Dirgahayu Satkasel“Wira Ananta Rudhiro”“Jalesveva Jayamahe” Sejarah lahirnya Satuan Kapal Selam TNI AL pada awal mulanya didahului dengan pengiriman dua grup/ crew calon awak Kapal Selam Indonesia untuk tugas belajar di Gdinia-Oksiwi-Polandia. Pada tanggal 5 Agustus 1958 dua regu crew calon awak Kapal Selam Indonesia di bawah pimpinan Mayor (Pel) R.P. Poernomo berangkat dari Surabaya dengan kapal berbendera Denmark “HEINRICH JESSEN” menuju Rijeka-Yugoslavia, untuk selanjutnya menggunakan perjalanan darat menuju Gedinia Oksiwi-Polandia. Selama setahun mereka digembleng di sana dan pada tanggal 5 Agustus 1959 calon awak Kapal Selam Indonesia yang pertama ini kembali ke tanah air dari Polandia dengan menggunakan Kapal RI. Morotai.
Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 September 1959, Dua buah Kapal Selam berbendera Uni Soviet yang akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia merapat di dermaga ujung Surabaya. Yang kemudian kedua Kapal Selam tersebut diserahkan secara resmi dari pemerintah Uni Soviet kepada Pemerintah Indonesia pada tanggal 12 September 1959, yang diwakili oleh KASAL saat itu, Kolonel (Pel). RE. Martadinata. Kedua Kapal Selam itu di beri nama : RI TJAKRA dengan Komandan Mayor.(Pel).R.P. Purnomo, dan RI NANGGALA dengan Komandan Mayor.(Pel).O.P. Koesno. Hari yang bersejarah ini kemudian setiap tahun diperingati sebagai “HARI LAHIR KORPS HIU KENCANA. setelah sehari sebelumya yaitu pada tanggal 11 September 1959 dilakukan Penyematan Brevet Hiu Kencana tanda Brevet Kapal Selam yang Pertama kali kepada semua awak Kapal Selam yang baru menyelesaikan pendidikannya di Polandia.
Kemudian pada tanggal 14 September 1959, dengan surat keputusan Men/ KASAL No. A. 4/ 2/ 10 diresmikan berdirinya “DIVISI KAPAL SELAM” disingkat DIVKASEL dalam tubuh Komando Armada. Sebagai Komandan Divkasel yang pertama adalah Mayor.(Pel).R.P. Poernomo dan pada tanggal 1 November 1959, dengan surat keputusan Men/ KASAL No. A. 19/ 4/ 1 diresmikan berdirinya “SEKOLAH KAPAL SELAM ANGKATAN LAUT” disingkat SEKASAL dan berkedudukan di Surabaya, dengan Komandannya yang pertama adalah Mayor (Pel).R.P. Poernomo. Pada tanggal 25 Maret 1961, Dengan kapal berbendera Uni Soviet, KESATUAN LATIHAN KAPAL SELAM disingkat KELAKAS di bawah pimpinan Mayor. (Pel). A.T. Wingjoprajitno berangkat menuju ke Wladiwostok–Uni Soviet untuk mengikuti pendidikan Kapal Selam selama 9 (sembilan) bulan, KELAKAS yang diberangkatkan terdiri dari personil calon Awak Kapal Selam dan personil calon tenaga perbaikan Kapal Selam.
Di tengah-tengah pelatihan tersebut pada akhir tahun 1961, dua buah Kapal Pungut Torpedo Cather Boat/TCB yang dibeli pemerintah Indonesia dari Pemerintah Uni Soviet juga tiba di Indonesia dan diberi nama : RI BUAYA dan RI BIYAWAK.
Pada tanggal 12 Januari 1962, Para personil KELAKAS kembali dari pendidikan dan tiba kembali di Tanah Air dan kedatangannya sangat tepat karena saat itu Negara membutuhkan tenaga mereka dalam rangka Operasi “TRIKORA”, dimana tidak lama sesudahnya pada tanggal 29 Januari 1962, pemerintah Indonesia kembali menerima 4 (empat) unit Kapal Selam Type Whiskey Class type RI Nagabanda dari Pemerintah Uni Soviet yang diberi nama : RI Nagabanda, RI Tjandrasa, RI Trisula dan RI Nagarangsang.
Dengan semakin banyaknya Kapal Selam yang dioperasikan, untuk menunjang tugas-tugas operasinya pada tanggal 10 Agustus 1962, bertempat di Dermaga Madura Ujung Surabaya dilakukan Upacara serah terima sebuah Kapal Tender Kapal Selam dari Pemerintah Uni Soviet kepada Pemerintah Indonesia yang kemudian diberi nama RI Ratulangi. Dan tidak hanya itu, pada tanggal 15 Desember 1962 pemerintah Indonesia kembali menerima Kapal Tender Kapal Selam yang kedua yang diberi nama RI Thamrin, selain itu diserahkan juga 6 (enam) Kapal Selam Whiskey class Type RI Wijayadanu yang kemudian diberi nama : RI Wijayadanu, RI Hendrajala, RI Bramastra, RI Pasopati, RI Tjundamani dan RI Alugoro.
