Kamis, 14 Maret 2013

Australia Terancam Karena Keunggulan Sukhoi

 Sukhoi with Hornet (RAAF)
Percaya atau tidak, Australia saat ini tengah berusaha untuk mengatasi ancaman yang bisa ditimbulkan oleh jet-jet tempur Sukhoi di Asia Tenggara. Dalam beberapa dekade terakhir, jarak yang jauh dan minimnya jangkauan pesawat-pesawat tempur angkatan udara di Asia Tenggara, memang masih memberikan rasa aman bagi Australia. Namun untuk saat ini, keamanan Australia terkikis oleh kedatangan jet-jet tempur super manuver Sukhoi 27 Flanker dan Sukhoi 30 Flanker C.

Jet-jet tempur Sukhoi ini sudah melengkapi Angkatan Udara China, Indonesia, Malaysia dan Vietnam dalam jumlah yang besar. Kedatangan Sukhoi ini telah membuka "teater baru" di Asia Pasifik. Pilot Angkatan Udara Australia, yang semula menganggap dirinya dominan karena menggunakan F-18 Hornet dan pembom F-111 Aardvark, sekarang harus "menutup muka" dari Flanker Sukhoi yang memang unggul hampir pada setiap aspek. Akuisisi Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK buatan Rusia ini oleh negara-negara di Asia Tenggara, menyajikan sebuah kenyataan bahwa dimana F/A-18A/B/F Australia kalah dalam hampir semua parameter kinerja utama, baik oleh Su-30 maupun Su-27.

Dari perspektif analisis strategis, akusisi alutsista canggih oleh negara-negara marginal stabil seperti Indonesia atau pemain regional lainnya, harus menjadi perhatian yang serius - walaupun ini masih diluar jumlah mengesankan yang diakuisisi oleh China. Kedatangan alutsista jarak jauh seperti Sukhoi dan suite rudal canggih di kawasan Asia Tenggara memang bisa meresahkan Australia, dan menyajikan konteks strategis yang sama sekali baru.

Manuver Sukhoi (misal: Pughacev Cobra*) memang legendaris, dengan jangkauannya yang lebih dari 3000 km, memberikan Flanker Sukhoi keunggulan dalam pertempuran udara. Memungkinkan untuk melakukan taktik probes and U-turns berulang (sebuah taktik Perang Dingin Rusia), yang dapat membuat lawannya bingung dan rentan dalam sebuah pertempuran udara. Memburu Sukhoi akan menjadi salah satu pekerjaan yang paling berbahaya dalam pertempuran.

Bahkan, jangkauan yang luar biasa dari Sukhoi ini dapat ditingkatkan dua kali lipat dengan air refueling (pengisian bahan bakar di udara). Bayangkan bagaimana kekuatan Sukhoi Indonesia jika suatu hari diperkuat dengan pesawat tanker, pasti sangat meresahkan Australia. Untuk saat ini, Sukhoi-sukhoi Indonesia dapat memperjauh jangkuannya dengan pengisian bahan bakar dari Sukhoi lainnya, dimana setengah armada Sukhoi akan di isi oleh setengah Sukhoi lainnya.

 Ancaman Rudal 

Sukhoi memiliki 12 hard point (cantelan senjata), ini lebih banyak dari pesawat tempur lain. Fitur ini membuat Sukhoi mampu untuk membawa pack senjata yang mematikan, yaitu seluruh amunisi rudal dan bom pintar. Biro-biro senjata Rusia telah mengembangkan dengan baik berbagai macam rudal udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan -termasuk rudal jelajah- yang pada beberapa kasus kemampuannya belum bisa disamai senjata-senjata NATO. Sembilan puluh empat pesawat Hornet Australia ini akan sangat rentan terhadap Sukhoi yang melampaui jarak pandang rudal.

Australia juga khawatir dengan kerentanan platform gas dan aset industri lainnya di pesisir timur negara mereka. Defence Today menjelaskan "Dari sudut panjang senjata, sebuah rudal supersonik Raduga 3M-82/Kh-41 Sunburn, MBRPA 3M-55/Kh-61 Yakhont atau rudal jelajah subsonik anti-kapal Novator 3M-54E1 Alfa sangat efektif untuk melumpuhkan atau bahkan menghancurkan salah satu fasilitas besar dalam sekali serangan. Rudal ini didesain untuk membelah kapal perang kecil dan menimbukan kerusakan parah pada kapal perang besar. Kecelakaan industri dan kebakaran di pabrik petrokimia dan anjungan lepas pantai sangat mudah terpicu karena hal-hal kecil, dan dapat dipastikan sebuah serangan rudal ini dapat membuat kebakaran yang tak terkendali."

 Kapal Induk AS Sebagai Sasaran Empuk 

Kedatangan Sukhoi di Asia Pasifik juga menambah kerentanan terhadap kapal induk bertenaga nuklir milik AS. Militer Amerika sudah bersiaga, dimana CVNs (kapal induk dan pendukungnya) sudah dalam status siaga perang melawan Sukhoi.

Di masa lampau, kapal induk bertenaga nuklir, dilindungi oleh lingkaran kapal pendukung dan pesawat AWACS, dan tentu saja pesawat tempur mereka sendiri, mampu berlayar ke wilayah konflik mana saja tanpa rasa takut. Namun, itu sejarah.

