Hari ini, 100 tahun yang lalu, tepatnya pada 28 Juni 1914, dunia berubah untuk selamanya. Sebuah tragedi terjadi, putra mahkota Austria-Hungaria Archduke Franz Ferdinand dan istrinya Sophie dibunuh saat berkunjung ke Sarajevo, ibukota Bosnia.
Bosnia sebelumnya adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman tapi dianeksasi oleh Austria-Hongaria pada tahun 1908. Kunjungan sang adipati untuk mengecek kesiapan tentaranya itu menjadi kontroversial.
Pembunuhnya, adalah Gavrilo Princip, seorang Serbia. Ia menembak pasangan kerajaan itu dari jarak dekat. Upayanya bukan yang pertama, sebelumnya gerakan anti-Slavia 'Black Hand' sudah berusaha melempar granat tangan ke iring-iringan Franz Ferdinand. Namun gagal.
Sebelum sempat mengarahkan pistol ke tubuhnya sendiri, Princip dibekuk. Ia kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, lolos dari ancaman eksekusi mati karena berusia di bawah 20 tahun. Pria itu meninggal di penjara akibat tuberkulosis, empat tahun kemudian.
Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia. Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu saja, semua kekuatan besar terlibat dalam perang. Dan melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.
Menjadi casus belli, pemicu sebuah perang dahsyat, yang menyebarkan malapetaka hingga penjuru Bumi. Dua aliansi besar, Entente Powers -- Inggris, Prancis, Serbia, dan Kekaisaran Rusia (selanjutnya Italia, Yunani, Portugis, Rumania, dan Amerika Serikat ikut bergabung) -- bertempur melawan Central Powers -- Jerman dan Austria-Hungaria (selanjutnya Turki Ottoman dan Bulgaria ikut bergabung).
Jutaan nyawa melayang. Sejarah dunia berubah, 4 dinasti -- Habsburg, Romanov, Ottoman, dan Hohenzollern, yang memiliki akar kekuasaan sejak zaman Perang Salib, seluruhnya jatuh setelah perang. Tinggal nama.
Ada yang menyebutnya sebagai 'Perang Besar' (The Great War), "Perang untuk Mengakhiri Semua Perang" (The War to End All Wars). Kini, sejarawan menyederhanakan istilahnya menjadi Perang Dunia I.
Dan kini, warga Serbia di Bosnia meresmikan patung Gavrilo Princip, sang pembunuh, mengelu-elukannya sebagai pahlawan.
"Gavrilo Princip adalah seorang pejuang kebebasan dan kekaisaran Austria-Hungaria adalah penjajah," kata Milorad Dodik, pemimpin warga keturunan Serbia di Bosnia-Herzegovina, menyingkap selubung patung itu, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Sabtu (28/6/2014).(Riz)
★ Liputan 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.