Tanpa membuang waktu armada bawah air TNI AL ini terlibat dalam berbagai macam operasi “TRIKORA” dengan salah satu keberhasilannya adalah RI Tjandrasa karena keberaniannya yang luar biasa dalam melaksanakan tugas dalam Operasi Tjakra – II yang telah berhasil menerobos pertahanan Belanda dan mendaratkan regu RPKAD di pantai Irian Barat. Atas keberhasilan ini seluruh awak Kapal Selam RI Tjandrasa pada tanggal 12 April 1963 bertempat di Dermaga Madura Ujung Surabaya oleh Panglima Armada selaku Wakil Panglima Tertinggi menerima penyematan Bintang Sakti. Kalau Warjagers pernah memasuki sarang Hiu Kencana, pasti menemukan Relief Hiu Kencana, dimana dulu peresmian Relief Hiu Kencana ini dilakukan oleh MENPANGAL saat itu Laksamana Madya (Laut) R.E Martadinata yang bertindak selaku Irup dan Ny. R.E Martadinata berkenan menggunting pita peresmian Relief di WISMA HIU KENCANA.
Sejumlah kegiatan untuk meningkatkan kualitas Korps Hiu Kencana ini pun terus dilakukan, selain kembali mengirim sejumlah Perwira, Bintara dan Tamtama ke Waldiwostok Uni Soviet untuk belajar menjadi instruktur dan tenaga ahli perawatan Kapal Selam pada tahun 1966 juga, diresmikan Ruang latihan serangan torpedo. Ruang latihan ini dipergunakan untuk memahirkan para Komandan, Palaksa dan Perwira navigasi Kapal Selam dalam melakukan serangan torpedo. Dan pada tahun itu juga pada tanggal 9 Desember dilakukan juga Peresmian Stasion Bantu Kapal Selam alias (SIONBAN KS) diresmikan oleh MEN/PANGAL Laksamana. Muljadi. Sionban ini berfungsi sebagai Eselon pelayanan terhadap KS dalam hal pengisian Baterei, aliran listrik dari darat, air suling dan udara tekanan tinggi. Sementara pada tanggal 13 Maret 1967, Berdasarkan Surat Keputusan Pangarsam No. KOARSAM : 5401.1 th. 1967. DINAS PERAWATAN KAPAL SELAM (DISPENKAP) ditingkatkan menjadi Komando Perawatan Kapal Selam (KOWATAKASEL).
Mengutip kata-kata Komandan Satkasel pertama Kolonel (laut) R.P. Purnomo saat terah terima jabatan Komandan KONJENKASEL kepada Letnan Kolonel (Pel). L.M Abdul Kadir pada tanggal 30 September 1963, “Panta Rei, segala-galanya mengalir. Juga sejarah KONJENKASEL akan mengalir terus, mengalir menuju ke muara kejayaan”.(by Pocong Syereem)
Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 September 1959, Dua buah Kapal Selam berbendera Uni Soviet yang akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia merapat di dermaga ujung Surabaya. Yang kemudian kedua Kapal Selam tersebut diserahkan secara resmi dari pemerintah Uni Soviet kepada Pemerintah Indonesia pada tanggal 12 September 1959, yang diwakili oleh KASAL saat itu, Kolonel (Pel). RE. Martadinata. Kedua Kapal Selam itu di beri nama : RI TJAKRA dengan Komandan Mayor.(Pel).R.P. Purnomo, dan RI NANGGALA dengan Komandan Mayor.(Pel).O.P. Koesno. Hari yang bersejarah ini kemudian setiap tahun diperingati sebagai “HARI LAHIR KORPS HIU KENCANA. setelah sehari sebelumya yaitu pada tanggal 11 September 1959 dilakukan Penyematan Brevet Hiu Kencana tanda Brevet Kapal Selam yang Pertama kali kepada semua awak Kapal Selam yang baru menyelesaikan pendidikannya di Polandia.
Kemudian pada tanggal 14 September 1959, dengan surat keputusan Men/ KASAL No. A. 4/ 2/ 10 diresmikan berdirinya “DIVISI KAPAL SELAM” disingkat DIVKASEL dalam tubuh Komando Armada. Sebagai Komandan Divkasel yang pertama adalah Mayor.(Pel).R.P. Poernomo dan pada tanggal 1 November 1959, dengan surat keputusan Men/ KASAL No. A. 19/ 4/ 1 diresmikan berdirinya “SEKOLAH KAPAL SELAM ANGKATAN LAUT” disingkat SEKASAL dan berkedudukan di Surabaya, dengan Komandannya yang pertama adalah Mayor (Pel).R.P. Poernomo. Pada tanggal 25 Maret 1961, Dengan kapal berbendera Uni Soviet, KESATUAN LATIHAN KAPAL SELAM disingkat KELAKAS di bawah pimpinan Mayor. (Pel). A.T. Wingjoprajitno berangkat menuju ke Wladiwostok–Uni Soviet untuk mengikuti pendidikan Kapal Selam selama 9 (sembilan) bulan, KELAKAS yang diberangkatkan terdiri dari personil calon Awak Kapal Selam dan personil calon tenaga perbaikan Kapal Selam.
