berharap semoga cepat kita ungkap. Dan juga ini menjaid peristiwa terakhir yang tidak terulang lagi di masa mendatang," tutupnya.
Pada Kamis (21/2) delapan anggota TNI tewas setelah diserang kelompok bersenjata di dua lokasi berbeda. Pertama, penembakan terjadi di posko Tinggi Nambut, Kabupaten Puncak Jaya. Satu orang tewas atas nama Pratu Wahyu Prabowo. Kedua, penembakan terjadi di Kampung Tangulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Ada tujuh orang tewas dalam insiden ini.
Lalu hari ini pukul 08.00 WIB, saat helikopter Super Puma hendak melakukan evakuasi terhadap para korban tak luput dari serangan penembakan yang juga menimbulkan 4 orang korban jiwa. Pukul 13.30 WIB nanti, Presiden SBY akan memimpin rapat terkait situasi keamanan di Papua.
"Super Puma memang tidak mempunyai senjata yang melekat. Kami memang belum punya helikopter serbu seperti Helikopter Hawk yang sedang kami pesan," papar Kepala Pusat Penerangan TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul di Jakarta, Jumat (22/2).
Dia menjelaskan, upaya pengamanan terhadap helikopter yang mendarat di daerah itu hanya bisa mengandalkan personel di darat. Padahal, kondisi lapangan terbang itu masih dikitari oleh hutan belantara yang mengharuskan upaya evakuasi melalui jalur udara. "Jarak 100 meter sudah hutan lebat. Sedangkan pelakunya menembak dari dalam hutan. Dan mereka berasal dari kelompok militan dan terlatih yang menggunakan senjata laras panjang," kata Iskandar.
Akibatnya, lanjut Iskandar, penembakan yang terjadi di lapangan terbang Distrik Sinak itu pun mengakibatkan jari tangan kru teknik helikopter Lettu Amang terluka dan kaca helikopter pecah. Padahal, helikopter itu hendak mengevakuasi tujuh jasad prajurit TNI-AD yang menjadi korban penembakan pada Kamis (21/2) ke Mulia.
Adapun dua anggota TNI yang menjadi korban penembakan di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, telah dievakuasi ke Jayapura. Dalam penembakan yang terjadi di Distrik Tingginambut, seorang prajurit TNI tewas dan seorang terluka.(Hnr)
Puma Ditembaki, Korban Tewas di Papua Tambah Jadi 12 Orang
Korban tewas akibat penembakan kelompok bersenjata di Papua bertambah. Penembakan terhadap helikopter Super Puma yang bermaksud mengevakuasi jasad 8 prajurit TNI yang gugur, menyebabkan 4 warga sipil tewas.
"Korban keseluruhan menjadi 12 orang. 8 Prajurit TNI, 4 masyarakat sipil," kata Kabag Penum Polri Kombes Agus Ruianto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Jumat (22/2/2013).
Sedangkan korban luka ada 5 orang yaitu 1 personel TNI dan 4 warga sipil. Agus menambahkan, korban yang berada di Tinggi Nambut sudah dievakuasi ke Jayapura. Sementara itu, belum ada informasi mengenai korban yang berada di Sinak.
Polda Papua menginformasikan, hari ini dikirimkan satu SSK Brimob dari Jayapura. Namun, hingga kini pasukan masih tertahan di Timika karena cuaca buruk. "Apabila cuaca memungkinkan mereka akan bergeser ke Puncak," lanjutnya.
Upaya-upaya pengejaran pelaku penembakan masih terus dilakukan oleh personel TNI. "Kita berharap semoga cepat kita ungkap. Dan juga ini menjaid peristiwa terakhir yang tidak terulang lagi di masa mendatang," tutupnya.
Pada Kamis (21/2) delapan anggota TNI tewas setelah diserang kelompok bersenjata di dua lokasi berbeda. Pertama, penembakan terjadi di posko Tinggi Nambut, Kabupaten Puncak Jaya. Satu orang tewas atas nama Pratu Wahyu Prabowo. Kedua, penembakan terjadi di Kampung Tangulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Ada tujuh orang tewas dalam insiden ini.
Lalu hari ini pukul 08.00 WIB, saat helikopter Super Puma hendak melakukan evakuasi terhadap para korban tak luput dari serangan penembakan yang juga menimbulkan 4 orang korban jiwa. Pukul 13.30 WIB nanti, Presiden SBY akan memimpin rapat terkait situasi keamanan di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.