Saat ini, semua kapal induk AS yang mencoba mendekati pantai China akan ditarget oleh Sukhoi berbasis darat dan akan menembakkan rudalnya pada jarak yang aman. Pada hakikatnya, lahirnya Flanker Sukhoi telah mengakhiri era diplomasi kapal-kapal perang Amerika.

 Kemampuan Pilot 

 Check your SIX!!! (RAAF)
Angkatan Udara Australia bukan angkatan udara besar, namun mereka menganggap dirinya terlatih, dengan pilot-pilotnya yang suka berfikir bahwa mereka mirip dengan Maverick dari Top Gun. Mereka dilatih sesuai dengan standar barat yang diyakini bahwa ini akan menjadi faktor penentu dalam perang. Namun, keterampilan pilot, seperti halnya alutsista canggih, juga dapat diimpor. Pilot India, yang saat ini termasuk dalam jajaran pilot terbaik di dunia, kini melatih Angkatan Udara Malaysia. China dan Indonesia juga suatu saat akan menemukan aces udara sendiri untuk melatih pilot mereka, atau bisa saja mereka sudah menggenggam semua kemampuan Sukhoi di tangannya. Dalam sejarahnya, pilot-pilot pesawat tempur Indonesia termasuk salah satu pilot yang terbaik di dunia, bahkan menonjol di Asia.

Sebagai realisasi dan kesadaran mereka atas Flanker Sukhoi yang mendegradasi pertahanan dan keamanan Australia, akhirnya Australia memutuskan untuk mengakusisi pesawat tempur siluman dan menaruh pesanan untuk 100 unit F-35 JSF. Apakah ini akan mempengaruhi kedigdayaan Flanker Sukhoi? Ini masih cerita lain, belum jelas juga apakah Australia mampu mengakuisisi 100 F-35 mengingat harganya yang menggila. Untuk saat ini, Sukhoi 27 dan variannya masih superior dari fighter-fighter milik Australia.

  ● Artileri  

2 komentar:

  1. Pada tgl 29 Oktober 2007, televisi ABC Australia telah menyiarkan investigative interview tentang keputusan pemerintah Australia membeli pesawat terbang Hornet menggantikan F-111, yang isinya antara lain menyebutkan hipotesa simulasi penyerangan udara terhadap Indonesia ke pusat pemerintahan dan komunikasi di Jakarta dan sekitarnya. Hasil simulasi adalah bila penyerangan dilakukan pada tahun 1999, maka pesawat F-111 akan berhasil menghancurkan sasaran dan kembali dengan selamat. Bila serangan dilakukan pada tahun 2006 menggunakan pesawat Hornet (F-111 sudah dipensiunkan) dilengkapi rudal AGM-158 JASSM yang mempunyai jarak jangkau 370 km, maka 30% Hornet akan dijatuhkan oleh Sukhoi Flanker dan sisanya akan mencebur ke laut kehabisan bahan bakar pada saat kembali karena pesawat tanker mereka ditembak jatuh oleh Flanker. Namun sasaran pusat pemerintahan dan komunikasi di Jakarta berhasil dihancurkan. Kalau kita menganalisis lebih lanjut simulasi ini, maka secara logika saja serangan udara akan datang dari arah selatan, menggunakan pesawat Hornet plus tanker udara, atau menggunakan pulau Christmas sebagai pangkalan depan. JASSM akan diluncurkan lepas pantai Pelabuhan Ratu. Seandainya Indonesia punya S-300/400 yang diposisikan sekitar Pelabuhan Ratu, apalagi dikombinasikan dengan Flanker dari Lanud Halim Perdanakusuma atau Husein Sastranegara, maka pasti akan menganulir ancaman serangan udara ini. Sebentar lagi Australia akan menerima pesawat siluman F-35, seandainya Indonesia juga punya Super Flanker SU-35, maka biarpun Australia menggunakan F-35, maka kombinasi Rudal SAM S-300/400 dan Super Flanker akan merontokkan F-35 sebelum mencapai sasaran, dan yang lolos akan mencebur lagi ke laut.
    Saat ini Flanker kita masih bisa menandingi Super Hornet mereka. Pesawat siluman F-35 Australia tidak akan datang dalam waktu 2 tahun ke depan. Sebaiknya waktu ini kita pergunakan untuk melatih pilot tempur dan melengkapi sistem senjata SU-27SKM dan SU-30MK2 kita, misalnya rudal AAM WVR & BVR, rudal anti AEWS, dan rudal maritime strike untuk lebih merepotkan Australia. Selain itu juga, beli alutsista baru Super Flanker SU-35 dan rudal darat udara S-300/400. Kalau dibeli sekarang, alutsista itu akan mulai datang 2 tahun lagi, tepat waktunya untuk menangkal F-35.

    BalasHapus
  2. Sori mas bro sebenarnya bukan NKRI yg mengancam australi tp sebalik nya mas bro masih ingat kah lepasnya timtim. dan sekarang papua yg di incar, dengan cara meracuni fikiran masyarakat papua supaya lepas dari NKRI fikirkan lah dan renungilah siapa dalang di sebalik smua itu.
    DEVIDE IT IMPERA itu lah senjata pamungkas belanda dan sekutunya WASPADALAH WAHAI SAUDARAKU

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.