Di tengah-tengah pelatihan tersebut pada akhir tahun 1961, dua buah Kapal Pungut Torpedo Cather Boat/TCB yang dibeli pemerintah Indonesia dari Pemerintah Uni Soviet juga tiba di Indonesia dan diberi nama : RI BUAYA dan RI BIYAWAK.
Pada tanggal 12 Januari 1962, Para personil KELAKAS kembali dari pendidikan dan tiba kembali di Tanah Air dan kedatangannya sangat tepat karena saat itu Negara membutuhkan tenaga mereka dalam rangka Operasi “TRIKORA”, dimana tidak lama sesudahnya pada tanggal 29 Januari 1962, pemerintah Indonesia kembali menerima 4 (empat) unit Kapal Selam Type Whiskey Class type RI Nagabanda dari Pemerintah Uni Soviet yang diberi nama : RI Nagabanda, RI Tjandrasa, RI Trisula dan RI Nagarangsang.
Dengan semakin banyaknya Kapal Selam yang dioperasikan, untuk menunjang tugas-tugas operasinya pada tanggal 10 Agustus 1962, bertempat di Dermaga Madura Ujung Surabaya dilakukan Upacara serah terima sebuah Kapal Tender Kapal Selam dari Pemerintah Uni Soviet kepada Pemerintah Indonesia yang kemudian diberi nama RI Ratulangi. Dan tidak hanya itu, pada tanggal 15 Desember 1962 pemerintah Indonesia kembali menerima Kapal Tender Kapal Selam yang kedua yang diberi nama RI Thamrin, selain itu diserahkan juga 6 (enam) Kapal Selam Whiskey class Type RI Wijayadanu yang kemudian diberi nama : RI Wijayadanu, RI Hendrajala, RI Bramastra, RI Pasopati, RI Tjundamani dan RI Alugoro.
Tanpa membuang waktu armada bawah air TNI AL ini terlibat dalam berbagai macam operasi “TRIKORA” dengan salah satu keberhasilannya adalah RI Tjandrasa karena keberaniannya yang luar biasa dalam melaksanakan tugas dalam Operasi Tjakra – II yang telah berhasil menerobos pertahanan Belanda dan mendaratkan regu RPKAD di pantai Irian Barat. Atas keberhasilan ini seluruh awak Kapal Selam RI Tjandrasa pada tanggal 12 April 1963 bertempat di Dermaga Madura Ujung Surabaya oleh Panglima Armada selaku Wakil Panglima Tertinggi menerima penyematan Bintang Sakti. Kalau Warjagers pernah memasuki sarang Hiu Kencana, pasti menemukan Relief Hiu Kencana, dimana dulu peresmian Relief Hiu Kencana ini dilakukan oleh MENPANGAL saat itu Laksamana Madya (Laut) R.E Martadinata yang bertindak selaku Irup dan Ny. R.E Martadinata berkenan menggunting pita peresmian Relief di WISMA HIU KENCANA.
Sejumlah kegiatan untuk meningkatkan kualitas Korps Hiu Kencana ini pun terus dilakukan, selain kembali mengirim sejumlah Perwira, Bintara dan Tamtama ke Waldiwostok Uni Soviet untuk belajar menjadi instruktur dan tenaga ahli perawatan Kapal Selam pada tahun 1966 juga, diresmikan Ruang latihan serangan torpedo. Ruang latihan ini dipergunakan untuk memahirkan para Komandan, Palaksa dan Perwira navigasi Kapal Selam dalam melakukan serangan torpedo. Dan pada tahun itu juga pada tanggal 9 Desember dilakukan juga Peresmian Stasion Bantu Kapal Selam alias (SIONBAN KS) diresmikan oleh MEN/PANGAL Laksamana. Muljadi. Sionban ini berfungsi sebagai Eselon pelayanan terhadap KS dalam hal pengisian Baterei, aliran listrik dari darat, air suling dan udara tekanan tinggi. Sementara pada tanggal 13 Maret 1967, Berdasarkan Surat Keputusan Pangarsam No. KOARSAM : 5401.1 th. 1967. DINAS PERAWATAN KAPAL SELAM (DISPENKAP) ditingkatkan menjadi Komando Perawatan Kapal Selam (KOWATAKASEL).
Mengutip kata-kata Komandan Satkasel pertama Kolonel (laut) R.P. Purnomo saat terah terima jabatan Komandan KONJENKASEL kepada Letnan Kolonel (Pel). L.M Abdul Kadir pada tanggal 30 September 1963, “Panta Rei, segala-galanya mengalir. Juga sejarah KONJENKASEL akan mengalir terus, mengalir menuju ke muara kejayaan”.(by Pocong Syereem)
★ JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.